Pembangunan Wisata Pulau Padar Ramah Lingkungan dan Libatkan Masyarakat

Oleh: Muhammad Wisnu Sasongko

Pemerintah kembali menegaskan komitmennya dalam memajukan pariwisata berkelanjutan melalui pengembangan fasilitas wisata di Pulau Padar, Taman Nasional Komodo (TNK), Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Proyek ini dirancang dengan prinsip ramah lingkungan serta melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat. Inisiatif tersebut menjadi bukti nyata keberpihakan pemerintah terhadap kesejahteraan rakyat sekaligus upaya menjaga kelestarian alam. Saat ini, Pulau Padar sebagai ikon ekowisata tengah memasuki tahap konsultasi publik atas dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah disusun sesuai standar UNESCO dan IUCN sejak awal Agustus 2025.

Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, mengatakan bahwa fasilitas wisata di Pulau Padar tidak boleh merusak habitat komodo. Pihaknya menuturkan, setiap tahap pembangunan, khususnya oleh PT Komodo Wildlife Ecotourism (PT KWE), harus melalui proses evaluasi yang panjang dengan penilaian dampak lingkungan secara ketat. Seluruh rencana wajib melewati Environmental Impact Assessment (EIA), melakukan konsultasi dengan UNESCO dan IUCN, serta menghindari penggunaan bangunan permanen. Untuk meminimalkan dampak permanen terhadap lingkungan, diusung konsep bangunan modular yang dapat dipindahkan.

Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR, Zulfikar Suhardi, menegaskan pentingnya pengembangan pariwisata berkualitas yang melibatkan partisipasi masyarakat setempat. Pihaknya menilai, masyarakat lokal harus memperoleh manfaat langsung dari pelaksanaan proyek ini. Prinsip tersebut sejalan dengan peran Taman Nasional Komodo sebagai habitat alami komodo sekaligus situs warisan dunia. Melalui keterlibatan aktif masyarakat, pemerintah berupaya membangun kemandirian ekonomi lokal sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Pengembangan fasilitas wisata di Pulau Padar diproyeksikan membawa dampak positif yang besar bagi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat setempat. Proyek ini membuka peluang kerja di berbagai sektor, mulai dari perhotelan, kuliner, transportasi, hingga pemanduan wisata. Masyarakat setempat diharapkan tidak hanya menjadi tenaga kerja, tetapi juga pelaku usaha mandiri yang menyediakan produk dan layanan pendukung pariwisata.

Selain memberikan manfaat ekonomi, pembangunan ini juga diharapkan memperkuat kohesi sosial melalui interaksi antarwarga dan kolaborasi dalam menjaga kelestarian lingkungan. Keterlibatan aktif masyarakat dalam industri pariwisata tidak hanya mendorong peningkatan taraf hidup, tetapi juga menumbuhkan rasa memiliki terhadap Pulau Padar sebagai aset bersama yang harus dilestarikan untuk generasi mendatang.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Destika Cahyana, menyatakan dukungannya terhadap rencana ini selama keseimbangan ekologis tetap terjaga dan masyarakat lokal dilibatkan. Pihaknya menegaskan bahwa jika status lahan sudah sesuai ketentuan, pembangunan vila dapat dilakukan sepanjang tidak merusak lingkungan maupun habitat komodo. Proporsi lahan hijau juga harus tetap dominan guna mencegah erosi serta kerusakan ekosistem laut. Pandangan tersebut memberikan dimensi ilmiah yang memperkuat perencanaan pengembangan pariwisata di Pulau Padar.

Meskipun jumlah fasilitas terlihat signifikan, proyek ini hanya memanfaatkan sebagian kecil wilayah sehingga mayoritas habitat komodo tetap berada dalam zona konservasi. Langkah ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pelestarian ekosistem.

Pemerintah optimis proyek ini dapat berjalan seiring antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Segmen pasar akan diatur secara strategis agar saling melengkapi, sehingga tidak menimbulkan persaingan yang merugikan pelaku usaha yang telah ada. PT KWE pun menegaskan komitmennya untuk mematuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan, demi menjaga keseimbangan antara pengembangan pariwisata dan kelestarian sektor wisata lokal.

Pemerintah menegaskan bahwa seluruh data dan rencana pembangunan akan terus disempurnakan melalui kajian lanjutan. Pemerintah terbuka terhadap berbagai masukan publik dan siap melakukan penyesuaian apabila diperlukan. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemerintah tidak hanya mengutamakan percepatan pembangunan, tetapi juga kualitas serta keberlanjutan. Pembangunan yang fleksibel, terukur, dan terkontrol menjadi prioritas utama.

Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan wisata mendapatkan perhatian khusus. Beragam program pelatihan, mulai dari layanan perhotelan hingga pemanduan wisata ekologi, terus digencarkan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia setempat. Upaya ini bertujuan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam industri pariwisata sekaligus memperoleh manfaat ekonomi secara langsung. Strategi ini sejalan dengan kebijakan nasional yang mendorong pengembangan destinasi unggulan berbasis keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat.

Kebijakan pengembangan Pulau Padar juga sejalan dengan tren pariwisata global yang mengedepankan destinasi ramah lingkungan dan autentik. Sejak penyelenggaraan ASEAN Tourism Forum serta meningkatnya kunjungan pascapandemi, Indonesia semakin memperkuat daya tarik internasional melalui destinasi yang dikelola secara berkelanjutan. Pulau Padar diharapkan menjadi model percontohan pengelolaan kawasan konservasi yang dapat menjadi acuan di tingkat internasional.

Pengembangan fasilitas wisata di Pulau Padar mencerminkan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam mewujudkan ekowisata berkualitas. Dengan penerapan AMDAL yang ketat, penggunaan konsep bangunan modular, serta penguatan kapasitas masyarakat lokal, inisiatif ini diharapkan mampu menjaga kelestarian alam sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga. Responsivitas pemerintah terhadap masukan publik dan komitmen terhadap konservasi menjadi bukti keseriusan dalam membangun pariwisata berkelanjutan. Pulau Padar pun berpotensi menjadi simbol keberhasilan Indonesia dalam menciptakan pariwisata yang berpihak pada rakyat dan melestarikan warisan alam bagi generasi mendatang.

)*Penulis merupakan Pengamat Isu Lingkungan