Danantara Jadi Motor Utama Hilirisasi Energi dan Sumber Daya Mineral

)* Andhika Utama

Dalam beberapa tahun terakhir, isu hilirisasi sumber daya alam, khususnya di sektor energi dan mineral, menjadi perbincangan utama dalam agenda pembangunan nasional. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa ketergantungan pada ekspor bahan mentah membuat posisi tawar negara menjadi lemah di pasar global, serta membatasi nilai tambah yang bisa dinikmati oleh perekonomian domestik. Dalam konteks inilah, kehadiran Danantara sebagai entitas strategis di sektor energi dan sumber daya mineral memainkan peran kunci. 

Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ahmad Erani Yustika sejumlah proyek hilirisasi di sektor energi sudah memasuki tahapan feasibility study oleh BPI Danantara, tahapan ini ditargetkan rampung pada Desember mendatang.

Sejalan dengan itu Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah akan membentuk Satgas Investasi dan Ketahanan Energi yang diinisiasi langsung oleh Danantara bersama Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional. Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional akan mendampingi dan membantu proses-proses perizinan serta implementasi proyek.

Danantara bukan sekadar perusahaan energi biasa. Ia lahir sebagai respons terhadap tantangan zaman, ketika krisis iklim, transisi energi, serta urgensi pengolahan sumber daya alam secara mandiri mulai menjadi prioritas global. Dengan strategi yang terintegrasi, Danantara memosisikan dirinya sebagai pelaku utama dalam mengubah wajah industri energi dan tambang di Indonesia. Pendekatan yang mereka lakukan tidak hanya berorientasi pada produksi, tetapi juga mencakup seluruh rantai nilai mulai dari eksplorasi, produksi, pengolahan, hingga distribusi dan pemanfaatan produk turunan.

Salah satu langkah paling nyata yang menunjukkan komitmen Danantara dalam mendorong hilirisasi adalah keterlibatan aktif mereka dalam pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) di berbagai wilayah strategis. Dalam proyek-proyek ini, Danantara tidak hanya menjadi investor, tetapi juga katalisator kerja sama antara pemerintah, BUMN, dan pelaku usaha swasta nasional. Fasilitas-fasilitas tersebut bukan hanya menjadi simbol kemandirian industri, tetapi juga menciptakan lapangan kerja, mentransfer teknologi, dan membuka ruang bagi pengembangan industri manufaktur berbasis sumber daya lokal.

Namun, lebih dari sekadar membangun infrastruktur, Danantara juga memberikan perhatian serius terhadap aspek keberlanjutan. Mereka memahami bahwa keberhasilan hilirisasi tidak bisa dicapai dengan mengorbankan lingkungan atau mengabaikan aspek sosial. Oleh karena itu, pendekatan mereka selalu dilandasi prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) yang ketat. 

Yang menarik, Danantara juga sangat progresif dalam hal pemanfaatan teknologi. Mereka menyadari bahwa untuk bisa bersaing secara global, efisiensi dan inovasi adalah kunci. Maka dari itu, mereka banyak berinvestasi dalam riset dan pengembangan (R&D), khususnya dalam teknologi energi bersih dan pemrosesan mineral berbasis digitalisasi. Penggunaan kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), serta sistem otomasi dalam operasional tambang dan pabrik pengolahan menjadi bukti bahwa Danantara tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, melainkan menyiapkan fondasi untuk keberlanjutan industri nasional di masa depan.

Di sisi lain, peran Danantara juga terlihat dalam upaya membangun ekosistem industri yang terhubung dengan pasar global. Mereka aktif menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan-perusahaan internasional, baik dalam bentuk joint venture, alih teknologi, maupun penyelarasan standar produksi. Tujuannya bukan hanya untuk memperluas pasar, tetapi juga untuk memastikan bahwa produk-produk hilirisasi dari Indonesia dapat bersaing secara kualitas dan efisiensi di panggung dunia. Pendekatan ini juga mendukung cita-cita Indonesia untuk naik kelas dari negara pengekspor bahan mentah menjadi pemain penting dalam rantai pasok global, khususnya dalam industri energi baru terbarukan dan kendaraan listrik.

Danantara turut memainkan peran penting dalam membangun ekosistem baterai nasional, mulai dari hulu hingga hilir. Mereka menggandeng lembaga riset, pelaku industri otomotif, serta institusi pendidikan tinggi untuk memastikan keberlanjutan pengembangan teknologi dan sumber daya manusia yang dibutuhkan.

Bukan hal mudah menjadi motor utama dalam hilirisasi sumber daya alam. Tantangannya banyak mulai dari regulasi yang dinamis, resistensi dari pelaku industri lama, hingga tantangan geografis dan infrastruktur. Namun, Danantara membuktikan bahwa dengan visi yang jelas, kepemimpinan yang progresif, serta kemauan untuk berinovasi, transformasi bisa dilakukan. Bahkan, mereka tidak hanya mengubah lanskap industri, tetapi juga memberi contoh bagaimana entitas bisnis bisa berperan sebagai agen perubahan dalam pembangunan nasional.

Dalam jangka panjang, keberhasilan hilirisasi yang dimotori oleh Danantara akan menentukan arah masa depan Indonesia. Bukan hanya soal pertumbuhan ekonomi, tetapi juga soal kedaulatan energi, ketahanan industri, serta kemampuan bangsa untuk mengelola kekayaan alamnya secara berkelanjutan dan bermartabat. Di tengah dinamika global yang terus berubah, kehadiran Danantara menjadi harapan bahwa Indonesia mampu berdiri tegak, tidak lagi sebagai penyedia bahan mentah dunia, tetapi sebagai pelaku utama dalam industri bernilai tinggi.

Danantara bukan hanya nama, tapi sebuah simbol pergeseran paradigma dalam pengelolaan energi dan sumber daya mineral. Dari yang semula eksploitatif menjadi produktif dan berkelanjutan. Dari ketergantungan pada ekspor mentah menjadi kemandirian industri nasional. Dan di balik semua itu, terdapat keyakinan bahwa masa depan energi Indonesia bisa dibentuk oleh tangan sendiri, dan Danantara memilih untuk berada di garis depan perjuangan itu.

)* Pengamat Kebijakan Pemerintah