Jakarta – Tokoh agama dan akademisi menyerukan demonstrasi santun di tengah gelombang aksi unjuk rasa. Masyarakat diimbau menyampaikan aspirasi sesuai koridor hukum, menghindari tindakan anarkis, dan waspada provokasi serta hoax.
Wakil Ketua Umum MUI, Dr. KH. Marsudi Syuhud, MM, menegaskan ajaran agama sebagai fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis. Dirinya menyebut, ajaran agama berbangsa dan bernegara agar berjalan dengan baik.
“Walaupun perintah agama untuk saling memberikann wasiat kebenaran, namun ketika menyampaikannya adalah dengan kesabaran,” tutur KH. Marsudi dalam dialog di Sapa Indonesia Malam Kompas TV (02/09).
KH. Marsudi menegaskan bahwa nilai-nilai agama seharusnya menjadi pedoman dalam setiap tindakan warga negara, termasuk dalam menyampaikan aspirasi dan kritik terhadap pemerintah.
“Sabar dengan tidak melakukan hal-hal yang dilarang Dalam kehidupan, tidak hanya saat demo, maka hal yang negatif harus ditinggalkan,” tuturnya.
KH. Marsudi juga mengungkapkan bahwa tokoh-tokoh seluruh agama mengapresiasi Presiden Prabowo yang dengan cepat menangani situasi saat ini.
“Tokoh-tokoh agama dari seluruh agama yang ada dikumpulkan, ini yang tidak dimiliki negara lain. Indonesia mempunyai organisasi sosial yang dapat meliterasi Masyarakat,” kata KH. Marsudi.
KH. Marsudi juga mengimbau kepada segenap elemen bangsa agar tetap tenang, menahan diri, dan tidak terprovokasi oleh berbagai isu Hoax. Dirinya meminta masyakarat untuk menjaga persatuan serta menyejukan kondisi.
“Kita harus menjaga keamanan bersama, ketertiban bersama, kenyamananan bersama. Ketertiban umum kita wajib menjaganya.” Tutur KH. Marsudi.
Dalam menghadapi berbagai tantangan, persatuan dan kesatuan bangsa harus tetap menjadi prioritas utama. Perbedaan pendapat dan aspirasi merupakan hal yang wajar dalam masyarakat demokratis, namun cara penyelesaiannya tidak boleh mengorbankan keutuhan bangsa.
“Jangan sampai ada korban lagi kedepan,maka sampaikanlah dengan baik dan tertib, karena semuanya diantara orang per orang pun wajib menjaga keamanan jiwanya dan kehormatannya,” ucapnya.
Tindakan anarkis dalam demonstrasi tidak hanya merugikan pelaku, tetapi juga berdampak luas pada masyarakat umum. Kerusakan fasilitas publik, gangguan aktivitas ekonomi, dan terciptanya ketidakamanan menjadi konsekuensi yang harus ditanggung bersama.
Narasumber lainnya, yakni Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia, Dr. Aditya Perdana, jug mengapresiasi langkah cepat dan tepat Presiden Prabowo dalam menangani situasi dengan mengumpulkan berbagai elemen Masyarakat.
Dr. Aditya menyebut bahwa dalam menyampaikan aspirasi, diharapkan dilakukan dengan damai dan tidak melakukan tindakan anarkis.
“Kebebasan ini harus disalurkan dengan cara-cara yang tertib, tidak anarkis, serta tidak melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum. Aksi yang destruktif justru berpotensi merugikan masyarakat luas, menimbulkan kerugian materi maupun korban jiwa, dan pada akhirnya melemahkan persatuan bangsa yang seharusnya tetap dijaga,” kata Dr. Aditya.
Demonstrasi Santun menjadi cara untuk menyampaikan aspirasi tanpa adanya ujaran kebencian, provokasi dan aksi anarkis, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan serta menghormati hak-hak warga negara lainnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk kalangan mahasiswa, agar menahan diri dan menjaga ketenangan di tengah situasi nasional yang belakangan memanas.
“Pentingnya mencari jalan penyelesaian yang konstruktif dan menghindari tindakan yang berisiko memperkeruh keadaan,” tuturnya.
Tokoh agama hingga akademisi mengajak masyarakat agar kebebasan berpendapat harus disalurkan dengan cara tertib, tidak anarkis, serta tidak melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum, [RWA]