Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus menunjukkan hasil menggembirakan. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyampaikan bahwa program ini telah menjangkau lebih dari 38,5 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia.
Capaian tersebut disampaikan Dadan saat bertemu dengan Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya.
“Kepala BGN menyampaikan bahwa hingga saat ini program MBG telah menjangkau 38.509.615 penerima manfaat yang dilayani oleh 13.514 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG,” demikian keterangan Sekretariat Kabinet melalui akun media sosial resminya.
Dadan menegaskan bahwa pengawasan mutu dan keamanan pangan terus diperkuat untuk memastikan makanan yang diberikan memenuhi standar gizi dan kebersihan.
Ia juga menyebut adanya peningkatan penyediaan test kit dan alat pemanas di dapur MBG demi menjamin kelayakan makanan.
Seskab Teddy Indra Wijaya mengapresiasi kerja keras BGN dan seluruh pihak yang terlibat.
Ia menekankan bahwa pemerintah akan terus melakukan penyempurnaan agar manfaat MBG dirasakan lebih luas dan berkelanjutan.
“Program MBG memberikan dampak nyata bagi masyarakat, tak hanya penerima manfaat, tapi juga ekosistem di dalamnya seperti UMKM, koperasi, dan BUMDes,” ujarnya.
Teddy menambahkan, pemerintah berkomitmen memastikan setiap komponen bangsa memperoleh manfaat dari MBG, baik dari sisi kesehatan masyarakat maupun kesejahteraan ekonomi di tingkat akar rumput.
BGN menargetkan jumlah penerima manfaat program MBG akan meningkat hingga 82,9 juta orang pada akhir 2025.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, mengatakan program ini tak hanya bermanfaat di sektor pangan, tetapi juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
“Program makan bergizi gratis dapat menyerap hingga 1,6 juta tenaga kerja langsung dan 2,5 juta tenaga kerja tak langsung,” ujarnya.
Ia menjelaskan, satu dapur MBG dapat melibatkan 10 hingga 15 supplier, dan tiap supplier mempekerjakan 5 sampai 10 orang.
“Itu artinya ada sekitar 2,5 juta tenaga kerja, belum termasuk industri yang tumbuh,” imbuhnya.
Nanik juga menyoroti munculnya industri baru akibat program ini.
“Dulu Indonesia tidak punya pabrik ompreng. Sekarang, dengan adanya program MBG, sudah tumbuh sekitar 35 industri, termasuk karoseri mobil pengangkut,” katanya.
Ia menegaskan, MBG bukan hanya memberi makan bergizi kepada anak-anak sekolah, tetapi juga menggerakkan ekonomi rakyat.

