Oleh : Rivka Mayangsari*)
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program unggulan pemerintah untuk memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan asupan makanan yang sehat, aman, dan bernutrisi. Kehadiran program ini menjadi bagian dari upaya besar membangun generasi emas yang kuat secara fisik maupun mental. Meski sempat beredar isu simpang siur terkait keracunan makanan, pemerintah dengan tegas memastikan bahwa pelaksanaan MBG selalu memenuhi standar higienitas dan keamanan. Menanggapi hal itu, pemerintah menegaskan bahwa seluruh proses dalam program MBG dilakukan dengan mengedepankan aspek higienitas, keamanan pangan, serta prosedur ketat yang terstandar.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menekankan bahwa pemerintah telah menyiapkan antisipasi matang untuk mencegah terjadinya kasus keracunan. Ia menjelaskan bahwa salah satu bentuk antisipasi tersebut adalah pembukaan dapur MBG yang benar-benar bersih dan memenuhi standar higienis. Menurut Dante, dirinya bahkan turun langsung mengunjungi sejumlah dapur MBG untuk memastikan kualitasnya.
Ia menegaskan bahwa kunci utama pencegahan keracunan adalah menjaga kebersihan, memastikan makanan higienis, dan menerapkan standardisasi pengolahan yang tepat. Lebih jauh, ia menekankan bahwa MBG tidak sekadar memberikan makanan kepada anak-anak, melainkan juga membawa misi pendidikan gizi agar mereka terbiasa menerapkan pola makan sehat dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Dante, kualitas makanan yang disajikan selalu diupayakan agar segar, higienis, dan aman untuk dikonsumsi, sehingga potensi keracunan bisa ditekan semaksimal mungkin. Ia juga menambahkan bahwa dalam sejumlah kasus, dugaan keracunan sebenarnya berasal dari alergi individu, yang oleh sebagian pihak sempat keliru dipersepsikan sebagai keracunan makanan, dan hal ini sudah diluruskan melalui klarifikasi resmi.
Komitmen terhadap standar keamanan pangan juga ditegaskan oleh Kepala SPPG Sedulur Sewu, Mad Khotib. Ia menyampaikan bahwa pihaknya selalu bekerja sesuai dengan prosedur operasional standar (SOP) yang berlaku. Dari proses persiapan dapur hingga distribusi makanan kepada penerima manfaat, semua tahapannya dipantau dengan cermat dan terukur.
Setiap hari, sebelum memulai pekerjaan, seluruh pekerja dapur mengikuti briefing terlebih dahulu untuk memastikan setiap langkah berjalan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing. Hal ini dilakukan demi menjaga konsistensi dan kualitas layanan. Khotib menambahkan bahwa menu makanan dalam program MBG selalu berganti setiap harinya, dengan bahan-bahan yang higienis dan terjaga kebersihannya. Dengan begitu, penerima manfaat dapat menikmati makanan yang bervariasi sekaligus sehat, sementara kualitas dan keamanan tetap menjadi prioritas utama.
Hal senada juga disampaikan Kepala Kantor Pelayanan Pemenuhan Gizi (KPPG) Palembang, Nurya Hartika. Ia menegaskan bahwa program MBG merupakan bentuk ikhtiar pemerintah untuk memastikan masyarakat, terutama anak-anak sekolah, memperoleh makanan bergizi dan aman. Menurutnya, standar keamanan pangan dalam program ini merupakan hal yang mutlak dan tidak bisa ditawar. Karena itu, setiap pengelola dapur wajib melakukan pembenahan menyeluruh agar makanan yang disajikan benar-benar layak konsumsi.
Nurya menjelaskan bahwa langkah pembenahan tidak hanya sebatas formalitas, melainkan bentuk keseriusan pemerintah untuk memastikan bahwa makanan yang didistribusikan kepada masyarakat bebas dari risiko kesehatan. Satgas MG OKI bahkan ikut menekankan pentingnya upaya nyata dalam hal ini, mulai dari tata kelola dapur, standardisasi proses produksi pangan, hingga sistem pengelolaan limbah. Semua aspek tersebut dinilai penting untuk menjaga keberlanjutan program MBG dalam jangka panjang.
Sebagai bagian dari pengawasan berkelanjutan, dapur MBG Desa Menang Raya dijadikan contoh penerapan prosedur ketat. Dapur tersebut hanya diperbolehkan beroperasi kembali setelah memperoleh sertifikat laik hygiene sanitasi dari pihak berwenang. Sertifikat ini menjadi bentuk jaminan bahwa dapur telah memenuhi seluruh persyaratan kebersihan, kesehatan, dan kelayakan dalam mengolah makanan.
Selain itu, pendampingan teknis juga diberikan kepada pengelola dapur agar mereka mampu memahami dengan baik prosedur produksi pangan sesuai standar, serta dapat menjaga kebersihan dan higienitas di setiap lini operasional. Dengan pendampingan tersebut, pemerintah berharap dapur MBG tidak hanya beroperasi sementara, tetapi mampu menjaga kualitasnya secara konsisten dan berkelanjutan.
Langkah-langkah evaluasi, pembenahan, dan pendampingan yang dilakukan pemerintah membuktikan bahwa program MBG tidak hanya berorientasi pada jumlah makanan yang diberikan, tetapi juga pada kualitas dan keamanan pangan yang diterima masyarakat. Dengan demikian, tujuan utama program, yaitu meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat, terutama generasi muda, dapat tercapai secara optimal.
Melalui komitmen yang kuat dari pemerintah, pengawasan ketat dari lembaga terkait, serta dukungan masyarakat, program MBG diharapkan mampu menjadi instrumen penting dalam membentuk generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi. Di sisi lain, klarifikasi yang tegas mengenai isu keracunan juga menjadi bukti transparansi pemerintah dalam menjaga kepercayaan publik.
Pada akhirnya, program MBG bukan sekadar program distribusi makanan, melainkan sebuah gerakan besar untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan memastikan bahwa setiap makanan yang disajikan higienis, bergizi, dan bebas kontaminasi, pemerintah menunjukkan keseriusannya dalam melindungi kesehatan rakyat dan membangun masa depan bangsa yang lebih kuat.
*) Pemerhati Kesehatan Masyarakat