Jakarta – Pemerintah terus menunjukkan keseriusannya dalam mempercepat hilirisasi industri baterai kendaraan listrik (EV) sebagai bagian dari upaya transisi menuju energi bersih dan pertumbuhan ekonomi berbasis industri bernilai tambah. Proyek-proyek besar yang tengah digarap, seperti di Karawang dan Halmahera Timur, menjadi simbol komitmen pemerintah untuk menciptakan ketahanan energi nasional dan mempercepat pencapaian target emisi nol bersih (Net Zero Emission/NZE) pada 2060.
Anggota Komisi XII DPR RI dari Fraksi PKS, Meitri Citra Wardani, menyebut bahwa pembangunan industri baterai EV merupakan langkah strategis. “Proyek seperti di Karawang bukan hanya penguatan ekonomi nasional, tapi juga upaya mewujudkan swasembada energi. Ini bagian dari misi Asta Cita Presiden Prabowo dalam hilirisasi sumber daya alam secara berkelanjutan,” ujarnya.
Pembangunan industri ini juga diperkirakan menciptakan efek berganda terhadap perekonomian lokal. Selain membuka ribuan lapangan kerja, UMKM di sekitar kawasan industri pun terdorong tumbuh sebagai bagian dari ekosistem pendukung.
Proyek industri baterai EV di Karawang yang diproyeksikan memiliki kapasitas hingga 15 GWh ini diprediksi bisa menghemat impor BBM hingga 300.000 kiloliter per tahun. Hal ini menunjukkan keselarasan antara kebijakan hilirisasi dan tujuan jangka panjang menuju kemandirian energi.
Pengamat ekonomi energi UGM, Fahmy Radhi, menilai bahwa hilirisasi yang dilanjutkan dengan industrialisasi merupakan jalan keluar dari ketergantungan pada konsumsi domestik. “Dengan investasi di sektor strategis seperti baterai EV, Indonesia punya peluang menjadi negara industri yang maju,” katanya. Ia juga menekankan pentingnya transfer teknologi agar tenaga kerja lokal dapat berkembang bersama kemajuan industri.
Di Halmahera Timur, Maluku Utara, proyek Industri Baterai EV Terintegrasi juga mulai berjalan. Gubernur Sherly Tjoanda Laos menyampaikan dukungan penuh pemerintah daerah terhadap proyek yang dinilainya mampu menjadi motor penggerak ekonomi kawasan timur. “Pembangunan tidak hanya soal teknologi, tapi soal keadilan. Kami ingin masyarakat, termasuk 11 suku adat di wilayah ini, merasakan manfaat nyata,” ujarnya.
Proyek yang berada di bawah koordinasi holding Danantara ini juga melibatkan konsorsium global seperti CATL, Brunp, dan Lygend, dengan nilai investasi mencapai USD 5,9 miliar. Target operasional di Karawang diproyeksikan dimulai pada 2026 dengan orientasi pasar domestik dan ekspor.
Langkah ini menegaskan bahwa percepatan hilirisasi baterai EV bukan hanya soal investasi, tetapi bagian dari strategi besar menuju kemandirian energi dan pembangunan berkelanjutan yang inklusif.