Jakarta – Pemerintah terus menunjukkan komitmen kuat dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui program strategis nasional, salah satunya Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini tak hanya fokus pada pemenuhan gizi anak-anak sekolah, namun juga berkontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi yang inklusif, terutama melalui pemberdayaan UMKM dan penciptaan lapangan kerja baru.
Anggota Komisi IX DPR RI, Alfrisco, menegaskan bahwa MBG merupakan bagian dari upaya sistematis pemerintah dalam memperkuat kualitas gizi anak sekolah sekaligus menggerakkan sektor ekonomi kerakyatan. Ia menjelaskan bahwa negara-negara yang telah menerapkan sistem serupa berhasil meningkatkan partisipasi pendidikan dan menekan angka stunting.
“Pemberian makan bergizi berdampak langsung terhadap peningkatan kehadiran anak di sekolah dan penurunan malnutrisi,” ungkapnya merujuk pada studi World Bank tahun 2024.
Sejalan dengan hal itu, Staf Khusus Badan Gizi Nasional (BGN), Ary Santoso, menyatakan bahwa MBG ditujukan untuk meningkatkan gizi berkualitas masyarakat sebagai fondasi terbentuknya SDM unggul. Ia menekankan bahwa kualitas pangan merupakan kunci bagi terwujudnya generasi emas menuju visi Indonesia 2045.
“Harapannya, gizi yang terpenuhi dengan baik akan membentuk masyarakat yang sehat dan produktif,” ujarnya.
Dampak ekonomi program MBG juga dirasakan secara nyata di berbagai daerah. Anggota DPR RI, Tutik Kusuma Wardhani, dalam kunjungan kerja di Bali menyoroti bagaimana MBG menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Program ini terbukti membuka peluang besar bagi pelaku UMKM, petani, peternak, hingga nelayan untuk terlibat langsung dalam rantai pasok pangan bergizi.
“Dengan lebih dari 30 ribu dapur umum atau satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) ditargetkan aktif di seluruh Indonesia, diperkirakan akan tercipta hingga 1,5 juta lapangan kerja baru,” jelas Tutik.
Tenaga Ahli BGN, Ade Tias Maulana, menambahkan bahwa MBG merupakan bentuk nyata integrasi antara perbaikan kualitas hidup masyarakat dan pembangunan ekonomi nasional.
“Program ini memastikan gizi tepat sasaran serta menjadi instrumen pemerataan ekonomi,” tuturnya.
Dengan implementasi yang tepat, Program MBG tidak hanya mencetak generasi sehat dan cerdas, tetapi juga menggerakkan perekonomian rakyat dari bawah. Hal ini membuktikan bahwa kebijakan gizi bukan semata persoalan kesehatan, melainkan bagian integral dari strategi pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan merata.