Peningkatan Fokus Produksi Gas Bumi dan Energi Terbarukan untuk Swasembada Energi

Oleh: Citra Kurnia Khudori)*

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan kemandirian energi sebagai bagian dari strategi besar pembangunan nasional. Upaya ini dilakukan melalui peningkatan produksi gas bumi dan pengembangan energi terbarukan secara berkelanjutan.

Presiden Prabowo menegaskan pentingnya swasembada energi untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. Ia menilai bahwa kemandirian energi akan memperkuat stabilitas ekonomi nasional dan mendukung pertumbuhan industri dalam negeri.

Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sudah menyiapkan strategi untuk meningkatkan produksi gas bumi dan pengembangan energi terbarukan seperti bioenergi. 

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, Kementerian ESDM sedang memperkuat pengelolaan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan energi nasional secara lebih efisien. Gas dinilai sebagai kunci penting dalam upaya diversifikasi energi Indonesia.

Dampaknya bukan hanya mampu menekan impor energi, tetapi juga mendorong pertumbuhan industri manufaktur dan memperluas akses energi bersih ke Masyarakat. Ketersediaan gas di dalam negeri saat ini, lanjut Yuliot, perlu dimanfaatkan secara maksimal untuk kebutuhan industri dalam negeri dan kebutuhan masyarakat umum.

Saat ini pemerintah tengah memperluas pembangunan jaringan gas rumah tangga (jargas) di berbagai wilayah. Proyek tersebut diharapkan menjangkau rumah tangga di kawasan perkotaan dan industri kecil, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap LPG impor. Dengan jargas, distribusi energi dinilai menjadi lebih efisien, murah, dan berkelanjutan. 

Sebagai ujung tombak di sektor energi, Kementerian ESDM juga mempercepat program energi terbarukan, salah satunya melalui pengembangan bionergi. Perlahan tapi pasti, sudah ada program biodiesel yang diimplementasikan tahun ini, yakni B40. Kemudian, kata Yuliot, tahun depan giliran B50 yang diimplementasikan sesuai arahan Presiden Prabowo. 

Kenaikan kadar campuran biodiesel diharapkan mampu menekan impor minyak mentah sekaligus memperkuat industri sawit dalam negeri sebagai penyedia bahan baku utama. Selain itu, pemerintah juga mendorong agar bahan baku diesel sepenuhnya dapat dipenuhi dari industry hulu nasional agar rantai pasok lebih mandiri dan stabil.

Kinerja di Sektor Migas

Gas dipandang sebagai bahan bakal fosil yang relatif bersih, sehingga menjadi transisi yang strategis bagi pengembangan energi nasional ke depannya. Selain arah kebijakan fokus pada percepatan energi terbarukan, pemerintah juga perlu memastikan sektor migas berkontribusi maksimal untuk kemandirian energi.

Sebagai pemicu optimisme dalam melihat target peningkatan produksi gas bumi ke depan, kinerja Pertamina EP Cepu pada tahun 2024 patut diancungi jempol. Produksi gas meningkat 27 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Direktur Utama PEPC Muhamad Arifin menuturkan bahwa tahun 2024 merupakan milestone penting dalam sejarah perusahaan. Lapangan Unitisasi Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB) telah berhasil mendapatkan persetujuan place into service (PIS).

Dengan kapasitas produksi penuh 192 juta standar kaki kubik gas per hari, JTB memasok energi ke wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah, wilayah yang sangat bergantung pada ketersediaan pasokan gas. Per September 2025, serapan gas dari lapangan tersebut sudah sekitar 125 juta standar kaki kubik per hari dengan pelanggan utama PLN, PKG, dan jaringan gas rumah tangga. 

Dari sisi tata kelola, PEPC juga mencatat capaian yang membanggakan. Operasi tanpa kecelakaan kerja, dengan lebih dari 67 juta jam selamat menjadi indicator penting penerapan standar keselamatan. 

Sumber Energi Terbarukan yang Ideal Bagi Indonesia

Di sisi lain, sektor energi terbarukan menjadi perhatian utama untuk mencapai swasembada energi yang berkelanjutan. Indonesia memiliki potensi energi hijau yang melimpah seperti panas bumi, surya, dan air.

Pemerintah juga menilai bahwa diversifikasi sumber energi akan menjadi kunci utama menuju swasembada. Semakin banyak sumber energi yang dimanfaatkan, semakin kuat pula fondasi kemandirian nasional.

Junior Production Engineer Pertamina EP, Rezha Aditya Pratama mengatakan, bahwa biodiesel merupakan salah satu solusi transisi di samping pemanfaatan tenaga surya, panas bumi, dan kendaraan Listrik. Campuran yang terkandung dalam biodiesel, menurutnya, mampu menjaga mesin ekonomi tetap berjalan sambil memberi waktu untuk membangun sumber energi yang benar-benar bersih. 

Ia juga menerangkan, masa depan biodiesel di Indonesia memiliki masa depan yang cerah jika bahan baku sawit tetap melimpah dan harga stabil. Bukan mustahil Indonesia melangkah ke B50 bahkan B100. Rezha optimistis bahwa implementasi B40 merupakan satu tahap dalam perjalanan panjang menuju energi bersih dan mandiri. 

Energi terbarukan lainnya seperti panas bumi juga dianggap menjadi sumber energi terbarukan yang ideal bagi Indonesia. Team Leader Geophysics Team dari Earth Sciences New Zealand, Robert Reeves, bahkan yakin potensi geothermal di Indonesia sangat besar. Potensi panas bumi itu setara 23,7 GW atau sekitar 40 persen dari total global.

Reeves melihat langsung di lapangan soal potensi panas bumi Blawan Ijen yang dikelola PT Medco Cahaya Geothermal pada pertengahan September 2025 lalu dan meyakinkan bahwa ada kemajuan berarti di Indonesia. 

Ia mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki peluang untuk menjadi pemimpin global dalam pengembangan panas bumi berkelanjutan. Jika dikelola dengan kehati-hatian, panas bumi punya keunggulan disbanding sumber energi lainnya, seperti mampu menyediakan daya beban dasar (baseload power) yang konsisten, memiliki jejak penggunaan lahan yang relatif kecil, menghasilkan emisi yang sangat rendah, dan memungkinkan untuk dimanfaatkan oleh industri sekunder. 

Dengan demikian, swasembada energi bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga tentang membangun masa depan yang mandiri. Dengan sumber daya yang melimpah dan kebijakan yang tepat, Indonesia memiliki peluang besar untuk mencapainya.

)* Penulis merupakan Pemerhati Isu Sosial-Ekonomi