Pekanbaru – Pemerintah pusat dan daerah terus mengintensifkan koordinasi dalam menghadapi peningkatan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau. Wilayah ini tengah berada pada puncak musim kemarau yang ditandai dengan curah hujan sangat rendah dan munculnya ratusan titik panas.
Kondisi ini mendorong ditetapkannya status tanggap darurat oleh Pemerintah Provinsi Riau dan direspons dengan berbagai langkah terpadu, termasuk pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) oleh BMKG dan BNPB.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkanbahwa data BMKG menunjukkan terdapat 135 titik panas di Riau, dengan sebaran tertinggi di Kabupaten Pelalawan dan Rokan Hilir. Potensi karhutla meningkat akibat kelembapan udara rendah, angin kencang, serta karakteristik lahan gambut yang mudah terbakar.
“BMKG secara rutin memperbarui prakiraan cuaca dan mendukung penyusunan strategi OMC agar penyemaian awan dilakukan di wilayah yang memiliki potensi pertumbuhan awan secara optimal. Dukungan data serta analisis meteorologi dan klimatologi merupakan kunci keberhasilan operasi ini,” ujarnya
Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menjelaskan bahwa hingga saat ini telah dilakukan 17 sorti penyemaian awan dengan total 15.600 kg bahan semai.
“Kami menargetkan peningkatan tinggi muka air tanah gambut setidaknya mencapai di atas -40 cm agar potensi terbakar dapat ditekan. Rata-rata tinggi muka air saat ini berada di bawah 1 meter, dan ini sangat kritis,” kata Seto.
Hasil awal menunjukkan dampak positif, dengan hujan sedang tercatat di Kota Dumai pada 21 Juli. Penyemaian awan akan terus dilakukan selama sepekan ke depan berdasarkan data harian BMKG dan hasil koordinasi lintas instansi.
Sementara itu, Kepala BNPB, Suharyanto menegaskan bahwa pemerintah sudah siap dalam merespons kondisi darurat ini.
“Saat ini satu unit helikopter sudah kami kerahkan, dan kami telah menyiapkan dua unit tambahan yang akan diturunkan bila situasi semakin memburuk. Kami siap mengerahkan seluruh sumber daya yang dibutuhkan demi mengendalikan kebakaran dan melindungi masyarakat,” jelasnya.
Selain Riau, OMC juga digencarkan di sejumlah provinsi rawan karhutla lainnya seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Jambi, dan Sumatra Selatan. Upaya ini diyakini akan efektif menekan risiko kebakaran secara nasional dengan dukungan penuh dari lintas kementerian dan lembaga.