Oleh: Dhita Karuniawati )*
Panen raya jagung yang digelar di berbagai daerah Indonesia menjadi momentum penting untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menegaskan bahwa panen raya ini bukan hanya simbol keberhasilan petani, tetapi juga bukti nyata keseriusan pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan yang selama ini menjadi cita-cita bersama.
Jagung adalah salah satu komoditas strategis setelah padi yang memiliki peran vital dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, bahan baku industri, hingga pakan ternak. Oleh karena itu, panen raya yang berlangsung pada tahun ini dipandang sebagai hasil kerja keras dari sinergi antara pemerintah, petani, dan berbagai pihak yang terlibat dalam rantai pasok pangan nasional.
Pemerintah menargetkan jagung tidak hanya menjadi produk konsumsi dalam negeri, tetapi juga memiliki potensi untuk diekspor ke berbagai negara. Dengan produksi jagung yang terus meningkat, Indonesia diharapkan mampu mengurangi ketergantungan impor dan meningkatkan kemandirian pangan.
Jajaran Polri menggelar panen raya tanaman jagung kuartal III pada lahan seluas 1.788,26 hektare yang tersebar di sejumlah daerah di seluruh Indonesia dengan estimasi hasil produksi sebanyak 7.153,04 ton.Panen raya jagung itu digelar serentak di beberapa wilayah, termasuk Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan.
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan bahwa Polri berkomitmen mendukung seluruh program Pemerintah, termasuk dalam menciptakan swasembada pangan nasional.
Kapolri menjelaskan total luas lahan yang dikelola Polri sampai saat ini untuk program ketahanan pangan tercatat ada 819.080 hektare lahan, dengan 483.822 di antaranya telah ditanami.
Program penanaman Polri tersebut telah terasa hasilnya, dimana pada Kuartal I dan II tahun 2025, panen jagung berhasil dilakukan di lahan seluas 360.019 Ha dengan total produksi mencapai 2.083.740 ton jagung. Sementara pada Kuartal III, Panen Raya sedang berlangsung secara serentak di berbagai wilayah Indonesia dengan luasan 166.512,04 hektare dengan estimasi produksi sebesar 751.442,96 ton.
Puncaknya, pada 27 September 2025, Panen Raya digelar di seluruh Indonesia dengan luasan 1.788,26 hektare dengan estimasi hasil produksi sebesar 7.153,04 ton yang terpusatkan di Kabupaten OKU Timur.
Panen Raya ini sekaligus menjadi bukti bahwa program Polri tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga hadir di tengah masyarakat untuk memberikan kontribusi langsung terhadap kesejahteraan bangsa. Dengan capaian yang terus meningkat, program ini akan semakin memperkuat ketahanan pangan Indonesia di masa mendatang.
Sementara itu, Wakil Gubernur (Wagub) Banten Achmad Dimyati Natakusumah mengatakan bahwa panen raya jagung menjadi momentum penting dalam mewujudkan swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan petani.
Dimyati menekankan pentingnya menjaga lahan pertanian agar tetap produktif, sekaligus mendorong peran Bulog dalam menyerap hasil panen petani. Menurutnya, ketahanan pangan tidak hanya terkait konsumsi, tetapi juga menyangkut kestabilan ekonomi.
Dimyati mengatakan panen raya jagung di Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, menjadi simbol kebersamaan antara pemerintah, kepolisian, dan petani dalam menjaga ketahanan pangan. Panen ini bukan hanya soal hasil, tetapi juga kebersamaan. Pemerintah, kepolisian, dan petani bersatu demi swasembada pangan dan kesejahteraan rakyat.
Panen raya jagung tidak hanya berdampak pada ketahanan pangan, tetapi juga memberikan efek domino bagi perekonomian nasional. Harga jagung yang stabil dapat membantu menjaga biaya produksi sektor peternakan, terutama ayam dan sapi, yang sangat bergantung pada jagung sebagai bahan pakan.
Dengan meningkatnya pasokan jagung dalam negeri, industri pakan ternak dapat mengurangi ketergantungan pada jagung impor yang rentan terhadap fluktuasi harga global. Hal ini tentu membantu menjaga stabilitas harga daging dan telur di pasar domestik, yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat.
Selain itu, panen raya juga menciptakan lapangan kerja di sektor pertanian dan industri pengolahan jagung. Mulai dari tenaga kerja di lahan pertanian, pekerja di fasilitas penyimpanan, hingga buruh di pabrik pengolahan jagung. Semua ini memberikan multiplier effect yang positif bagi perekonomian nasional, terutama di wilayah pedesaan yang menjadi basis produksi jagung.
Panen raya jagung bukan hanya sekadar agenda rutin, tetapi juga menjadi simbol harapan bagi masa depan pertanian Indonesia. Dalam konteks global, ketahanan pangan menjadi isu strategis yang sangat diperhatikan, terutama menghadapi tantangan perubahan iklim, krisis pangan, dan ketidakstabilan geopolitik dunia.
Dengan panen raya ini, Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa ini mampu berdiri tegak dengan mengandalkan kekuatan sendiri dalam mencukupi kebutuhan pangan. Pemerintah menegaskan bahwa swasembada pangan bukan hanya soal kemandirian, tetapi juga soal kedaulatan dan martabat bangsa.
Keberhasilan panen raya jagung diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus terjun ke sektor pertanian. Dengan semangat inovasi dan modernisasi, pertanian Indonesia diyakini akan semakin maju, produktif, dan berdaya saing.
Panen raya jagung tahun ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan. Dengan dukungan penuh kepada petani, strategi jangka panjang yang jelas, serta sinergi antar pihak, cita-cita Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri pangan semakin nyata. Jagung bukan hanya simbol hasil bumi, tetapi juga representasi kemandirian bangsa dalam menjaga ketahanan dan kedaulatan pangan di tengah dinamika global.
*) Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia