JAKARTA — Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menegaskan bahwa hilirisasi kini menjadi mesin baru bagi penggerak pertumbuhan ekonomi dan investasi nasional.
Strategi ini terbukti mampu untuk menciptakan berbagai nilai tambah, memperkuat struktur industri, serta menarik investasi dalam dan luar negeri secara masif.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu menyampaikan bahwa hilirisasi bukan lagi sekadar konsep kebijakan, melainkan telah menjadi nomenklatur resmi dalam struktur kementerian.
“Kalau dulu hilirisasi hanya jadi konteks, sekarang menjadi nomenklatur dalam kementerian. Karena itu, kementerian kami kini bernama Kementerian Investasi dan Hilirisasi, yang juga mengemban fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Menurut Todotua, hilirisasi memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam lima tahun mendatang, dengan investasi menyumbang hingga 30% dari total pertumbuhan nasional.
“Selama dua periode pemerintahan terakhir, realisasi investasi mencapai Rp9.200 triliun, Untuk mencapai target pertumbuhan 8 persen, kami ditugaskan merealisasikan investasi sebesar Rp13.000 triliun dalam lima tahun ke depan,” paparnya.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menekankan bahwa hilirisasi merupakan jalan utama agar Indonesia keluar dari kutukan sumber daya alam.
Ia mengingatkan bahwa tidak ada negara maju yang berhasil tanpa industrialisasi dan hilirisasi.
“Negara ini tidak akan pernah maju kalau tidak ada industrialisasi dan hilirisasi. Kalau tidak, kita hanya akan menjadi negara dengan kutukan sumber daya alam,” tegasnya.
Bahlil mencontohkan keberhasilan hilirisasi nikel yang telah meningkatkan nilai ekspor dari US$3,3 miliar pada 2017 menjadi US$34 miliar pada 2024.
Namun, ia mengakui bahwa pelaksanaannya masih perlu perbaikan agar lebih terencana dan berkeadilan.
Pengamat ekonomi senior Aviliani menilai hilirisasi telah memberi dampak positif terhadap investasi, namun ia mengingatkan pentingnya keseimbangan antara ekonomi, tenaga kerja, dan lingkungan.
“Kalau kita bicara sumber daya alam, ini padat modal. Maka, kita juga harus melihat bagaimana dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja dan pencapaian target net zero emission,” jelasnya.
Melalui arah kebijakan yang semakin terstruktur dan dukungan lintas sektor, hilirisasi kini menjadi fondasi utama dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi. (*)

