Surplus Produksi Beras Perkuat Kemandirian Pangan Nasional

Jakarta – Kemandirian pangan kini menjadi kenyataan bagi Indonesia. Setelah puluhan tahun menghadapi ketergantungan pada impor beras, bangsa ini akhirnya mencatat tonggak bersejarah dengan capaian surplus produksi.

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menegaskan bahwa kedaulatan pangan adalah salah satu pilar utama kedaulatan bangsa.

“Tidak ada negara yang kuat yang tidak mampu memproduksi pangannya sendiri. Oleh karena itu, pemerintah yang saya pimpin bekerja keras untuk memutus ketergantungan pada impor,” ujar Presiden Prabowo.

Ia menjelaskan pemerintah melalui Kementerian Pertanian menjalankan strategi besar dengan program ekstensifikasi dan intensifikasi.

Sawah baru dibuka di Kalimantan, Sumatra, Papua, dan daerah potensial lainnya. Program ini dipadukan dengan intensifikasi untuk meningkatkan indeks pertanaman dan produksi.

Selain itu, pemerintah memangkas jalur distribusi pupuk agar langsung sampai ke petani, serta menyalurkan alat dan mesin pertanian untuk mempercepat proses tanam dan panen.

“Kami mendorong produksi pangan di desa-desa, menyalurkan pupuk langsung dari pabrik ke petani, dan memberi bantuan alsintan,” jelas Prabowo.

Untuk menjamin kesejahteraan petani, Presiden juga menetapkan harga pembelian gabah Rp6.500 per kilogram.

“Kami tingkatkan harga beli gabah agar petani sebagai produsen menikmati keuntungan yang berarti,” ucapnya.

Bahkan, untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun, Indonesia kembali mengekspor beras dan jagung.

Ia menambahkan, program pertanian membuat petani semakin sejahtera.

“Saya perhatikan di mana-mana para petani tersenyum. Harga gabah stabil, penghasilan meningkat, dan mereka tahu negara berdiri di belakang mereka,” ungkap Presiden.

Sementara itu, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyebut momentum peringatan HUT ke-80 RI menjadi saat yang tepat untuk mewujudkan swasembada pangan.

“Insya Allah, tahun ini kita bisa merebut swasembada pangan,” tegas Amran.

Ia mengungkapkan produksi beras nasional diproyeksikan surplus hingga 4,86 juta ton dengan stok Bulog mencapai 4,2 juta ton.

Nilai Tukar Petani juga naik 122 persen, melampaui target pemerintah.

“Berkat dukungan luar biasa Presiden, target swasembada bisa kita percepat dari empat tahun menjadi satu tahun,” ujarnya.

Di sisi lain, Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi, mengapresiasi capaian surplus beras sebagai langkah besar dalam menjaga ketahanan pangan.

“Surplus beras ini adalah bukti nyata bahwa kebijakan pertanian kita sudah mulai menunjukkan hasil positif,” ujarnya.