Oleh: Puteri Silaban*
Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 tahun 2025 menjadi momentum penting untuk memperkuat semangat persatuan di tengah derasnya arus informasi digital yang semakin kompleks. Di era media sosial saat ini, tantangan terbesar generasi muda bukan hanya menjaga semangat kebangsaan, tetapi juga melawan provokasi dan disinformasi yang berpotensi merusak keutuhan bangsa. Narasi provokatif yang beredar di ruang digital sering kali disamarkan dalam bentuk informasi yang tampak meyakinkan, padahal tujuannya adalah menciptakan perpecahan, menimbulkan kebencian, dan menggerus rasa saling percaya antarwarga negara.
Momentum Sumpah Pemuda tahun ini membawa pesan penting bahwa persatuan dan kehati-hatian dalam menerima informasi menjadi benteng utama menghadapi ancaman disinformasi. Pemerintah bersama berbagai elemen masyarakat terus mengajak masyarakat untuk merayakan Sumpah Pemuda secara kondusif dan penuh semangat kebersamaan. Ajakan ini bukan hanya seremonial, melainkan bagian dari upaya strategis menjaga stabilitas sosial di tengah situasi politik dan ekonomi yang dinamis.
Anggota DPRD Kabupaten Balangan, Saiful Arif, menilai bahwa tanggung jawab menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak hanya berada di pundak aparat keamanan, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Di era digital, setiap individu memiliki peran penting sebagai penjaga informasi. Ia mengingatkan bahwa banyak isu dan kabar palsu disebarkan dengan tujuan memecah belah persatuan bangsa. Karena itu, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan kemampuan berpikir kritis dalam menilai setiap informasi yang diterima.
Menurutnya, komitmen terhadap nilai-nilai kebangsaan dan persatuan harus terus dipupuk di tengah derasnya arus media sosial yang sering kali tidak terverifikasi. Kewaspadaan digital menjadi bagian dari nasionalisme modern, di mana kesadaran untuk tidak menyebarkan kabar bohong adalah bentuk nyata cinta tanah air. Saiful juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah, legislatif, aparat keamanan, dan masyarakat agar tercipta suasana yang aman dan kondusif, seperti yang terus diupayakan di Kabupaten Balangan.
Senada dengan itu, Ketua Umum DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Ali Hanapiah, mengajak seluruh generasi muda untuk menjadikan peringatan Sumpah Pemuda sebagai ajang memperkuat solidaritas dan rasa tanggung jawab terhadap bangsa. KNPI berkomitmen mendukung program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, dengan mendorong kaum muda menjadi garda terdepan dalam menjaga harmoni sosial. Pemuda diharapkan menolak segala bentuk provokasi yang ingin memecah belah rakyat dan aparat. Dengan menjaga suasana yang aman dan damai, generasi muda dapat memastikan bahwa semangat Sumpah Pemuda tetap hidup di tengah tantangan zaman.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah dan organisasi kepemudaan. Menurutnya, stabilitas sosial yang terjaga akan berpengaruh langsung terhadap iklim investasi dan pertumbuhan ekonomi. Ia menilai bahwa organisasi kepemudaan memiliki peran strategis dalam menjaga kondusifitas sosial sekaligus membantu pemerintah dalam program pengentasan kemiskinan ekstrem. Kolaborasi ini menjadi wujud nyata semangat gotong royong yang diwariskan para pendiri bangsa.
Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pun telah mengeluarkan pedoman nasional peringatan Sumpah Pemuda 2025 dengan tema “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu.” Tema ini menggambarkan tekad bersama untuk menjadikan pemuda sebagai motor penggerak perubahan, bukan sekadar pengamat di tengah dinamika sosial. Kemenpora mendorong seluruh lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan komunitas kepemudaan untuk menggelar kegiatan yang membangun kebersamaan dan memperkuat karakter kebangsaan.
Di sisi lain, tantangan besar yang perlu diwaspadai adalah maraknya penyebaran hoaks dan narasi provokatif di media sosial. Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) mencatat adanya peningkatan signifikan dalam jumlah hoaks selama setahun pemerintahan Prabowo–Gibran, dengan total 1.593 hoaks yang terdata antara Oktober 2024 hingga Oktober 2025. Sebanyak 44,85% di antaranya merupakan hoaks politik, diikuti hoaks lowongan kerja dan hoaks bantuan sosial. Tren penyalahgunaan teknologi deepfake juga meningkat menjadi 12,7%, menunjukkan bahwa penyebaran disinformasi kini semakin canggih dan berbahaya.
Hoaks-hoaks ini tidak hanya menargetkan individu, tetapi juga lembaga besar seperti Pertamina dan BUMN lain di sektor energi. Narasi palsu mengenai kebijakan energi, distribusi BBM bersubsidi, hingga isu pelarangan pengisian BBM bagi kendaraan tertentu sempat menimbulkan keresahan publik. Bahkan, beberapa unggahan palsu yang disertai gambar dan video manipulatif menciptakan persepsi keliru seolah terjadi konflik atau kerusuhan di lapangan. Padahal, setelah diverifikasi, sebagian besar informasi tersebut adalah hasil rekayasa digital yang memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat.
Mafindo juga menyoroti meningkatnya kasus penipuan digital dengan kedok lowongan kerja dan bantuan sosial palsu. Banyak masyarakat menjadi korban karena tergiur janji gaji tinggi atau proses rekrutmen cepat yang ternyata hanyalah modus untuk meminta uang atau data pribadi. Fenomena ini menunjukkan pentingnya literasi digital dan kesadaran masyarakat dalam mengenali tanda-tanda penipuan daring.
Dalam konteks ini, lembaga pemerintah, perusahaan, dan organisasi masyarakat perlu lebih responsif dalam mengklarifikasi isu yang beredar agar masyarakat tidak menjadi korban disinformasi. Keterlambatan dalam memberikan penjelasan justru memberi ruang bagi penyebar hoaks untuk memperluas pengaruhnya. Oleh karena itu, komunikasi publik yang cepat, terbuka, dan berbasis data menjadi keharusan dalam menjaga kepercayaan masyarakat.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda seharusnya menjadi momentum refleksi kolektif bagi bangsa Indonesia untuk tidak hanya mengenang sejarah perjuangan para pemuda 1928, tetapi juga meneguhkan peran generasi kini dalam menjaga persatuan di dunia digital. Tantangan masa depan bangsa tidak lagi berbentuk penjajahan fisik, melainkan kolonialisasi informasi yang dapat menggiring opini publik ke arah yang destruktif.
Dalam semangat Sumpah Pemuda, masyarakat diimbau untuk menjadi pengguna media sosial yang bijak, memeriksa kebenaran setiap informasi sebelum membagikannya, serta menolak segala bentuk ujaran kebencian dan provokasi. Persatuan Indonesia tidak akan tergoyahkan selama rakyatnya bersatu dalam kesadaran, menjaga pikiran tetap jernih, dan menempatkan kepentingan bangsa di atas segalanya.
Melalui sinergi antara pemerintah, pemuda, lembaga masyarakat, dan seluruh lapisan warga negara, semangat “Bersatu, Bangkit, dan Bergerak Maju” akan terus menggelora. Sumpah Pemuda bukan sekadar seruan masa lalu, melainkan kompas moral yang menuntun bangsa Indonesia menghadapi tantangan zaman dengan keteguhan, kebersamaan, dan kebijaksanaan digital.
*Penulis merupakan Jurnalis Independen dan Pemerhati Isu Kebangsaan

