PAPUA – Ketahanan pangan di Papua menunjukkan kemajuan signifikan seiring menguatnya arah pembangunan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Pemerintah menjadikan ketahanan pangan sebagai pilar utama pembangunan melalui modernisasi pertanian, penguatan ekonomi lokal, dan transformasi digital yang kini menjangkau seluruh wilayah, termasuk Papua. Seluruh langkah percepatan ini berjalan searah dengan visi pemerataan pembangunan dan kemandirian pangan nasional.
Modernisasi pertanian Papua kini semakin digerakkan oleh generasi muda. Melalui kebijakan yang mendorong inovasi digital, peningkatan kapasitas petani, serta perluasan akses pembiayaan, pemerintah menegaskan bahwa ketahanan pangan harus dibangun dengan teknologi dan sumber daya manusia unggul.
“Pangan adalah fondasi kualitas hidup bangsa. Tanpa modernisasi pertanian, kita tidak bisa mencapai lompatan besar menuju Indonesia Emas 2045,” ujar salah satu pejabat teknis di lingkungan Pemerintah Pusat.
Percepatan ini turut diperkuat oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua. Kepala Perwakilan BI Papua, Faturahman, menyebut terdapat 22.730 petani muda yang kini didorong memanfaatkan teknologi smart farming. “Generasi petani muda memiliki adaptasi tinggi. Mereka adalah motor penggerak kemandirian pangan Papua,” katanya.
Penerapan smart farming menjadi wajah baru pertanian Papua yang sejalan dengan kebijakan nasional. Teknologi seperti sensor digital, pemantauan lahan berbasis data, hingga pengelolaan tanaman presisi dinilai mampu meningkatkan produktivitas tanpa menambah tekanan ekologis. “Dengan pendekatan presisi, hasil meningkat, biaya turun, dan risiko gagal panen bisa ditekan,” ungkap Faturahman.
Gubernur Papua, Mathius Fakhiri, menegaskan keseriusan daerah dalam mendukung modernisasi ini. “Pertanian adalah tulang punggung ekonomi masyarakat Papua. Anak-anak muda harus mengambil peran karena masa depan pangan ada di tangan mereka,” ujarnya.
Upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia ini juga mendukung kebutuhan program nasional seperti Makan Bergizi Gratis (MBG). Papua membutuhkan pasokan pangan lokal yang stabil, sehingga integrasi antara petani muda, teknologi, dan kebijakan pusat menjadi sangat penting.
Selain sektor pertanian, kerja sama riset dan inovasi turut memperkuat agenda ketahanan pangan Papua. Pemerintah Kota Jayapura menjalin kemitraan dengan Universitas Hasanuddin melalui proyek percontohan di lima lokasi strategis. Wakil Wali Kota Jayapura, Rustan Saru, menyampaikan bahwa sejumlah komoditas menunjukkan perkembangan pesat. “Cabai, tomat, jagung, hingga semangka berkembang sangat cepat dengan pendampingan akademis. Bukti bahwa riset mempercepat produktivitas pangan lokal,” ujarnya.
Model kolaborasi ini sejalan dengan kebijakan nasional yang menempatkan ilmu pengetahuan dan inovasi sebagai pilar utama ketahanan pangan. Daerah seperti Koya dan Skow kini berpeluang menjadi pusat pangan baru di timur Indonesia.
Transformasi ketahanan pangan Papua menunjukkan bahwa pembangunan pangan adalah upaya komprehensif yang melibatkan teknologi, generasi muda, serta kolaborasi lintas institusi. Papua kian tegap melangkah sebagai salah satu lumbung pangan strategis Indonesia, memperkuat fondasi kedaulatan pangan nasional sekaligus membuka ruang kemajuan bagi generasi muda masa depan.

