Presiden Prabowo Cetak Sejarah Diplomasi Indonesia pada Ranah Global Melalui Forum PBB

Oleh : Aditya Akbar )*

Presiden Prabowo Subianto menorehkan sejarah baru diplomasi Indonesia melalui partisipasinya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 di New York. Kehadirannya bukan sekadar menghadiri forum internasional, melainkan menjadi simbol kembalinya Indonesia pada panggung tertinggi diplomasi dunia setelah lebih dari satu dekade. Langkah itu menegaskan betapa pentingnya peranan Indonesia dalam memperjuangkan multilateralisme global yang adil dan inklusif.

Keberangkatan Presiden Prabowo dari Osaka (Jepang) menuju New York (Amerika Serikat) menandai perjalanan diplomasi yang sarat makna strategis. Diketahui bahwa setelah mengunjungi Pavilion Indonesia di Expo 2025 Osaka, Kepala Negara langsung bertolak ke New York dari Bandara Internasional Kansai menggunakan pesawat Garuda Indonesia-1.

Tampak melepas keberangkatan Presiden Prabowo yaitu Former Assistant Chief Cabinet Secretary Jepang Keiichi Ichikawa dan Ambassador in Charge Kansai Region Yasushi Misawa. 

Selain itu, Kepala Negara juga dilepas oleh Kuasa Usaha Ad Interim Maria Renata Hutagalung, Konsul Jenderal RI untuk Osaka John Tjahjanto Boestami, dan Atase Pertahanan RI Tokyo Laksmana TNI Hidayaturrahman.

Dalam Sidang Umum PBB tersebut, Presiden Prabowo Subianto menjadi pembicara ketiga dalam sesi Debat Umum, setelah Presiden Brasil dan Presiden Amerika Serikat. Posisi tersebut memperlihatkan pengakuan dunia terhadap pengaruh dan reputasi Indonesia dalam percaturan internasional. Bukan hanya sebagai negara besar di Asia Tenggara, tetapi juga sebagai pemimpin moral dari negara-negara Global South.

Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya menilai forum itu sebagai momentum penting. Menurutnya, Sidang Umum PBB memberi ruang bagi Indonesia untuk memperkuat posisi sebagai pemimpin negara-negara selatan dunia. 

Melalui pidato Presiden Prabowo, Indonesia berkomitmen konsisten menyuarakan agenda reformasi tata kelola global agar lebih adil. Hal tersebut bukan sekadar simbol kehadiran, melainkan penegasan peran strategis Indonesia dalam mengarahkan arah multilateralisme di tengah dinamika global yang kian menantang.

Sejarah panjang diplomasi Indonesia juga ikut hadir dalam momentum tersebut. Dino Patti Djalal memandang partisipasi Prabowo sebagai kelanjutan tradisi diplomasi keluarga. Sang ayah, Prof. Sumitro Djojohadikusumo, pernah memainkan peran penting dalam forum PBB pasca-kemerdekaan Indonesia. 

Saat itu, Sumitro menggalang dukungan internasional untuk menghentikan agresi Belanda dan berhasil menorehkan capaian diplomasi yang monumental. Prabowo kini melanjutkan estafet sejarah itu, membawa misi yang relevan dengan tantangan dunia kontemporer, yaitu memperjuangkan multilateralisme di tengah ancaman fragmentasi geopolitik.

Pidato Presiden di PBB kali ini juga membawa isu-isu krusial yang erat kaitannya dengan keadilan global. Salah satunya adalah dukungan penuh terhadap Palestina dan solusi dua negara. 

Posisi Indonesia yang konsisten menyuarakan kedaulatan Palestina kembali ditegaskan melalui forum dunia tersebut. Selain itu, Presiden Prabowo juga akan menyoroti pentingnya reformasi multilateralisme dan dinamika keamanan internasional, dengan menekankan jalur damai sebagai jalan utama penyelesaian konflik.

Hamdan Hamedan, Tenaga Ahli Badan Komunikasi Pemerintah, menilai pidato tersebut memiliki makna strategis yang sangat besar. Menurutnya, saat Presiden berbicara pada urutan awal, seluruh mata dunia tertuju pada panggung tersebut. 

Kehadiran Prabowo menjadi penegasan bahwa Indonesia kembali aktif memimpin diskursus internasional setelah absen lebih dari satu dekade. Momentum itu sekaligus memperlihatkan bagaimana diplomasi Indonesia tidak hanya bersifat reaktif, melainkan proaktif dalam memformulasikan solusi global.

Kehadiran Presiden Prabowo di forum tersebut juga mempertegas diplomasi damai yang selama ini diusung Indonesia. Dari berbagai forum internasional, termasuk saat tampil di St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025, Prabowo selalu menekankan pentingnya solusi diplomatik dan jalan damai untuk menghadapi konflik global. Konsistensi itu menunjukkan wajah diplomasi Indonesia yang tidak sekadar simbolis, melainkan substantif dan berakar pada semangat perdamaian.

Selain pidato, kehadiran Presiden Prabowo di New York juga diiringi agenda pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin dunia. Langkah ini memperkuat jaringan diplomatik Indonesia sekaligus membuka ruang kerja sama konkret di bidang ekonomi, politik, dan keamanan. Dengan demikian, kehadirannya tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga produktif bagi kepentingan nasional.

Momentum diplomasi tersebut juga memiliki nilai simbolis yang dalam. Indonesia tampil kembali di forum PBB setelah absen lebih dari sepuluh tahun, membawa pesan bahwa bangsa ini tidak pernah berhenti memainkan peran penting dalam arsitektur global. 

Bagi negara-negara berkembang, khususnya Global South, suara Indonesia menjadi representasi aspirasi bersama untuk mendorong keadilan internasional. Prabowo mengartikulasikan bahwa multilateralisme harus diperkuat, bukan dilemahkan oleh rivalitas geopolitik yang justru mengancam stabilitas dunia.

Prabowo Subianto, melalui panggung PBB, berhasil mencetak sejarah diplomasi Indonesia. Kehadirannya menegaskan bagaimana Indonesia mampu berdiri sejajar dengan negara besar lainnya, menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang, dan memperjuangkan tata dunia yang lebih adil. Pidatonya di forum tersebut menjadi simbol bahwa Indonesia tetap relevan, berpengaruh, dan berkomitmen menjaga multilateralisme dunia.

Melalui forum global itu, Presiden Prabowo tidak hanya membawa nama Indonesia, tetapi juga menyuarakan aspirasi bangsa-bangsa yang ingin melihat dunia yang lebih damai, inklusif, dan berkeadilan. Inilah momen yang menjadikan diplomasi Indonesia kembali mendapat perhatian dunia, sekaligus menegaskan bahwa Indonesia mampu mencetak sejarah penting pada ranah global. (*)

)* Penulis adalah pengamat hubungan internasional