Pemerintah Pastikan MBG Tersaji Bersih Higienis dan Aman Dikonsumsi

Oleh : Gavin Asadit )*

Pemerintah menyatakan komitmennya penuh untuk memastikan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tersaji dalam kondisi yang bersih, higienis, dan aman dikonsumsi oleh seluruh penerima manfaat. Sejak peluncuran nasional MBG pada 6 Januari 2025 sebagai bagian dari strategi nasional memperbaiki status gizi dan mencegah stunting, pemerintah menempatkan aspek keamanan pangan dan mutu gizi sebagai prioritas utama agar program ini tidak hanya menyediakan kuantitas makanan, tetapi juga kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk menjamin higienitas dan keselamatan pangan, Badan Gizi Nasional (BGN) telah menerapkan kebijakan sertifikasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang mengacu pada standar sanitasi, higienis, dan sistem Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). Kepala BGN, Dadan Hindayana, menegaskan bahwa sertifikasi ini adalah upaya memastikan makanan yang diberikan “bukan hanya gratis, tetapi juga aman dan bermutu tinggi.” Pemerintah menegaskan bahwa setiap SPPG akan dievaluasi, diklasifikasikan, dan dibina sesuai kategori mutu sehingga proses pengolahan, penyimpanan, distribusi, dan waktu penyajian memenuhi standar keselamatan pangan nasional.

Dari sisi pengawasan dan pelaksanaan, pemerintah pusat mendorong keterlibatan pemerintah daerah, aparat terkait, serta mekanisme verifikasi berlapis. Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya, menekankan bahwa aspek higienis mesti dipatuhi secara ketat termasuk ketepatan waktu penyajian, prosedur pengolahan, serta keterlibatan supplier lokal sehingga MBG juga memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar melalui sumber pangan dan tenaga kerja lokal. Pernyataan ini sejalan dengan upaya menempatkan transparansi dan profesionalisme sebagai prinsip pengelolaan program di tingkat daerah dan satuan pelaksana.

Pemerintah juga memperkuat pengawasan dengan menyusun pedoman teknis dan standar operasional prosedur yang wajib dipedomani SPPG, termasuk pelatihan sanitasi untuk tenaga penyaji, pengecekan kualitas bahan baku, dan catatan rantai distribusi. Selain itu, BGN bekerja sama dengan Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan instansi terkait untuk menyelaraskan mekanisme audit guna memastikan praktik HACCP benar-benar diterapkan di lapangan. Langkah-langkah ini dimaksudkan untuk meminimalkan risiko kontaminasi biologis, kimiawi, maupun fisik yang dapat membahayakan kesehatan penerima manfaat, khususnya anak-anak dan kelompok rentan.

Dukungan tokoh nasional turut memperkuat kepercayaan publik terhadap program MBG. Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), Wakil Ketua MPR RI, menilai MBG merupakan langkah strategis dalam memperbaiki literasi kesehatan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Menurutnya, jaminan kebersihan dan higienis makanan adalah fondasi utama agar program benar-benar memberi dampak nyata bagi masa depan anak bangsa. Pemerintah pun memanfaatkan dukungan tokoh-tokoh seperti Ibas untuk menyosialisasikan standar higienis dan praktik aman, sehingga pesan keselamatan pangan mendapat ruang publik yang luas.

Dalam praktik operasional, pemerintah mencatat peningkatan cakupan layanan dan pembentukan SPPG di berbagai daerah sebagai bagian dari upaya mempercepat akses. Hingga pertengahan tahun 2025 pemerintah melaporkan penambahan ratusan hingga ribuan SPPG yang tersebar di banyak provinsi, dengan target jangka menengah mencapai puluhan ribu SPPG untuk menjangkau puluhan juta penerima manfaat. Pencapaian jangkauan ini diiringi dengan program pendampingan teknis termasuk audit mutu, pelatihan kebersihan pangan, dan pembinaan pemasok lokal sebagai mitigasi risiko yang mungkin muncul pada tahap skala besar.

Pemerintah juga menempatkan transparansi pengadaan dan distribusi sebagai prinsip anti-korupsi agar alokasi anggaran dan pemilihan mitra pelaksana dapat dipertanggungjawabkan. Mekanisme verifikasi calon mitra SPPG dan penerapan sistem audit bertujuan mencegah pelanggaran prosedur pengadaan, serta memastikan nasi, lauk, sayur, dan buah yang disajikan memenuhi syarat gizi dan keamanan. Selain itu, pemerintah membuka kanal pengaduan dan pelaporan jika ditemukan indikasi pelanggaran kualitas atau praktik tidak higienis, sehingga respons cepat dapat dilakukan dan potensi keracunan massal dapat diminimalkan.

Sebagai penguat narasi pemerintah, kementerian terkait dan lembaga mitra terus mengedukasi masyarakat tentang peran keluarga, sekolah, dan komunitas dalam menjaga rantai keamanan makanan: dari pemilihan bahan baku lokal yang layak, praktik penyimpanan dingin bila diperlukan, hingga kebersihan saat penyajian di sekolah. Langkah kolaboratif ini bertujuan menjadikan MBG bukan sekadar program konsumsi sekali jadi, melainkan bagian dari pembentukan budaya makan bergizi dan aman yang berkelanjutan.

Pemerintah mengakui tantangan dalam pelaksanaan skala besar termasuk risiko kontaminasi jika SOP tidak dipatuhi namun menegaskan bahwa kombinasi sertifikasi SPPG, audit HACCP, pengawasan daerah, keterlibatan tokoh nasional, serta mekanisme transparansi akan menjadi garis pertahanan utama untuk memastikan MBG tetap bersih, higienis, dan aman dikonsumsi. Pemerintah mengajak seluruh pemangku kepentingan dari kepala daerah, operator SPPG, tenaga kesehatan sekolah, hingga orang tua murid untuk aktif mengawasi dan ikut menjaga kualitas program sehingga tujuan utama meningkatkan kesehatan dan potensi anak Indonesia dapat tercapai.

Dengan langkah-langkah sistemik tersebut, pemerintah menegaskan bahwa MBG bukan hanya soal memberikan makanan gratis, tetapi memberikan hak anak dan kelompok rentan atas makanan yang aman, bergizi, dan bermutu sebuah investasi jangka panjang bagi kualitas sumber daya manusia dan ketahanan pangan bangsa.

)* Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial dan Kemasyarakatan