Jakarta — Pemerintah terus mengakselerasi upaya memperkuat ketahanan energi nasional melalui optimalisasi produksi minyak dan gas bumi (migas). Langkah ini dijalankan seiring kebijakan strategis untuk menjaga tingkat produksi di tengah transisi menuju energi bersih serta peningkatan kebutuhan energi domestik menjelang Indonesia Emas 2045.
PT Pertamina (Persero) sebagai BUMN energi memegang peran sentral dalam menjaga stabilitas suplai migas. Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Muhammad Baron, menegaskan bahwa perusahaan berkomitmen penuh dalam meningkatkan produksi hulu guna mendukung target swasembada energi yang menjadi prioritas pemerintah.
“Seluruh program strategis Pertamina dirancang selaras dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, terutama dalam memperkuat swasembada energi melalui penerapan dual growth strategy,” ujar Baron.
Ia menjelaskan bahwa strategi ganda tersebut mencakup optimalisasi bisnis legasi migas dan percepatan transisi menuju energi rendah karbon. Menurutnya, migas tetap memegang peran utama dalam menjaga ketahanan energi nasional sehingga berbagai inovasi, perbaikan operasional, dan penguatan investasi terus dilakukan di lini hulu.
Baron menyampaikan bahwa langkah ini telah menunjukkan hasil signifikan. Saat ini, tujuh anak usaha di bawah Subholding Hulu Pertamina, yakni Pertamina Hulu Energi (PHE), masuk dalam daftar 10 perusahaan penghasil minyak terbesar di Indonesia yang dirilis SKK Migas. Capaian tersebut memperlihatkan konsistensi perusahaan dalam memperkuat sektor hulu.
“Produksi migas tetap terjaga di atas 1 juta barel setara minyak. Ini menunjukkan komitmen Pertamina dalam menjaga ketahanan energi dan memberikan nilai terbaik bagi Indonesia menuju Indonesia Emas 2045,” tambahnya.
Hingga Oktober 2025, Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,032 juta barel setara minyak per hari. Pencapaian ini dinilai menjadi bukti keberhasilan strategi perusahaan menghadapi tekanan global dan menurunnya produksi alamiah (decline rate) di berbagai lapangan tua.
Di tingkat operasional, berbagai anak usaha Pertamina juga memperkuat kinerja lapangan. Manager PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) Field, Widhiarto Imam Subarkah, menyampaikan bahwa pihaknya terus mendorong optimalisasi produksi migas melalui penerapan teknologi baru serta inovasi operasional.
Salah satu capaian penting PHSS adalah performa Lapangan Mutiara dan Pamaguan di area Dondang yang berhasil mencapai produksi harian 3.600 barel minyak dan 2 juta standar kaki kubik gas sepanjang 2025. Kontribusi tersebut menyumbang sekitar 40 persen produksi minyak dan tujuh persen produksi gas PHSS.
“Penerapan inovasi dan teknologi memainkan peranan penting dalam mempertahankan tingkat produksi migas perusahaan sejalan dengan komitmen PHE dan PT Pertamina (Persero) untuk menyediakan energi yang berkelanjutan bagi pembangunan dan masa depan Indonesia,” tuturnya.
Imam menambahkan bahwa pengembangan area Dondang memiliki tantangan teknis tersendiri. Lapangan Mutiara dan Pamaguan berada di wilayah dengan vegetasi rapat dan sebagian lokasi berada pada area badan air, sehingga memerlukan pendekatan operasional yang cermat dan adaptif terhadap lingkungan.
“Tantangan ini mendorong PHSS untuk menerapkan strategi operasi terintegrasi yang mengedepankan keselamatan, kepatuhan, serta lindungan lingkungan,” jelasnya.
Sementara itu, pemerintah turut memperkuat regulasi dan kebijakan untuk mendukung keberlanjutan industri migas nasional. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, menegaskan bahwa sektor hulu migas masih menjadi penopang utama ketahanan energi Indonesia, terutama di tengah percepatan transisi energi.
“Ini tantangan bagi ketahanan energi dan pertumbuhan industri. Karena itu, selain memperkuat suplai migas, pemerintah juga mempercepat pemanfaatan energi alternatif,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya percepatan reformasi perizinan, optimalisasi lapangan eksisting, pengembangan wilayah kerja baru, hingga reaktivasi sumur tua yang dinilai masih memiliki nilai ekonomis. Semua langkah ini menjadi bagian dari strategi pemerintah menjaga ketersediaan energi nasional di tengah dinamika perubahan global.
Dengan kolaborasi pemerintah, BUMN energi, dan pelaku industri, Indonesia diharapkan mampu memperkuat fondasi ketahanan energi sekaligus memastikan keberlanjutan pasokan bagi kebutuhan domestik dalam jangka panjang.

