Waketum MUI KH. Marsudi Syuhud Sebut Stop Demokrasi Anarkis Waktunya Demokrasi Damai dan Beradab

Dalam semangat persatuan dan stabilitas nasional, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Marsudi Syuhud kembali menekankan pentingnya menjalankan demokrasi dengan cara yang damai dan beradab.

Dalam sebuah pernyataan yang disampaikannya baru-baru ini, KH. Marsudi mengajak seluruh masyarakat untuk berhenti berdemokrasi dengan cara anarkis dan beralih kepada pendekatan yang lebih konstruktif demi membangun Indonesia yang lebih baik.

“Demokrasi adalah sarana untuk menyampaikan aspirasi dan untuk melakukan perubahan, namun dalam praktiknya, kita harus menjaga ketertiban dan kedamaian. Mari kita bersama-sama ciptakan suasana yang harmonis, soalnya anarkisme hanya akan merugikan kita semua,” ungkap KH. Marsudi Syuhud di Jakarta, Selasa 2 September.

Beliau menyoroti bahwa berdemokrasi dengan cara anarkis justru akan menggoyahkan fondasi sosial dan politik bangsa. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk saling menghargai pendapat dan menghormati keputusan bersama demi tercapainya masyarakat yang madani.

Sebagai Wakil Ketua Umum MUI, KH. Marsudi juga menegaskan bahwa peran serta ulama dan tokoh masyarakat sangat penting dalam mengedukasi masyarakat tentang etika berdemokrasi.

“Kami mengajak para ulama, pemimpin organisasi, dan masyarakat umum untuk bersama-sama menciptakan dialog yang lebih konstruktif. Mari kita sampaikan kritik dan saran dengan cara yang santun, serta selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya,” lanjutnya.

MUI percaya bahwa dengan kesatuan dan kerjasama, Indonesia dapat menghadapi berbagai tantangan dan membangun masa depan yang lebih gemilang.

“Apresiasi kami, tokoh-tokoh seluruh agama kumpul di MUI, mengapresiasi pada Presiden RI Prabowo Subianto yang telah cepat mengatasi persoalan politik yang terjadi saat ini, yaitu: Ada 16 organisasi dikumpulkan, kemudian tokoh dari seluruh agama dan organisasi agama, ini sesungguhnya yang tidak dipunyai negara lain, tapi di Indonesia punya organisasi yang independen dan berbeda walaupun di sisi lain umatnya itu melakukan unjuk rasa, menyampaikan pendapatnya dan ternyata sampai ada korban, tapi Indonesia punya organisasi sosial yang bisa menyeimbangkan ini, menyampaikan kepada publik,” jelasnya.