TNI Polri Bersama Masyarakat Redam Isu Negatif di Ruang Publik

Oleh : Ikshan Yuana )*

Stabilitas keamanan merupakan fondasi utama bagi berlangsungnya pembangunan nasional. Tanpa rasa aman, segala upaya untuk menumbuhkan investasi, menciptakan lapangan kerja, maupun memperkuat kepercayaan publik terhadap negara akan terhambat. Di tengah derasnya arus informasi digital yang kerap dibanjiri isu hoaks dan provokasi, peran TNI dan Polri kembali meneguhkan diri sebagai garda terdepan dalam menjaga ketertiban serta meredam isu negatif yang berpotensi memecah belah bangsa.

Fenomena demonstrasi dan dinamika sosial dalam beberapa waktu terakhir membuktikan betapa cepatnya informasi yang menyesatkan mampu menyulut emosi publik. Aspirasi damai yang sejatinya ingin disampaikan masyarakat sering kali berubah menjadi kericuhan akibat adanya provokasi pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Dalam situasi seperti ini, kehadiran TNI dan Polri menjadi penentu. Keduanya tidak hanya hadir dengan pendekatan pengamanan, tetapi juga menjalankan strategi komunikasi yang lebih humanis agar masyarakat merasa dilibatkan dan dihargai.

Sinergi TNI dan Polri dalam menjaga ruang publik kini semakin solid. Melalui operasi gabungan di berbagai daerah, keduanya memperlihatkan koordinasi yang efektif, mulai dari patroli bersama, penguatan dialog dengan tokoh masyarakat, hingga kesiapsiagaan menghadapi aksi massa. Langkah terukur ini bukan sekadar pengerahan kekuatan, melainkan juga upaya menumbuhkan rasa aman serta menutup ruang bagi provokasi. Kapolres Bogor, AKBP Rio Wahyu Anggoro, menegaskan bahwa patroli skala besar yang dilakukan aparat adalah bentuk nyata perlindungan bagi masyarakat. Kolaborasi lintas instansi menjadi kunci utama untuk memastikan bahwa ketertiban tetap terjaga.

Sejalan dengan itu, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengingatkan masyarakat agar tidak mudah terjebak dalam hasutan yang mengarah pada tindakan anarkis. Menurutnya, ada kelompok tertentu yang sengaja mendorong masyarakat untuk bertindak di luar batas hukum demi menciptakan kekacauan. Ia menekankan bahwa segala persoalan seharusnya diselesaikan melalui jalur hukum dan musyawarah, bukan dengan kekerasan. Pernyataan ini menegaskan komitmen TNI untuk bersinergi penuh dengan Polri demi menjaga keamanan nasional, bukan hanya sebagai tugas formal, tetapi juga sebagai bagian dari menjaga martabat bangsa.

Sementara itu, upaya menekan isu negatif di ruang publik juga dilakukan melalui jalur digital. Dirtipidsiber Bareskrim Polri, Brigjen Pol Himawan Bayu Aji, menyebutkan bahwa hingga kini ratusan akun media sosial yang menyebarkan provokasi telah diblokir. Tim siber Polri bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Digital untuk menganalisis serta melacak jaringan penyebar konten provokatif. Patroli siber yang terus digencarkan menjadi bukti bahwa aparat tidak hanya fokus pada keamanan fisik, tetapi juga pada keamanan informasi yang kerap menjadi pintu masuk keresahan masyarakat.

Apresiasi terhadap peran TNI dan Polri juga datang dari berbagai kalangan. Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), Firdaus, menilai langkah aparat keamanan yang sigap dan terukur telah berhasil menjaga kondusivitas tanpa menimbulkan masalah baru. Ia juga menegaskan pentingnya peran pers dalam meningkatkan literasi publik, agar masyarakat tidak mudah terprovokasi informasi menyesatkan. Media, sebagai pilar keempat demokrasi, harus menjadi penyeimbang dengan menyajikan informasi yang akurat serta mendorong masyarakat lebih kritis terhadap isu yang beredar.

Dukungan serupa juga diberikan oleh Sjafrie Sjamsoeddin (saat menjabat Menko Polkam ad interim). Ia memastikan bahwa keamanan nasional tetap terkendali meskipun dinamika politik dan sosial sedang berlangsung. Menurutnya, Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan khusus agar koordinasi lintas kementerian dan lembaga terus diperkuat. Revitalisasi organisasi di bawah koordinasi Kemenko Polkam menjadi langkah awal untuk memastikan roda pemerintahan berjalan efektif sekaligus merespons potensi ancaman dengan cepat.

Kesolidan TNI dan Polri tentu tidak akan optimal tanpa dukungan masyarakat. Di sinilah pentingnya peran tokoh agama, tokoh adat, dan pemimpin lokal dalam meredam gejolak di lingkungannya masing-masing. Dengan komunikasi yang baik antara aparat, tokoh masyarakat, dan warga, potensi kericuhan bisa diredam sebelum meluas. Masyarakat pun memiliki tanggung jawab moral untuk tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi serta melaporkan setiap indikasi gangguan keamanan di sekitarnya.

Budaya gotong royong yang melekat dalam kehidupan bangsa Indonesia seharusnya menjadi benteng menghadapi upaya adu domba. Di era digital, gotong royong tidak hanya diwujudkan melalui kerja nyata di lapangan, tetapi juga melalui kesadaran kolektif menjaga ekosistem informasi yang sehat. Masyarakat perlu memahami bahwa satu unggahan hoaks bisa memicu perpecahan, sementara satu sikap bijak dalam memverifikasi informasi dapat menjaga kedamaian bersama.

Ke depan, tantangan menjaga stabilitas keamanan tentu semakin kompleks. Perkembangan teknologi, globalisasi, hingga dinamika politik domestik membawa potensi gesekan sosial yang tidak bisa dihindari. Namun dengan sinergi TNI-Polri, peran aktif media, dan kesadaran masyarakat, Indonesia memiliki modal besar untuk menghadapi tantangan tersebut. Stabilitas yang terjaga akan menjadi jalan bagi hadirnya investasi, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan rakyat.

Oleh karena itu, upaya meredam isu negatif di ruang publik tidak boleh berhenti pada reaksi sesaat. Diperlukan strategi jangka panjang yang melibatkan seluruh komponen bangsa. TNI dan Polri akan terus menjadi benteng pertahanan, pers akan mengedukasi publik, sementara masyarakat harus menjadi garda pertama dalam menjaga kedamaian di lingkungannya. Jika sinergi ini terus dijaga, maka cita-cita besar menuju Indonesia Emas 2045 akan semakin dekat dengan kenyataan.

)* Penulis adalah Pengamat Sosial