Bandung – Pemerintah terus memperkuat pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan menekankan pentingnya keterlibatan ahli gizi dalam setiap tahap penyediaan makanan untuk peserta didik dan kelompok rentan. Langkah ini dinilai krusial untuk memastikan bahwa menu yang disajikan tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga memenuhi standar gizi seimbang sesuai kebutuhan masyarakat Indonesia.
Ahli Gizi dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi SPPG Pangauban Batujajar, Fenni Yuliani mengatakan Critical Control Point (CCP) atau titik kendali kritis dalam program MBG merupakan tahapan penting dalam pengolahan makanan yang harus dikendalikan.
“Ini sangat penting untuk mencegah, menghilangkan, atau mengurangi bahaya keamanan pangan hingga tingkat yang dapat diterima,” kata Fenni.
Fenni menegaskan, penerapan sistem ini sangat penting bagi dapur MBG untuk memastikan makanan yang dibagikan aman, bergizi, dan higienis untuk para penerima, terutama anak-anak.
“Buat ahli gizi sangat penting untuk memastikan menu itu berkualitas, _food safety-nya terjaga. Terpenting, CCP-nya harus tetap terjamin,” tegas Fenni.
“Mulai dari persiapan, pengolahan hingga pendistribusian harus memastikan bahan bakunya aman, bersih dan jangan sampai ada bakteri yang masuk ke bahan maupun menu makanan,” imbuh Fenni.
Untuk bagian pemorsian misalnya, Fenni mengatakan bahwa pihaknya harus memastikan tahapan atau proses berjalan dengan lancar.
Apalagi, jumlah penerima manfaat menu MBG dari SPPG Pangauban Batujajar ini mencapai 4.000 porsi setiap harinya dengan proses pengolahan bahan dimulai pada pukul 02.00 WIB pagi.
“Kami juga harus memastikan distribusi menu MBG tidak terlambat, karena dapur kami paling lambat harus mengantarkan MBG pada pukul 07.00 – 08.00 WIB,” jelas Fenni.
“Distribusi dapur kami kan dimulai dari anak PAUD dan TK, sementara untuk jenjang SD dan SMP itu menyesuaikan jam istirahat,” sambung Fenni.
Fenni mengatakan seluruh tahapan dalam pengolahan bahan untuk menu MBG, mulai dari awal hingga akhir merupakan hal paling penting.
“Di awal kita harus pastikan bahan baku dengan melakukan penyortiran, memilah dan memilih mana bahan baku yang layak dan tidak. Ini juga tugas dari ahli gizi meski hanya dalam satu dapur satu orang,”ujar Fenni.
“Jadi ketika ahli gizi sudah bisa memastikan kelayakan bahan baku, maka itu bisa diserahkan kepada tim pengolah makanan,” tambah Fenni.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana memastikan setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur umum program Makan Bergizi Gratis (MBG) wajib didampingi ahli gizi.
Dadan mengingatkan tiga pilar utama yang wajib dimiliki setiap dapur umum MBG adalah kepala SPPG, ahli gizi, dan akuntan.
“Tiga pilar utama program makan bergizi harus ada satu ka-SPPG (kepala SPPG), dua ahli gizi, tiga akuntan. Ini tidak bisa ditawar, SPPG tidak bisa jalan tanpa tiga pilar ini,” jelas Dadan.
Melalui penguatan unsur gizi ini, program MBG diharapkan mampu memberi dampak signifikan terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta menjadi fondasi penting menuju tercapainya Indonesia Emas 2045.

