Masyarakat Apresiasi MBG Hadirkan Pemerataan Gizi

Oleh: Yandi Arya Adinegara)*

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto telah menegaskan komitmen pemerintah dalam membangun generasi sehat, cerdas, dan berdaya saing. MBG hadir bukan sekadar sebagai program bantuan konsumsi, melainkan investasi strategis untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Sejak awal pelaksanaannya, MBG telah menjangkau jutaan penerima manfaat di berbagai daerah, mulai dari anak usia dini, pelajar, hingga santri. Dukungan terhadap petani, nelayan, dan UMKM sebagai bagian dari rantai pasok juga menunjukkan bahwa program ini membawa dampak luas, bukan hanya pada aspek kesehatan, tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Komitmen Presiden Prabowo dalam mengawal MBG terlihat jelas pada sikap sigapnya merespons laporan adanya kendala teknis di lapangan. Hariqo Wibawa Satria, Tenaga Ahli Utama Badan Komunikasi Pemerintah (Bakom RI), menyampaikan bahwa begitu tiba di Bandara Halim Perdanakusuma pada Sabtu, 27 September 2025, Presiden langsung memimpin rapat darurat membahas perbaikan MBG. Menurutnya, Presiden menegaskan keselamatan anak-anak sebagai prioritas utama dan menekankan bahwa pekerjaan tidak mengenal hari libur.

Rapat lanjutan malam itu juga dan koordinasi yang kembali digelar keesokan harinya menunjukkan prinsip kepemimpinan yang tegas dan konsisten. Presiden menilai keselamatan anak adalah prioritas mutlak. Kasus keracunan sekecil apa pun harus ditekan hingga nol persen.

Dari rapat koordinasi, Presiden memberikan delapan arahan penting. Pertama, keselamatan anak Indonesia menjadi prioritas utama, sebab ini menyangkut nyawa generasi penerus. Kedua, seluruh dapur MBG atau SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) yang bermasalah ditutup dan diaudit. Ketiga, evaluasi total dilakukan terhadap disiplin dan kompetensi juru masak di seluruh dapur.

Keempat, perbaikan sanitasi dilakukan menyeluruh, termasuk kualitas air dan alur limbah. Kelima, seluruh kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah dilibatkan aktif dalam pengawasan. Keenam, rapat bersama Mendagri, Menkes, Badan Gizi Nasional, dan Mendikdasmen dengan kepala daerah memastikan tata kelola MBG diperbaiki hingga ke tingkat paling bawah.

Ketujuh, Kementerian Kesehatan menginstruksikan dinas kesehatan memanfaatkan puskesmas dan UKS untuk memantau dapur MBG secara rutin. Dalam waktu satu bulan, Badan Gizi Nasional menargetkan seluruh dapur memiliki sertifikat higienis, halal, dan penggunaan air layak. Kedelapan, setiap dapur MBG dipasangi CCTV terhubung ke pusat, koki dilatih ulang, peralatan makan disterilisasi, hingga penggunaan filter air dan alat rapid test makanan.

Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya fokus pada kuantitas, tetapi juga pada kualitas dan keamanan pangan. MBG harus bebas dari kesalahan, sekaligus menghadirkan manfaat luas bagi anak-anak dan masyarakat.

Untuk memastikan distribusi berjalan lancar, pemerintah melalui Badan Gizi Nasional juga menginstruksikan agar setiap sekolah penerima manfaat menunjuk guru sebagai PIC distribusi MBG. Guru yang ditugaskan memperoleh insentif Rp100.000 per hari, sebagai bentuk apresiasi atas peran mereka dalam menjaga keberlangsungan program. Kebijakan ini tidak hanya memperkuat pengawasan, tetapi juga menambah rasa tanggung jawab kolektif. Dengan keterlibatan langsung guru, kepercayaan publik terhadap keamanan dan kelancaran distribusi MBG semakin meningkat.

Masyarakat luas memberikan apresiasi terhadap konsistensi Presiden dalam memastikan kualitas MBG. Banyak yang menilai langkah cepat perbaikan adalah bukti nyata bahwa pemerintah serius menjaga kesehatan anak-anak bangsa. Sekolah, organisasi kepemudaan, hingga kalangan akademisi menilai MBG sebagai amanah besar yang harus dijaga keberlangsungannya.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menegaskan bahwa MBG adalah program prioritas yang tidak boleh terhenti hanya karena kendala teknis. Ia menyampaikan bahwa evaluasi justru menjadi kesempatan untuk memperkuat sistem agar lebih tangguh.

Sekretaris Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Affandi Affan, menilai bahwa langkah cepat Presiden dalam melakukan evaluasi adalah bukti keseriusan pemerintah. Menurutnya, MBG adalah amanah besar yang menyangkut kesehatan dan masa depan anak-anak, sehingga perlu pengawasan ketat agar program berjalan aman dan sehat.

Sekretaris Jenderal Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Andi Yuliani, menegaskan bahwa MBG merupakan investasi jangka panjang. Menurutnya, asupan gizi yang baik sejak dini sangat berpengaruh pada kecerdasan, kesehatan, dan produktivitas anak-anak Indonesia di masa depan. Dengan pemerataan gizi, angka stunting dan ketimpangan gizi bisa ditekan secara signifikan.

Keterbukaan pemerintah juga menjadi poin penting yang diapresiasi publik. Transparansi membuktikan bahwa pemerintah mengajak masyarakat bersama-sama mengawal program. Partisipasi publik dalam pengawasan MBG adalah kunci agar program terus membaik. Pemerintah menyadari bahwa keberhasilan MBG tidak hanya ditentukan oleh kebijakan pusat, tetapi juga kolaborasi dengan daerah dan masyarakat.

Program MBG adalah salah satu kebijakan monumental pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Dengan sikap cepat tanggap, tegas, dan konsisten, pemerintah menunjukkan bahwa keselamatan anak adalah prioritas utama. Evaluasi dan perbaikan yang terus dilakukan membuktikan MBG tidak berhenti sebagai program konsumsi, tetapi berkembang sebagai investasi jangka panjang untuk membangun SDM unggul.

Apresiasi masyarakat yang semakin luas adalah bukti bahwa MBG diterima dengan baik. Program ini menghadirkan pemerataan gizi, menekan stunting, memperkuat daya saing bangsa, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat kecil. MBG adalah simbol hadirnya negara untuk melindungi generasi penerus bangsa, sekaligus pijakan menuju Indonesia yang sehat, kuat, dan berdaya saing di masa depan.


*) Penulis merupakan Pengamat Sosial