Oleh : Muhammad Ilmi )*
Dinamika yang sempat mencuat di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) beberapa waktu terakhir menyedot perhatian publik, terutama di tengah derasnya arus informasi yang kerap memicu kesimpangsiuran. Situasi tersebut menuntut kedewasaan seluruh pihak dalam menyikapi perkembangan organisasi, terlebih PBNU merupakan penjaga tradisi, penopang moral bangsa, sekaligus mitra strategis pemerintah dalam menjaga stabilitas nasional. Karena itu, imbauan agar suasana tetap teduh dan tidak terbawa arus provokasi menjadi pesan penting bagi warga Nahdliyin di seluruh daerah.
Dalam konteks ini, pernyataan Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf menjadi pijakan moral yang kuat. Ia menegaskan bahwa dinamika yang terjadi hanyalah perkara organisasi biasa yang tengah ditangani secara internal oleh jajaran Syuriyah PBNU sesuai mekanisme yang telah diatur. Penekanannya pada pentingnya ketenangan, konsolidasi, dan kewaspadaan terhadap informasi tidak valid mencerminkan sikap dewasa yang sejalan dengan kebutuhan bangsa menjaga kohesi sosial di tengah kompleksitas ruang digital. Penguatan pesan agar seluruh pengurus di semua tingkatan—mulai PBNU hingga ranting—tetap menahan diri dan tidak memperkeruh keadaan juga menunjukkan bahwa PBNU memprioritaskan harmoni, bukan polemik.
Pesan untuk kembali merujuk pada informasi resmi jajaran Syuriyah merupakan langkah krusial agar warga Nahdliyin tidak terjebak putaran isu yang tidak jelas sumbernya. Penegasannya bahwa seluruh proses kini berada di tangan otoritas tertinggi organisasi memberi kejelasan bahwa PBNU tetap berjalan sesuai tatanan internal yang mapan. Penyerahan sepenuhnya pada Rais Aam dan para wakilnya menjadi bentuk penghormatan terhadap adab organisasi yang telah terbangun selama puluhan tahun. Seruan agar memperbanyak sholawat dan menjaga ketenangan hati memperlihatkan ciri khas pendekatan PBNU yang senantiasa menempatkan spiritualitas sebagai penuntun dalam membaca situasi.
Pada saat bersamaan, perkembangan terbaru menunjukkan betapa cepat dan sigapnya jajaran Syuriyah PBNU mengelola dinamika internal tersebut. Dua surat resmi yang dikeluarkan pada 22 November 2025 menjadi penanda bahwa PBNU menyelesaikan persoalan dengan elegan dan proporsional. Pencabutan tanda tangan pada surat keputusan terkait penetapan penasihat khusus serta keluarnya surat tabayun yang menjernihkan status risalah rapat menunjukkan respons yang terukur dan penuh kehati-hatian. Langkah tersebut meneguhkan bahwa PBNU mengutamakan kesatuan organisasi, bukan memperpanjang ketegangan.
Respons positif datang dari berbagai daerah, salah satunya dari Ketua PCNU Magetan, KH Susanto Khoirul Fatwa, yang melihat bahwa polemik tersebut kini telah tuntas sepenuhnya. Pernyataannya bahwa semuanya telah jelas melalui dua surat resmi memperlihatkan tingkat kepercayaannya terhadap mekanisme Syuriyah PBNU. Seruannya kepada warga Nahdliyin untuk menjaga ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah Nahdliyah mempertegas bahwa PBNU adalah rumah besar yang tidak boleh dirusak oleh perbedaan pendapat yang bersifat sementara. Ia juga mengapresiasi langkah cepat jajaran Syuriyah yang dianggap mampu meredam kegaduhan sekaligus menjaga muruah organisasi. Pengakuan terhadap kebijaksanaan para ulama Syuriyah memperlihatkan betapa pentingnya peran kepemimpinan moral dalam merawat kebesaran PBNU.
Sikap-sikap tersebut selaras dengan ikhtiar pemerintah menjaga stabilitas nasional, terlebih di tengah situasi yang membutuhkan keteduhan dan kebersamaan. Pemerintah dalam berbagai kesempatan selalu menekankan pentingnya ketenangan sosial, konsolidasi kelembagaan, dan sinergi dengan seluruh elemen masyarakat. PBNU dengan basis massa yang besar dan akar yang kuat di berbagai daerah memainkan peran kunci dalam menopang ketenteraman bangsa. Oleh karena itu, langkah-langkah PBNU dalam menuntaskan dinamika ini menjadi kontribusi nyata bagi stabilitas nasional.
Dalam konteks ruang publik saat ini, dinamika organisasi keagamaan kerap menjadi sasaran perbesaran isu oleh kelompok tertentu yang memiliki kepentingan tertentu. Di sinilah pentingnya kewaspadaan terhadap misinformasi dan disinformasi yang dapat memicu polarisasi. Fatwa keteduhan yang diutarakan para tokoh PBNU menjadi penyangga penting agar masyarakat tidak mudah terseret arus isu yang tidak memiliki pijakan jelas. Ketegasan menjaga ruang dialog internal tanpa membuka celah eskalasi konflik memperlihatkan bahwa PBNU memiliki kedewasaan institusional yang kuat.
Kini, dengan keluarnya dua surat resmi yang menyudahi polemik, PBNU berada pada posisi yang stabil untuk kembali fokus menjalankan tugas besar organisasi: mengabdi kepada umat, memperkuat moderasi beragama, dan mendukung agenda pembangunan nasional. Harapan agar seluruh elemen Nahdliyin kembali bersatu menjadi energi positif untuk melanjutkan pengabdian di akar rumput. Magetan dan berbagai daerah lainnya diharapkan tetap kondusif sebagai bentuk nyata dari komitmen bersama menjaga keteduhan sosial, terutama menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.
Saat bangsa membutuhkan suasana teduh, PBNU menunjukkan bahwa kedewasaan organisasi adalah kunci menjaga keutuhan. Dengan menempatkan musyawarah sebagai jalan utama dan menjadikan ketenangan sebagai sikap dasar, PBNU memberikan teladan bagi masyarakat luas bahwa perbedaan tidak harus berujung perpecahan. Sikap ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah yang terus mendorong persatuan serta stabilitas nasional sebagai fondasi pembangunan. Kedamaian yang dijaga oleh PBNU tidak hanya penting bagi organisasi, tetapi juga bagi masa depan Indonesia yang membutuhkan harmoni sosial dan keteduhan batin dalam menghadapi berbagai tantangan kebangsaan.
)* Penulis merupakan pengamat sosial keagamaan

