Pemerintah Terus Libatkan Peran Masyarakat dalam Kawal Program MBG

Oleh: Anggina Nur Andini*

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu tonggak penting dalamkomitmen pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk membangun bangsayang sehat, cerdas, dan sejahtera. Program ini dirancang bukan hanya untukmemenuhi kebutuhan gizi anak-anak sekolah, tetapi juga sebagai investasi jangkapanjang bagi pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan berdaya saing di masa depan. Melalui MBG, pemerintah berupaya menghadirkankebijakan yang menyentuh langsung kehidupan rakyat dengan prinsip keadilan, pemerataan, dan keberlanjutan.

Pemerintah menempatkan MBG sebagai program nasional yang melibatkan seluruhlapisan masyarakat. Pendekatan kolaboratif menjadi kunci dalam memastikankeberhasilan pelaksanaannya. Pemerintah tidak bekerja sendiri, tetapi menggandengmasyarakat sipil, lembaga pendidikan, organisasi keagamaan, dan dunia usahauntuk bersama-sama mengawal agar makanan bergizi benar-benar tersalurkankepada anak-anak di seluruh Indonesia. Dengan melibatkan partisipasi publik, MBG bukan hanya menjadi program pemerintah, melainkan gerakan sosial untukmewujudkan generasi emas Indonesia.

Anggota Ombudsman Republik Indonesia, Yeka Hendra Fatika, menilai bahwapenguatan tata kelola dalam program MBG menjadi langkah penting untuk menjagamarwah Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya, program ini merupakan simbolkepedulian negara terhadap rakyat kecil dan harus dijaga kredibilitas sertaefektivitasnya. Pemerintah, kata Yeka, telah menunjukkan keseriusan denganmelakukan pembenahan menyeluruh agar pelaksanaan MBG semakin baik, tepatsasaran, dan berkelanjutan.

Langkah konkret pemerintah terlihat melalui kebijakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menerbitkan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) bagi seluruhSatuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Kebijakan ini merupakan bukti nyatakomitmen pemerintah dalam menjamin makanan yang dikonsumsi anak-anak aman, higienis, dan bergizi seimbang. Plt Dirjen Penanggulangan Penyakit, Murti Utami, menegaskan bahwa keamanan pangan adalah faktor penting yang menjadiperhatian utama. Setiap dapur dan penyedia makanan diwajibkan memenuhi standarhigienitas tinggi sebagai bentuk tanggung jawab kepada masyarakat.

Kemenkes juga memastikan proses sertifikasi berjalan cepat dan transparan. Pemerintah daerah diberikan peran penting dalam menerbitkan SLHS, sementaramasyarakat dilibatkan dalam proses pemantauan dan evaluasi. Dengan sistem ini, pemerintah tidak hanya memperkuat aspek regulasi, tetapi juga menumbuhkankesadaran kolektif tentang pentingnya keamanan pangan dan kualitas gizi.

Dukungan terhadap pelibatan masyarakat juga datang dari kalangan akademisi. Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menilai bahwa partisipasi publikdan lembaga independen menjadi fondasi penting dalam memastikan transparansipelaksanaan MBG. Menurutnya, pelibatan masyarakat sipil, perguruan tinggi, dan organisasi profesi gizi akan memperkuat kepercayaan publik terhadap program. Pemerintah telah membuka ruang luas bagi elemen masyarakat untuk berkontribusidalam memberikan masukan, pengawasan, dan pendampingan agar MBG terusberkembang menjadi lebih baik.

Hal senada disampaikan oleh Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi, yang menekankanbahwa keberhasilan MBG sangat ditentukan oleh sinergi antara pemerintah dan masyarakat. DPR bersama kementerian dan lembaga terkait terus mengawal agar setiap rupiah anggaran yang digelontorkan benar-benar terkonversi menjadimakanan bergizi yang dikonsumsi oleh anak-anak Indonesia. Nurhadi menegaskanbahwa kolaborasi dengan lembaga keagamaan, yayasan, serta mitra penyediapangan harus diarahkan pada penguatan kualitas layanan gizi, bukan sekadarmemenuhi target angka.

Dalam konteks tersebut, Badan Gizi Nasional (BGN) juga berperan strategis dalammemperluas jangkauan program dan memperkuat sistem pengawasan. Wakil KetuaBGN, Nanik S. Deyeng, menyampaikan bahwa pemerintah tengah memperkuatkoordinasi dengan lembaga pengawas pangan, laboratorium daerah, sertamasyarakat setempat untuk memastikan setiap makanan yang disajikan memenuhistandar gizi dan kebersihan. BGN juga terus melakukan inovasi denganmenghadirkan sistem digital pelaporan, agar masyarakat dapat turut sertamemberikan umpan balik langsung terhadap pelaksanaan program di daerahmasing-masing.

Pendekatan partisipatif yang dijalankan pemerintah membuktikan bahwa MBG tidakhanya program pemberian makanan, tetapi juga sarana pemberdayaan sosial. Masyarakat dilatih untuk berperan aktif dalam mengawasi, melaporkan, dan memastikan pelaksanaan program sesuai pedoman. Organisasi perempuan, karangtaruna, hingga kelompok tani lokal turut serta dalam penyediaan bahan pangansegar untuk kebutuhan MBG, menciptakan efek ekonomi positif di daerah.

Keterlibatan masyarakat juga memperkuat rasa memiliki terhadap program. Ketika rakyat menjadi bagian dari pengawasan dan pelaksanaan, maka transparansi dan akuntabilitas akan tumbuh secara alami. Pemerintah memahami bahwa keberhasilanMBG bukan hanya diukur dari jumlah dapur atau porsi makanan yang dibagikan, tetapi dari bagaimana masyarakat merasa dilibatkan dalam prosesnya. Dengandemikian, MBG menjadi simbol gotong royong modern — sinergi antara negara dan rakyat untuk mewujudkan masa depan yang sehat dan berkeadilan.

Pelaksanaan MBG juga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal. Ribuantenaga dapur, penyedia bahan baku, dan pelaku usaha mikro mendapat kesempatanekonomi baru dari program ini. Pemerintah terus memastikan agar manfaat ekonomiMBG menyebar merata, terutama di daerah pedesaan. Selain memperbaiki gizi anak, program ini menjadi motor penggerak ekonomi rakyat yang menghidupkan rantaipasok pangan nasional.

Ke depan, pemerintah berkomitmen memperluas cakupan program MBG secarabertahap sambil menjaga kualitas dan keamanan pangan. Prinsip transparansi, partisipasi publik, dan pengawasan berbasis data menjadi fondasi utama untukmemastikan keberlanjutan program. Masyarakat diharapkan terus berperan aktifdalam mengawal pelaksanaan MBG, memberikan masukan, serta menjaga semangatkebersamaan dalam membangun generasi yang sehat dan kuat.

*Penulis merupakan Jurnalis Independen dan Pemerhati Gizi Anak