Jakarta – Pasca merebaknya aksi unjuk rasa di berbagai wilayah, kini disertai penyebaran hoaks yang sengaja dimunculkan untuk memperkeruh situasi. Salah satu hoaks yang beredar menyebutkan bahwa ribuan massa dari berbagai daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Lampung, hingga Makassar akan datang ke Jakarta untuk menggelar aksi besar.
Namun, klaim tersebut terbukti tidak benar dan diduga dimaksudkan untuk menyulut semangat kelompok anti pemerintah di Ibu Kota.
Selain itu, muncul pula hoaks lain yang menuding adanya tindakan represif oleh aparat. Informasi palsu ini dengan cepat menyebar melalui media sosial dan layanan pesan instan, sehingga memperburuk ketegangan yang terjadi di lapangan.
Sejumlah tokoh masyarakat, akademisi, dan organisasi pun menyerukan kewaspadaan terhadap hoaks, provokasi, dan potensi aksi anarkis yang dapat memecah belah masyarakat.
Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Septiaji Eko Nugroho, mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi oleh konten yang tidak jelas asal-usulnya di ruang digital.
“Masyarakat jangan mudah terprovokasi oleh konten tidak jelas, hoaks, maupun hasutan kebencian,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan aktris Nana Mirdad, yang mengimbau publik agar lebih bijak dalam memilah dan menyebarkan informasi.
“Berhati-hati juga dalam memilah dan sharing berita mana yang benar dan tidak,” ujar Nana.
Ia menekankan pentingnya tetap fokus pada tujuan aksi dan tidak terjebak dalam informasi yang menyesatkan.
Sementara itu, Ketua Umum Keluarga Besar Putra-Putri Polri (KBPP Polri), Evita Nursanty, menyampaikan instruksi tegas kepada seluruh anggota dan pengurus untuk tidak terpancing isu-isu yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan.
“Saya selaku Ketua Umum KBPP Polri memberikan instruksi kepada seluruh pengurus dan anggota untuk tidak terprovokasi oleh isu atau ajakan yang berpotensi mengganggu keamanan,” tegas Evita.
Pakar Kajian Budaya dan Media dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dr. Radius Setiyawan, turut mengingatkan bahwa ruang digital kini dipenuhi beragam informasi, termasuk yang menyesatkan.
“Dalam kondisi riuh seperti ini masyarakat perlu berhati-hati dan tidak terburu-buru mempercayai setiap kabar,” ujarnya, menekankan pentingnya literasi digital sebagai benteng utama menghadapi derasnya arus hoaks.
Selain itu, Wakil Wali Kota Bandung juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga kedamaian dan ketertiban bersama di tengah situasi sosial yang dinamis. Fenomena maraknya hoaks yang bahkan kini kerap memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) menambah urgensi kewaspadaan.
Sebagaimana diberitakan, konten hoaks bermuatan AI kian beredar saat gelombang demonstrasi berlangsung, membuat publik makin rentan termanipulasi.
Dengan situasi yang terus berkembang, masyarakat diimbau untuk tetap kritis, memverifikasi informasi dari sumber resmi, serta menghindari penyebaran konten yang berpotensi memecah belah. Kesadaran kolektif menjadi kunci untuk menjaga stabilitas sosial dan memastikan aksi-aksi yang dilakukan tetap dalam koridor damai dan konstitusional.