Papua Bersatu dalam Doa Mendukung Pemerintahan Presiden Prabowo

Oleh: Melkias Wanimbo )*

Papua menjadi tuan rumah Konferensi Doa dan Penginjilan Internasional bertajuk Ignite the Fire 2025, yang berlangsung pada 1–5 Juli 2025. Acara ini menghadirkan ribuan pemimpin rohani dan umat Kristen dari dalam dan luar negeri, menjadikan Papua sebagai pusat penyelenggaraan doa, penyembahan, dan kolaborasi misi lintas generasi. Selama lima hari, konferensi ini memperlihatkan peran Papua yang semakin strategis, tidak hanya dalam gerakan spiritual global, tetapi juga dalam narasi kebangsaan yang mengedepankan keragaman, persatuan, dan pembangunan yang inklusif.

Kehadiran tokoh-tokoh gereja dari berbagai belahan dunia, memperkuat posisi strategis Papua dalam peta spiritual global. Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII), Pdt. Tommy Lengkong menekankan pentingnya menjadikan Papua sebagai titik awal gelombang doa yang menginspirasi bangsa-bangsa. Tema “Dari Papua untuk Bangsa-Bangsa” bukan sekadar semboyan, melainkan narasi yang dibangun dengan nyata melalui partisipasi aktif semua kalangan.

Dalam momentum tersebut, terselip doa dan dukungan nyata bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yang dianggap sedang menjalankan mandat besar untuk membawa Indonesia, termasuk Papua, ke arah kemajuan. Pdt. Tommy Lengkong dalam doanya menyampaikan harapan agar Presiden senantiasa diberi hikmat, terutama dalam menjalankan program-program prioritas seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pdt. Tommy menilai bahwa program-program tersebut penting bukan hanya di tingkat nasional, tetapi juga bagi Papua yang selama ini masih menghadapi tantangan dalam pemerataan akses dan kualitas hidup. MBG, khususnya, dinilai dapat menghadirkan perubahan nyata bagi generasi muda Papua, memastikan bahwa anak-anak tidak hanya pergi ke sekolah, tetapi juga tumbuh sehat, kuat, dan siap membangun masa depan.

Papua kini tampil sebagai pusat kebangunan rohani yang menjangkau skala global. Rumah-rumah doa dan menara doa di berbagai kota di Papua telah menjadi bagian dari jaringan nasional yang terhubung dengan gerakan doa internasional. Bahkan, Papua pernah memimpin empat Hari Doa Global, sebuah catatan yang menegaskan bahwa wilayah ini bukan hanya memiliki potensi sumber daya alam, tetapi juga energi spiritual yang luar biasa. Dalam konteks itu, dukungan terhadap pembangunan Papua harus dipahami tidak semata-mata dalam bentuk infrastruktur, tetapi juga penguatan karakter, iman, dan peran sosial masyarakatnya.

Dukungan dari tokoh seperti Mark Beliles, seorang pemimpin spiritual dari Amerika Serikat, yang juga merupakan Pendiri/Presiden Global Transformation Network dan American Transformation Company, semakin mempertegas legitimasi moral terhadap arah kebijakan nasional saat ini. Dalam doanya, Beliles berharap agar Presiden Prabowo dan seluruh jajaran pemerintah diberi pemahaman yang jernih dan kemampuan memimpin bangsa dengan cara yang sehat. Doa-doa tersebut, yang diikuti dengan tepuk tangan dan pengucapan “amin” serempak dari ribuan peserta, menciptakan atmosfer pengakuan internasional bahwa Indonesia, khususnya Papua, sedang berada di jalur transformasi yang patut didukung.

Perayaan Hari Doa Nasional Indonesia pada 5 Juli yang diadakan di stadion Papua menjadi puncak acara yang menggugah kesadaran kolektif, bahwa transformasi bangsa dimulai dari kekuatan spiritual. Kegiatan yang melibatkan anak-anak dan keluarga sejak pagi hingga malam memperlihatkan bahwa generasi muda Papua dilibatkan secara aktif dalam misi besar membangun bangsa. Ketika program-program pemerintah seperti MBG dan pembangunan IKN mendapatkan ruang dalam perbincangan spiritual internasional, hal itu menandakan bahwa kebijakan publik tidak berjalan sendiri, melainkan didukung kekuatan moral dan sosial yang tumbuh dari bawah.

Konferensi ini juga membuktikan bahwa Papua menjadi salah satu pelaku utama dalam mewarnai wajah Indonesia ke depan. Melalui keterlibatan aktif dalam jaringan doa nasional dan global, Papua menunjukkan kapasitas untuk memimpin, menginspirasi, dan menjadi teladan. Dalam konteks pembangunan nasional, hal ini memperkuat narasi bahwa dukungan terhadap pemerintah bukan hanya datang dari elite politik, tetapi juga dari komunitas rohani dan masyarakat internasional yang melihat keseriusan Indonesia dalam membangun dari pinggiran.

Keberhasilan penyelenggaraan konferensi berskala internasional di Papua ini menjadi bukti bahwa pemerintah mampu menciptakan ruang aman, kondusif, dan terorganisir. Hal ini sekaligus menjadi cermin dari pendekatan pemerintah yang tidak hanya menekankan pembangunan fisik, tetapi juga sosial, kultural, dan spiritual. Ketika Papua diberi ruang untuk bersuara dan memimpin, maka rasa memiliki terhadap negara akan tumbuh lebih kuat, menjadikan wilayah ini sebagai mitra sejajar dalam perjalanan Indonesia menuju masa depan yang inklusif dan sejahtera. 

Dari Papua, suara doa dan harapan disuarakan untuk seluruh masyaralat. Dari Papua pula, dukungan moral dan spiritual bagi kepemimpinan nasional dikuatkan. Dan dari tanah yang diberkati ini, kebangkitan generasi muda, keluarga, dan seluruh masyarakat sedang berlangsung. Dalam semangat itu, pemerintah perlu terus hadir, mendengar, dan bertindak bersama masyarakat Papua, agar setiap program yang dijalankan tidak hanya mencapai target, tetapi juga menyentuh hati dan membangun kepercayaan. Sebab membangun Papua bukan sekadar soal pembangunan wilayah, tetapi tentang mengangkat martabat, meneguhkan peran, dan mengukuhkan Papua sebagai bagian penting dari panggilan besar bangsa Indonesia.

)* Pengamat Sosial-Keagamaan Papua