Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menegaskan perannya sebagai salah satu kebijakan strategis nasional yang memberikan dampak nyata bagi kesehatan masyarakat, terutama anak-anak dan kelompok rentan. Dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) Tahun 2025 di Jakarta, Jumat (28/11/2025), Presiden Prabowo Subianto menyoroti capaian signifikan program tersebut yang dinilai telah membawa lompatan besar dalam peningkatan kualitas gizi nasional.
“Saudara-saudara saya terima kasih kepada Kepala Badan Gizi Nasional, kita sudah mencapai hari ini lebih dari 44 juta penerima manfaat diberikan Makan Bergizi Gratis,” ujar Presiden Prabowo Subianto.
Presiden menambahkan bahwa hingga akhir November pemerintah telah memproduksi dan mendistribusikan lebih dari dua miliar porsi makanan kepada para penerima manfaat di seluruh Indonesia. Presiden menilai capaian ini sebagai salah satu kebijakan paling progresif dalam memperbaiki kualitas gizi nasional.
Program MBG yang mulai berjalan sejak 6 Januari 2025 juga mendapatkan dukungan kuat dari kalangan akademisi. Guru Besar Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Prof. Sandra Fikawati, menilai bahwa MBG memiliki momentum besar dalam menutup kesenjangan gizi sekaligus memperkuat fondasi sumber daya manusia Indonesia.
“Dulu pertumbuhan anak-anak tidak dipikirkan, makanya sumber daya manusia kurang kompetitif. MBG ini peluang besar karena sejak kecil anak dipupuk dengan gizi baik,” terang Prof. Sandra Fikawati.
Setelah pernyataannya, ia menjelaskan bahwa peningkatan gizi tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga pada kemampuan belajar, perkembangan otak, hingga kedisiplinan anak-anak dalam mengikuti kegiatan pendidikan, terutama di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar.
Penelitian Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan (PKGK) FKM UI juga menunjukkan hasil yang memperkuat urgensi program. Simulasi intervensi yang dilakukan di 15 sekolah TK hingga SMP serta satu posyandu di enam daerah memperlihatkan penurunan kasus gizi buruk dari 2 persen menjadi 0,5 persen dan gizi kurang dari 7,7 persen menjadi 6,4 persen. Dalam 15 minggu, rata-rata berat badan anak meningkat dua kilogram dan tinggi badan bertambah 2,9 sentimeter.
Temuan tersebut semakin memperkuat keyakinan bahwa penyediaan makanan bergizi secara rutin merupakan langkah strategis untuk menekan masalah kekurangan gizi. Tidak hanya itu, pemahaman siswa terhadap konsep gizi seimbang juga meningkat setelah menerima edukasi gizi bersamaan dengan pemberian makanan.
Prof. Sandra Fikawati menyebutkan bahwa Badan Gizi Nasional (BGN) bekerja sama dengan lima perguruan tinggi, termasuk UI, sedang menyusun modul edukasi untuk memperluas pemahaman gizi bagi siswa dan orang tua.
“Edukasi untuk memperkuat program MBG sedang disusun modulnya oleh BGN karena anak-anak perlu tahu manfaat makanan yang dibagikan,” jelas Prof. Sandra Fikawati.
Ia menambahkan bahwa BGN dan akademisi juga tengah mempersiapkan pembukaan sertifikasi nutrisionis.
“Sekarang sedang persiapan membuka sertifikasi nutrisionis agar ke depan tenaga gizi bisa memastikan keamanan pangan sekaligus memberi edukasi kepada masyarakat,” tutup Prof. Sandra Fikawati.
Dengan capaian yang terus meningkat serta dukungan akademisi yang semakin kuat, Program MBG menunjukkan bahwa penguatan gizi sejak dini adalah investasi strategis untuk memastikan Indonesia memiliki generasi sehat, cerdas, dan kompetitif.

