Target Swasembada Pangan Buka Peluang Pertumbuhan Ekonomi Nasional

JAKARTA – Pemerintah terus memperkuat komitmen menuju swasembada pangan sebagai fondasi utama pertumbuhan ekonomi nasional. Berbagai program strategis yang dijalankan Kementerian Pertanian serta ketersediaan stok beras nasional yang memadai menjadi indikator kuat bahwa Indonesia berada di jalur tepat untuk mencapai kemandirian pangan sekaligus memperluas peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa prioritas Kementerian Pertanian pada 2026 diarahkan untuk menjaga keberlanjutan swasembada pangan melalui peningkatan produksi di seluruh lini. Program strategis ini meliputi cetak sawah baru, optimalisasi lahan, penguatan irigasi, pembangunan jalan usaha tani, serta penyediaan benih unggul dan alsintan untuk meningkatkan efisiensi produksi.

“Untuk menjaga keberlanjutan swasembada pangan, rencana program prioritas Kementerian Pertanian tahun 2026 difokuskan pada peningkatan produksi padi, jagung, dan komoditas strategis lainnya,” ujar Amran.

Dijelaskannya, target produksi beras pada 2026 diproyeksikan mencapai 34,77 juta ton, disertai peningkatan signifikan pada komoditas lain seperti jagung, cabai, bawang merah, tebu, dan berbagai produk perkebunan strategis. Penguatan kapasitas produksi diikuti dengan hilirisasi komoditas dinilai mampu menciptakan nilai tambah dan membuka peluang investasi pada sektor pertanian.

“Revitalisasi pabrik pupuk telah menurunkan harga pupuk subsidi hingga 20 persen dan menambah volume ketersediaan sebanyak 700 ribu ton, sehingga memperkuat fondasi peningkatan produksi petani,” jelasnya.

Indikator kuat menuju swasembada pangan juga terlihat dari ketersediaan stok beras nasional yang mencapai 3,8 juta ton di gudang Perum Bulog. Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menegaskan bahwa jumlah tersebut lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional, sehingga Indonesia tidak perlu melakukan impor. “Masyarakat tidak perlu bimbang dan ragu bahwa stok beras mencukupi dan tidak perlu adanya impor. Petani Indonesia semakin hebat dan teknologinya semakin maju sehingga hasil produksinya meningkat,” katanya.

Rizal juga menyampaikan bahwa arahan Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan impor beras sejalan dengan meningkatnya produksi beras nasional yang diproyeksikan mencapai 34,77 juta ton sepanjang 2025.

“Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Kenaikan produksi sebesar 13,54 persen dibanding tahun sebelumnya menunjukkan perkembangan signifikan pada sektor pertanian,” tutur Rizal.

Pemerintah optimistis langkah konsolidasi program dan penguatan infrastruktur pertanian akan menjadi motor penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. ****