Oleh : Fathorrahman Nurdiansyah
Situasi internal di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) beberapa waktu terakhir sempat menjadi sorotan setelah beredarnya risalah rapat Syuriyah PBNU yang memunculkan berbagai spekulasi di ruang publik. Meski demikian, dinamika tersebut kini telah direspon oleh jajaran Syuriah PBNU melalui mekanisme organisasi yang berlaku. Penyelesaian internal ini menegaskan bahwa PBNU tetap berjalan dalam koridor adab dan tata kelola yang diwariskan para masyayikh, serta tidak membiarkan polemik berkembang menjadi kegaduhan yang lebih luas. Pada titik inilah pentingnya seruan menjaga ukhuwah bagi seluruh warga Nahdliyin kembali digelorakan.
Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, menjadi salah satu sosok yang sejak awal mengambil peran penting dalam meredam eskalasi opini publik. Ia mengingatkan bahwa dinamika terkait desakan agar Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mundur dari jabatan tidak boleh ditanggapi secara berlebihan. Menurutnya, apa yang terjadi adalah dinamika organisasi yang sudah berjalan sesuai mekanisme, dan seluruh proses kini sepenuhnya berada dalam kewenangan Syuriyah PBNU. Ia menekankan bahwa warga dan pengurus NU harus tetap tenang serta tidak terbawa arus informasi yang berpotensi menyesatkan.
Dalam berbagai kesempatan, Gus Ipul mengingatkan bahwa kabar viral seputar dokumen internal tidak seharusnya memperkeruh hubungan antarkader. Ia mengajak warga NU menyaring setiap informasi dan hanya merujuk pada keterangan resmi dari Syuriyah PBNU. Ia menilai bahwa sikap tergesa-gesa merespons isu justru dapat memperbesar kesalahpahaman dan memperlebar jarak antarwarga Nahdliyin. Karena itu, ia meminta seluruh pengurus mulai dari PBNU, PWNU, PCNU, MWCNU, hingga ranting untuk menahan diri dari pernyataan publik yang tidak diperlukan.
Menurutnya, keteduhan merupakan modal utama agar NU tetap dapat menjalankan peran besarnya bagi kemaslahatan bangsa. Ia berulang kali menekankan pentingnya memperbanyak selawat, menjaga ketenangan batin, serta menjauhi provokasi di tengah dinamika yang sedang berlangsung. Gus Ipul juga mengajak seluruh pengurus untuk menjaga konsolidasi dan mengutamakan kebersamaan. Ia menyebut bahwa organisasi sebesar NU memiliki mekanisme penyelesaian yang jelas, sehingga setiap dinamika pasti dapat ditangani dengan baik apabila seluruh pihak menghormati alur yang berlaku.
Langkah cepat Syuriyah PBNU dalam menerbitkan surat edaran pencabutan tanda tangan dan surat tabayun semakin menegaskan bahwa polemik telah diselesaikan secara internal. Tindakan itu memperjelas posisi organisasi dan meluruskan berbagai asumsi yang berkembang di masyarakat. Dengan begitu, ruang spekulasi dapat ditutup dan stabilitas organisasi kembali terjaga. Penyelesaian tersebut menjadi bukti bahwa struktur tertinggi PBNU bekerja secara hati-hati, proporsional, dan berpegang pada adab kelembagaan.
Respon positif atas langkah Syuriyah PBNU juga datang dari daerah. Ketua PCNU Magetan, Kiai Susanto Khoirul Fatwa, menyampaikan apresiasinya terhadap keputusan cepat dan tegas Syuriyah PBNU yang dianggap mampu meredakan ketegangan. Ia menyebut bahwa dengan adanya klarifikasi dan tabayun resmi, polemik internal kini telah tuntas. Ia mengajak warga Nahdliyin tidak lagi membicarakan isu tersebut secara berlebihan, melainkan kembali fokus pada kerja-kerja pengabdian di lingkungan masing-masing.
Kiai Susanto menekankan bahwa momentum penyelesaian ini seharusnya menjadi pengingat bagi seluruh warga NU untuk menjaga ukhuwah. Ia menyebut setidaknya ada tiga dimensi persaudaraan yang harus dijunjung tinggi: ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah Nahdliyah. Persaudaraan antarumat Islam, cinta tanah air, serta kesetiaan terhadap jam’iyah harus tetap menjadi prinsip bersama. Ia menegaskan bahwa NU adalah rumah besar yang dibangun di atas nilai moderasi, kearifan, serta kebersamaan. Karena itu, dinamika organisasi tidak boleh menggerus soliditas yang telah dibangun bertahun-tahun.
Seruan untuk menjaga keteduhan juga menjadi pesan moral bagi warga NU dalam menghadapi era banjir informasi saat ini. Dalam situasi di mana kabar viral sering kali lebih cepat menyebar daripada klarifikasi, kewaspadaan dan kehati-hatian menjadi sangat penting. Gus Ipul maupun para kiai daerah sama-sama mengingatkan agar warga NU tidak ikut menyebarkan potongan informasi yang tidak jelas sumbernya. Kesediaan untuk tabayun sebelum menyimpulkan sesuatu menjadi nilai penting dalam menjaga keharmonisan internal.
Kini, setelah pihak berwenang di PBNU menyelesaikan polemik sesuai mekanisme organisasi, fokus utama warga Nahdliyin diarahkan kembali pada pengabdian kepada umat dan bangsa. NU diharapkan terus memainkan peran strategis sebagai penjaga perdamaian dan perekat kebangsaan. Ketenangan, kedewasaan, dan komitmen menjaga ukhuwah menjadi fondasi agar NU tetap menjadi organisasi yang kokoh menghadapi tantangan zaman. Dalam kerangka inilah ajakan untuk menjaga ukhuwah kembali nyaring terdengar: bahwa persatuan adalah kekuatan utama Nahdlatul Ulama.
Pada akhirnya, dinamika yang sempat muncul di PBNU berhasil diselesaikan melalui jalur yang beradab dan sesuai mekanisme Syuriyah PBNU sebagai pemegang otoritas tertinggi. Penyelesaian ini bukan hanya mengembalikan ketenangan organisasi, tetapi juga menjadi momentum refleksi bagi seluruh warga Nahdliyin tentang pentingnya merawat persaudaraan. Dengan menjaga ukhuwah Islamiyah, wathaniyah, dan Nahdliyah, warga NU dapat terus menempatkan organisasi ini sebagai sumber keteduhan serta kekuatan moral bagi umat dan bangsa. NU hanya akan semakin kuat apabila seluruh warganya bersatu dalam ketenangan, keteguhan, dan komitmen pengabdian.
*) Pengamat Isu Sosial

