*) Oleh : Andi Mahesa
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan Presiden Prabowo Subianto merupakan salah satu langkah nyata pemerintah dalam memperkuat kualitas generasi muda di seluruh Indonesia, termasuk di Papua. Kehadiran program ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memastikan anak-anak, terutama pelajar di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), mendapatkan akses gizi yang memadai. Papua, dengan kondisi geografis yang menantang, selama ini menghadapi hambatan dalam pemenuhan kebutuhan gizi anak-anak. Oleh karena itu, MBG hadir sebagai jawaban atas tantangan tersebut, dengan menekankan pentingnya gizi seimbang sebagai pondasi bagi kesehatan, kecerdasan, dan masa depan generasi muda.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas gizi anak-anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan fisik mereka. Anak yang mendapatkan asupan makanan bergizi akan memiliki daya konsentrasi yang lebih baik, stamina yang lebih kuat, serta kemampuan berpikir yang lebih tajam. Di sisi lain, kekurangan gizi dapat menyebabkan stunting, rendahnya prestasi akademik, hingga berkurangnya kualitas sumber daya manusia. Melalui MBG, pemerintah secara langsung menjawab persoalan ini dengan menyediakan makanan bergizi yang dapat diakses secara merata, termasuk di pedalaman Papua. Hal ini merupakan investasi jangka panjang yang tidak hanya menyentuh aspek kesehatan, tetapi juga pendidikan dan pembangunan SDM Papua.
Tokoh Masyarakat Papua, Nikolas Demetouw, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap kebijakan Presiden Prabowo melalui program MBG. Menurutnya, program ini sangat penting karena membantu anak-anak Papua untuk maju dan cerdas di masa depan. Ia mengajak seluruh masyarakat Papua untuk mendukung penuh program ini, sebab manfaatnya sangat besar bagi peningkatan kualitas generasi muda di tanah Papua. Dukungan masyarakat menjadi kunci keberhasilan distribusi program hingga ke pelosok-pelosok, sehingga semua anak tanpa terkecuali dapat merasakan manfaat yang sama. Ajakan ini sekaligus menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan keberhasilan program nasional.
Distribusi program MBG di Papua memang memerlukan perhatian khusus mengingat kondisi geografis yang tidak mudah. Banyak kampung masih terisolasi dan sulit dijangkau oleh akses transportasi darat. Dalam konteks ini, pemerintah diharapkan dapat bersinergi dengan pemerintah daerah, aparat keamanan, serta tokoh masyarakat agar distribusi makanan bergizi benar-benar sampai ke seluruh wilayah Papua. Nikolas Demetouw juga menekankan bahwa program ini harus dapat menjangkau kampung-kampung, karena di sanalah banyak anak yang selama ini kurang mendapat perhatian dari sisi gizi. Dengan begitu, MBG bukan hanya dinikmati oleh anak-anak di perkotaan, tetapi juga menyentuh akar rumput masyarakat di pedalaman.
Dari perspektif pembangunan manusia, program MBG juga memperlihatkan visi strategis pemerintah untuk membangun Indonesia dari pinggiran. Papua sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional tidak hanya membutuhkan infrastruktur fisik, tetapi juga perhatian serius terhadap pembangunan manusia. Gizi anak adalah kunci agar Papua dapat mencetak generasi yang sehat, tangguh, dan cerdas. Dengan adanya program MBG, anak-anak Papua memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak di daerah lain untuk tumbuh optimal. Inilah yang disebut sebagai keadilan sosial, di mana seluruh anak bangsa memperoleh hak yang sama dalam hal pendidikan dan kesehatan.
Lebih jauh, keberhasilan MBG di Papua akan membawa dampak positif bagi percepatan pembangunan daerah. Anak-anak yang sehat dan cerdas akan tumbuh menjadi generasi penerus yang mampu mengelola potensi alam Papua secara berkelanjutan. Mereka dapat menjadi tenaga profesional, pemimpin, maupun wirausahawan yang berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, MBG bukan hanya soal menyediakan makanan, melainkan juga upaya menyiapkan pondasi kuat bagi Papua agar dapat berdiri sejajar dengan daerah lain dalam hal pembangunan dan kemajuan.
Pemerintah pusat telah berkomitmen untuk mengalokasikan anggaran besar dalam pelaksanaan MBG, dan hal ini perlu mendapat dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat. Dukungan tidak hanya dalam bentuk penerimaan program, tetapi juga dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas distribusi. Masyarakat dapat berperan aktif dalam mengawasi pelaksanaan MBG agar benar-benar tepat sasaran. Dengan pengawasan yang baik, penyalahgunaan dana dan hambatan distribusi dapat diminimalisir. Inilah wujud nyata partisipasi masyarakat dalam mendukung kebijakan pemerintah yang pro-rakyat.
Selain manfaat gizi, MBG juga membawa dampak sosial positif. Program ini mampu mempererat kebersamaan di tingkat sekolah dan masyarakat karena anak-anak akan terbiasa menikmati makanan sehat bersama-sama. Kebiasaan tersebut menumbuhkan rasa solidaritas, kebersihan, dan pola hidup sehat sejak dini. Jika terus ditanamkan, generasi muda Papua akan tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara sosial. Program ini pada akhirnya memperkuat semangat persatuan di tengah keberagaman Papua yang kaya akan budaya dan tradisi.
Penting pula disadari bahwa MBG memiliki makna simbolis sebagai bentuk kehadiran negara di tanah Papua. Selama ini, masyarakat Papua sering merasa kurang diperhatikan, khususnya dalam hal layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Dengan MBG, pemerintah menunjukkan bahwa Papua memiliki prioritas khusus dalam agenda pembangunan nasional. Hal ini diharapkan dapat memperkuat rasa kebangsaan masyarakat Papua, bahwa mereka adalah bagian penting dari Indonesia yang terus diperhatikan dan diperjuangkan hak-haknya.
Pada akhirnya, program MBG bukan hanya kebijakan teknis semata, tetapi juga cerminan visi besar pemerintah dalam membangun manusia Indonesia yang unggul. Di Papua, MBG hadir sebagai bukti nyata kepedulian dan komitmen Presiden Prabowo untuk mencetak generasi muda yang sehat, cerdas, dan tangguh. Seruan Nikolas Demetouw agar masyarakat Papua mendukung penuh program ini harus dijadikan pegangan bersama, sebab keberhasilan MBG tidak hanya ditentukan oleh pemerintah, tetapi juga oleh kesadaran kolektif masyarakat. Jika semua pihak bersatu, maka Papua akan memiliki generasi emas yang mampu membawa perubahan besar di masa depan.
*) Penulis merupakan Kontributor Media Lokal di Sulawesi Utara.