Tokoh Adat Serukan Penolakan Aksi Anarkis, Jaga Papua Tetap Damai

PAPUA- Papua kembali mendapat perhatian serius dari tokoh adat yang menyerukan pentingnya menjaga kedamaian dan menolak aksi anarkis. Suara kearifan lokal ini menjadi pengingat agar masyarakat tidak terjebak pada provokasi maupun hoaks yang berpotensi merusak ketenteraman dan menghambat pembangunan di daerah.

Benyamin Hanau, Kepala Suku Moni Kabupaten Mimika sekaligus Kepala Badan Musyawarah Kampung Mimika Gunung, menekankan bahwa masyarakat harus bijak dalam menyikapi berbagai isu yang berkembang, terutama yang berasal dari media sosial. Ia menegaskan, peristiwa kericuhan seperti yang terjadi di Kabupaten Yalimo tidak boleh terulang kembali di daerah lain.

“Masyarakat jangan terpengaruh hoaks dan provokasi yang berakibat kericuhan seperti yang terjadi di Kabupaten Yalimo,” tegas Benyamin Hanau.

Tokoh adat ini juga menyampaikan apresiasi atas perhatian pemerintah pusat, khususnya Presiden Prabowo Subianto, yang dinilai telah memberikan banyak kontribusi pembangunan di Mimika. Menurutnya, pembangunan yang sudah dirasakan masyarakat harus dijaga dengan tekad bersama untuk mendukung jalannya pemerintahan.

“Terima kasih Pemerintah Pusat, Khususnya Presiden Prabowo, karena telah menyelesaikan berbagai pembangunan di sini dan kami bertekad mendukung serta mengawal pemerintahan,” pungkas Benyamin Hanau.

Dari wilayah lain, suara yang sama juga datang dari Dinanus Wakerwa, Kepala Suku dari Distrik Gome Kabupaten Puncak. Ia mengingatkan masyarakat di wilayahnya agar tetap tenang dan tidak terjebak oleh isu menyesatkan. Baginya, stabilitas adalah syarat utama agar kehidupan masyarakat bisa berjalan normal dan pembangunan terus berlanjut.

“Distrik Gome aman, tentram, dan damai serta jangan terpengaruh berita negatif dari sosial media terkait kerusuhan Yalimo agar kegiatan pembangunan dan aktivitas masyarakat berjalan lancar,” ujar Dinanus Wakerwa.

Imbauan yang datang dari tokoh adat ini menunjukkan adanya kesadaran kolektif di tingkat lokal untuk menjaga Papua tetap damai. Suara dari para pemimpin adat tidak hanya berperan dalam meredam potensi konflik, tetapi juga menjadi perekat persatuan yang memperkuat sendi-sendi sosial di tengah masyarakat.

Dengan tegasnya tokoh adat berdiri di garis depan menyerukan perdamaian, pesan ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat positif bagi seluruh lapisan masyarakat. Dukungan terhadap pemerintah pusat serta penolakan terhadap provokasi anarkis menjadi penanda bahwa Papua sedang menapaki jalan menuju masa depan yang lebih stabil dan sejahtera.