Oleh: Rudi Alamsyah Kusumawinata (*
Satu tahun sudah program Makan Bergizi Gratis (MBG) berjalan, sebuah kebijakan monumental yang menjadi prioritas pemerintah untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat sekaligus mendongkrak produktivitas ekonomi nasional. Program ini tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi anak-anak sekolah, ibu hamil, dan kelompok rentan lainnya, tetapi juga menciptakan dampak ekonomi yang luas melalui keterlibatan petani, nelayan, hingga pelaku UMKM pangan.
Kepala Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus, Aries Marsudiyanto, menegaskan bahwa pemerintah terus melakukan evaluasi secara intensif untuk memastikan program MBG benar-benar membentuk generasi sehat dan pintar. Ia menuturkan, lebih dari 76 negara di dunia telah menerapkan program sejenis selama puluhan tahun dengan hasil positif yang signifikan. Indonesia baru memulainya kurang dari setahun, namun sudah mampu menjangkau sekitar 30 juta penerima manfaat. Angka ini menunjukkan betapa besar apresiasi masyarakat terhadap program yang diyakini mampu melahirkan generasi emas Indonesia.
Menurut Aries, MBG merupakan program yang strategis untuk membangun fondasi sumber daya manusia unggul. Dengan terpenuhinya gizi seimbang sejak dini, anak-anak tidak hanya terhindar dari stunting atau gangguan tumbuh kembang, tetapi juga mampu berprestasi lebih baik di bidang akademik. Pada akhirnya, generasi sehat dan cerdas inilah yang akan mengisi kebutuhan tenaga kerja produktif dalam pembangunan nasional.
Sebagai program besar, MBG memiliki tantangan yang wajar untuk terus diperkuat melalui koordinasi lintas sektor. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menekankan bahwa cakupan dan dampak MBG yang luas menuntut tata kelola yang kuat dan berkelanjutan. Ia menyebutkan bahwa pemerintah tengah menyiapkan aturan teknis dalam bentuk Peraturan Presiden dan/atau Instruksi Presiden untuk memastikan koordinasi yang jelas antara kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.
Zulhas menilai, aturan ini akan mengatur pembagian tugas secara rinci, mulai dari penyediaan bahan pangan, distribusi, hingga mekanisme pengawasan. Dengan adanya payung hukum yang kokoh, pemerintah berharap program MBG berjalan lebih tertib, efektif, dan akuntabel. Langkah ini juga menjadi bentuk keseriusan pemerintah dalam menjawab tantangan besar di lapangan, seperti distribusi pangan di daerah terpencil, variasi menu sesuai kebutuhan gizi lokal, dan keterlibatan petani sebagai penyedia bahan baku.
Aspek kesehatan menjadi salah satu indikator penting keberhasilan MBG. Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan bahwa pemerintah akan memasukkan sejumlah pengecekan kesehatan dalam program Cek Kesehatan Gratis (CKG). Pengukuran berat, tinggi badan, serta status gizi penerima manfaat akan dilakukan secara berkala untuk memantau dampak nyata MBG.
Budi menjelaskan bahwa data yang terkumpul akan menjadi bukti ilmiah keberhasilan program. Informasi ini juga akan dipakai sebagai dasar penyempurnaan menu, agar masyarakat menerima nutrisi dengan kualitas terbaik. Lebih jauh, Kementerian Kesehatan juga berencana mengintegrasikan evaluasi MBG dalam Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2026. Survei ini akan memiliki bagian khusus yang mengukur perkembangan MBG secara nasional, sekaligus membandingkannya dengan data sebelumnya.
Menurut Budi, pengalaman menunjukkan bahwa nutrisi yang baik mampu mencegah setidaknya 50 persen masalah kesehatan. Kasus stunting, kelainan kongenital, hingga tingginya angka kematian ibu dan anak bisa ditekan dengan pola makan yang lebih baik. Oleh karena itu, MBG merupakan investasi jangka panjang dalam menurunkan beban biaya kesehatan nasional, sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Dari sisi ekonomi, MBG memberi multiplier effect yang luas. Permintaan bahan pangan bergizi, seperti sayur, buah, telur, dan ikan, meningkat seiring pelaksanaan program. Kondisi ini menjadi peluang besar bagi petani, nelayan, dan pelaku UMKM untuk memperluas pasar dan meningkatkan pendapatan. Bahkan, dalam jangka panjang, program ini mendorong terciptanya rantai pasok pangan lokal yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Lebih dari itu, MBG memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan keterlibatan langsung berbagai sektor, program ini mampu menstimulasi produksi pangan dalam negeri, mengurangi ketergantungan impor, dan menstabilkan harga di pasar. Masyarakat pun merasakan manfaat ganda yakni anak-anak mendapatkan makanan bergizi, sementara roda ekonomi desa berputar lebih cepat.
Publik luas merespons positif program ini. Orang tua merasa lebih tenang karena anak-anak mereka mendapatkan jaminan makanan bergizi di sekolah. Tenaga pendidik melihat perubahan positif dalam konsentrasi belajar siswa. Bahkan di berbagai daerah, program ini disambut dengan partisipasi aktif masyarakat, baik dalam bentuk gotong royong penyediaan bahan lokal maupun inovasi menu sesuai kearifan daerah.
Pemerintah terus memperkuat upaya distribusi hingga pelosok, menjaga kualitas makanan, serta meningkatkan literasi gizi masyarakat agar manfaat MBG semakin optimal. Namun, langkah evaluasi dan penyempurnaan yang terus dilakukan pemerintah menegaskan bahwa MBG adalah program yang dirancang untuk berkelanjutan, bukan sekadar kebijakan sesaat.
Setahun berjalan, program Makan Bergizi Gratis telah membuktikan diri sebagai kebijakan yang bukan hanya menyentuh aspek kesehatan, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Pemerintah menunjukkan komitmen kuat melalui evaluasi, penguatan regulasi, serta integrasi dengan sistem kesehatan dan pangan nasional.
Masyarakat kini semakin percaya bahwa MBG adalah langkah tepat menuju generasi emas Indonesia. Dengan gizi yang terpenuhi, anak-anak tumbuh lebih sehat, cerdas, dan berdaya saing. Karena itu, mari kita terus memberikan dukungan penuh pada program MBG, percaya pada konsistensi pemerintah, dan bersama-sama menjaga keberlanjutan program ini demi masa depan bangsa.
)* Penulis merupakan Pemerhati Gizi dan Kesehatan