JAKARTA — Sejumlah tokoh masyarakat dari Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah menegaskan pentingnya menjaga Reuni 212 agar tetap berlangsung damai serta terbebas dari kepentingan pihak-pihak yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa.
Para tokoh menilai Reuni 212 tidak boleh dimanfaatkan sebagai ruang politisasi agama maupun ajang adu domba yang dapat mengganggu stabilitas nasional.
Publik diminta bersikap tenang, dewasa, dan waspada terhadap kemungkinan hadirnya penyusup berkepentingan yang ingin mengalihkan tujuan kegiatan menjadi sarana provokasi atau tindakan anarki.
Salah satu tokoh NU, KH Robikin Emhas, menegaskan bahwa secara organisasi NU tidak akan terlibat dalam Reuni 212 apabila pesan yang disuarakan mengarah pada politisasi agama dan perpecahan sosial.
“Jangan dicederai dengan politisasi agama, jangan juga mau diadu domba, dipecah belah,” ujar Robikin Emhas kepada wartawan.
“Karena itu sama dengan merendahkan agama” imbuhnya.
Robikin menjelaskan bahwa sikap NU tersebut telah disampaikan kepada warga secara internal.
Ia berharap seluruh kader dapat mengikuti garis organisasi dan mampu menempatkan diri secara arif.
“Warga NU sangat paham merepresentasikan diri. Jadi tidak perlu ada arahan detail karena kami yakin mereka sudah paham dan bisa memilah mana yang diikuti,” jelasnya.
“Jangan melakukan hate speech atau tindakan yang menimbulkan permusuhan,” katanya.
Abdul Mu’ti, selaku tokoh Muhammadiyah, turut menegaskan bahwa secara organisasi Muhammadiyah tidak terlibat dalam Reuni 212.
Menurut Abdul Mu’ti, misi seperti “bela Islam” yang kerap disuarakan kelompok 212 tidak lagi relevan dengan kondisi saat itu karena nuansa politik lebih dominan dibandingkan pesan keagamaan.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengingatkan semua pihak agar tidak merespons isu Reuni 212 secara berlebihan.
“Oleh karena itu janganlah pihak-pihak lain meresponnya secara berlebihan,” ujar Anwar Abbas.
Ia menekankan pentingnya etika dalam menyampaikan pendapat.
“Hanya kalau mau menyampaikan pendapat dilakukan dengan baik, jangan mencela, menghina, apalagi mengejek,” tambahnya.
Seruan tersebut menegaskan bahwa Reuni 212 harus tetap berada dalam koridor damai, menjunjung persatuan umat, serta menolak segala bentuk provokasi dan perpecahan. (*)

