Dorong Pertumbuhan Fiskal Nasional, Danantara Jadi Penggerak Baru Kemandirian Ekonomi Indonesia

Oleh: Juanda Syah)*

Upaya memperkuat fondasi fiskal dan kemandirian ekonomi nasional terus menjadi fokus utama pemerintah. Melalui optimalisasi peran strategis, Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) hadir sebagai kekuatan baru dalam menggerakkan roda ekonomi Indonesia. Melalui pengelolaan investasi yang profesional, terukur, dan berorientasi jangka panjang, Danantara tidak hanya memperkuat posisi fiskal negara, tetapi juga menjadi motor penggerak bagi transformasi ekonomi nasional menuju kemandirian dan daya saing global.

Sebagai lembaga pengelola investasi yang dibentuk untuk mengoptimalkan aset negara dan meningkatkan nilai ekonomi nasional, Danantara menunjukkan peran signifikan dalam memperkuat ekosistem digital dan mendorong efisiensi sektor swasta. Salah satu bentuk kontribusinya tampak dalam keterlibatan lembaga ini pada wacana merger antara Grab dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Aksi korporasi berskala besar ini dipandang sebagai bagian dari upaya strategis untuk memperkuat ekonomi digital Indonesia, yang saat ini menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan fiskal nasional.

Chief Investment Officer (CIO) BPI Danantara, Pandu Sjahrir, mengatakan Danantara berperan sebagai fasilitator yang memastikan bahwa setiap langkah strategis investasi dilakukan berdasarkan prinsip business-to-business (B2B) dan tata kelola yang baik. Pendekatan ini memperlihatkan sikap profesional Danantara dalam mengawal kebijakan ekonomi tanpa intervensi langsung terhadap keputusan korporasi, namun tetap memastikan bahwa seluruh proses mendukung tujuan nasional, yakni memperkuat ekonomi dan fiskal negara.

Lebih lanjut, Pandu Sjahrir menegaskan pentingnya kehati-hatian dalam memantau proses bisnis antara dua perusahaan publik seperti Grab dan GOTO. Dengan status keduanya sebagai perusahaan terbuka, transparansi dan kepatuhan terhadap regulasi menjadi hal utama. Danantara, dalam hal ini, memastikan setiap langkah sinergi memiliki dampak positif terhadap stabilitas ekonomi, meningkatkan produktivitas, dan pada akhirnya memperluas kontribusi terhadap pendapatan negara. Sikap ini menunjukkan bagaimana Danantara tidak hanya menjadi pengelola aset, tetapi juga penggerak stabilitas fiskal melalui investasi strategis.

Dari sisi pemerintah, dukungan terhadap langkah ini datang dari Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, mengatakan bahwa keterlibatan Danantara mencerminkan upaya negara menjaga keseimbangan dalam ekosistem ekonomi digital. Pemerintah melihat bahwa penguatan sinergi antara pelaku industri digital seperti Grab dan GOTO akan menciptakan efisiensi, memperluas lapangan kerja, serta memperkuat kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan jutaan mitra pengemudi dan pelaku UMKM yang bergantung pada ekosistem digital, langkah ini dianggap selaras dengan semangat pemerintah dalam membangun kemandirian ekonomi rakyat berbasis teknologi.

Prasetyo Hadi menekankan bahwa proyek merger semacam ini tidak diarahkan untuk menciptakan monopoli pasar, tetapi justru untuk memperkuat daya saing dan menciptakan iklim usaha yang sehat. Pemerintah memahami bahwa keberadaan platform digital memiliki peran vital dalam menyerap tenaga kerja dan menjaga sirkulasi ekonomi di berbagai lapisan masyarakat. Dengan dukungan Danantara, kebijakan ini dapat berjalan secara terukur dan memberikan manfaat langsung terhadap sektor riil, terutama dalam mendukung ketahanan fiskal negara melalui peningkatan aktivitas ekonomi produktif.

Sementara itu, Direktur Legal dan Group Corporate Secretary GOTO, R. A. Koesoemohadiani, mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada keputusan resmi mengenai merger dengan Grab. Namun, GOTO tetap berkomitmen menjalankan setiap langkah bisnis sesuai dengan regulasi dan tata kelola perusahaan publik. Sikap patuh ini menunjukkan keselarasan antara visi korporasi dengan arah kebijakan fiskal pemerintah, di mana keberlanjutan usaha menjadi bagian dari kontribusi terhadap pendapatan negara dan penciptaan nilai ekonomi jangka panjang.

Koesoemohadiani menambahkan bahwa GOTO saat ini berada pada posisi keuangan yang kuat, dengan pencapaian laba sebelum pajak yang disesuaikan sebesar Rp 62 miliar. Kinerja positif ini mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam menyeimbangkan pertumbuhan dan efisiensi operasional. GOTO juga menaikkan pedoman EBITDA yang disesuaikan untuk tahun 2025 menjadi Rp 1,8 – 1,9 triliun, menunjukkan prospek bisnis yang sehat dan berkelanjutan. Kinerja semacam ini memberi kontribusi langsung terhadap pertumbuhan fiskal nasional melalui penerimaan pajak dan peningkatan aktivitas ekonomi digital.

Pemerintah menilai capaian tersebut sebagai bukti bahwa sinergi antara lembaga investasi negara seperti Danantara dan sektor swasta mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian. Danantara, dalam hal ini, menjadi jembatan antara kepentingan fiskal negara dan dinamika bisnis nasional, memastikan setiap langkah investasi berorientasi pada hasil yang berkelanjutan dan mendukung kemandirian ekonomi.

Keberadaan Danantara bukan hanya simbol dari penguatan instrumen fiskal, tetapi juga wujud nyata transformasi tata kelola ekonomi nasional. Dengan strategi investasi yang cerdas dan berorientasi pada nilai tambah jangka panjang, lembaga ini menjadi katalis utama bagi pertumbuhan sektor strategis seperti teknologi, infrastruktur, dan energi. Melalui pendekatan profesional dan kolaboratif, Danantara membantu pemerintah mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan eksternal dan memperluas sumber pendapatan domestik.

Danantara diharapkan terus memperkuat peranannya sebagai pendorong utama pertumbuhan fiskal nasional. Dengan visi menjadi pengelola investasi negara yang modern dan adaptif terhadap perubahan global, lembaga ini berpotensi menjadi penggerak utama dalam membangun ekonomi yang mandiri, berdaya saing, dan inklusif. Melalui koordinasi yang solid dengan pemerintah dan dunia usaha, Danantara menegaskan komitmennya untuk menjadikan kemandirian ekonomi bukan sekadar cita-cita, melainkan kenyataan yang menopang kemakmuran Indonesia.

Dengan demikian, langkah Danantara dalam mengawal dan mendukung sinergi industri digital, termasuk wacana merger Grab dan GOTO, menjadi bagian dari strategi besar untuk mendorong pertumbuhan fiskal nasional. Lembaga ini tidak hanya mengelola aset negara, tetapi juga menggerakkan arus investasi produktif yang memperkuat struktur ekonomi domestik. Di tengah tantangan global, Danantara tampil sebagai simbol optimisme baru penggerak kemandirian ekonomi Indonesia yang memperkokoh pijakan fiskal menuju masa depan yang berdaulat, tangguh, dan berkelanjutan.

)* Penulis adalah mahasiswa Jakarta tinggal di Bandung