Oleh : Ferdinand Gultom )*
Pemberantasan narkoba menunjukkan intensitas tinggi dan sinergi nyata antar lembaga negara. Pengungkapan penyelundupan empat ton narkotika dalam kurun waktu kurang dari dua pekan di perairan Kepulauan Riau menjadi indikator kuat bahwa komitmen pemerintah bukan sekadar slogan, melainkan terimplementasi dalam operasi konkret yang menyelamatkan jutaan jiwa. Keberhasilan tim gabungan Badan Narkotika Nasional (BNN), TNI AL, Bea Cukai, dan Polri dalam membongkar dua skema penyelundupan narkoba berskala besar merupakan peristiwa penting yang layak diapresiasi, tidak hanya karena jumlah barang bukti yang masif, tetapi juga karena keberhasilan ini mencerminkan efektivitas kolaborasi nasional dalam melawan kejahatan lintas negara.
Letjen TNI Mochammad Hasan selaku Sekretaris Kemenko Polhukam menegaskan bahwa keempat ton narkoba yang berhasil diamankan setara dengan menyelamatkan lebih dari 20 juta warga dari ancaman penyalahgunaan narkotika. Jumlah ini tidak hanya sekadar angka statistik, melainkan representasi nyata dari upaya menyelamatkan masa depan generasi bangsa. Penyalahgunaan narkoba telah merusak sendi-sendi kehidupan sosial, menghancurkan potensi generasi muda, serta menjadi pemicu berbagai tindak kriminalitas. Oleh karena itu, keberhasilan dalam penggagalan penyelundupan ini merupakan langkah konkret negara dalam menjaga stabilitas sosial, ekonomi, dan keamanan nasional.
Pola baru penyelundupan narkoba melalui jalur laut menunjukkan bahwa sindikat narkotika internasional terus melakukan adaptasi terhadap strategi pengawasan aparat penegak hukum. Kapal asing yang digunakan sebagai alat transportasi barang haram menjadi bukti bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga medan operasional sindikat internasional. Keterlibatan sebagian pelaut Indonesia akibat bujukan ekonomi menjadi sinyal perlunya penguatan kesejahteraan masyarakat pesisir. Hal ini menegaskan pentingnya kebijakan pemerintah dalam mengentaskan kerentanan ekonomi masyarakat pesisir sebagai bagian dari strategi nasional melawan narkoba.
Di sisi lain, keterlibatan institusi keagamaan seperti Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah dalam kampanye anti-narkoba juga memperlihatkan bahwa perang terhadap narkotika tidak hanya berlangsung di jalur hukum, tetapi juga menyentuh ranah kultural dan spiritual masyarakat. Ketua FKUB Sulteng, Prof. Zainal Abidin, menyebut bahwa narkoba adalah bentuk kezaliman terhadap diri sendiri yang bertentangan dengan nilai-nilai keimanan. Pernyataan ini penting untuk disoroti karena memperlihatkan bahwa agama memiliki posisi strategis dalam membentuk kesadaran kolektif dan memperkuat daya tahan moral masyarakat terhadap godaan narkotika.
Program kerja sama antara FKUB dan BNN dalam menyosialisasikan bahaya narkoba kepada pelajar, sembari mengajarkan nilai-nilai moderasi beragama dan toleransi, merupakan pendekatan yang patut ditiru. Strategi ini menggabungkan edukasi preventif berbasis moralitas dengan penyadaran sejak dini, terutama di lingkungan pendidikan yang menjadi medan krusial dalam membentuk karakter generasi penerus. Upaya seperti ini menjadi pelengkap dari operasi penegakan hukum, menjadikan pemberantasan narkoba lebih komprehensif dan berkelanjutan.
Kepedulian terhadap bahaya narkoba juga ditunjukkan oleh berbagai tokoh masyarakat dan legislatif. Wakil Ketua DPRD Sumatera Utara, Ricky Anthony, menegaskan bahwa narkotika telah menjadi sumber kejahatan yang merusak struktur sosial hingga ke pelosok desa. Ia menekankan bahwa negara harus selalu selangkah lebih maju dari jaringan pengedar narkoba yang semakin canggih. Penegasan ini menunjukkan pentingnya peran para pembuat kebijakan di tingkat daerah untuk turut memberikan dukungan regulatif dan anggaran yang memadai bagi upaya pemberantasan narkoba di wilayah masing-masing.
Penangkapan kurir narkoba di Sumut yang membawa 30 kilogram sabu menunjukkan bahwa jaringan narkoba bukan hanya mengandalkan kapal besar dari luar negeri, tetapi juga menyusup melalui jaringan lokal dengan modus beragam. Fakta ini memperkuat urgensi strategi pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat guna memutus potensi rekrutmen oleh jaringan narkoba.
Peran aktif berbagai elemen bangsa dalam pemberantasan narkoba merupakan kunci penting dalam mempertahankan kedaulatan negara dari infiltrasi kejahatan transnasional. Tindakan tegas dan terukur dari aparat penegak hukum, dibarengi dengan edukasi dan kesadaran kolektif di tingkat akar rumput, adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Dalam konteks ini, penting untuk memperkuat sistem deteksi dini dan koordinasi antarinstansi, serta memperluas jangkauan rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan narkotika agar tidak terjerumus lebih dalam.
Langkah strategis pemerintah dalam membentuk sinergi lintas lembaga dan menjadikan pemberantasan narkoba sebagai agenda lintas sektor menunjukkan arah kebijakan yang progresif. Dengan terus memperkuat kerja sama antara BNN, TNI, Polri, Bea Cukai, tokoh agama, dan masyarakat sipil, Indonesia telah berada di jalur yang tepat dalam melawan salah satu ancaman paling berbahaya bagi masa depan bangsa.
Keberhasilan demi keberhasilan yang tercatat akhir-akhir ini seharusnya menjadi momentum untuk mempercepat reformasi sistemik dalam tata kelola pemberantasan narkoba. Keberhasilan ini dapat diperkuat lebih jauh melalui akselerasi program sosial pemerintah yang menyentuh akar masalah, mulai dari pendidikan hingga kesehatan mental. Penanganan yang bersifat integral akan memperkuat ketahanan nasional dari dalam dan menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi peredaran narkotika.
Pemberantasan narkoba bukan semata-mata soal menangkap dan menghukum. Ini adalah kerja panjang dan berkelanjutan untuk menjaga martabat bangsa, membangun kesadaran kolektif, dan memastikan bahwa setiap anak bangsa dapat tumbuh dalam lingkungan yang sehat, aman, dan bermartabat. Ketika seluruh komponen bangsa bersatu dalam satu komitmen untuk menjadikan Indonesia bebas dari narkoba, maka ancaman sebesar apa pun tidak akan mampu menggoyahkan masa depan negeri ini.
)* Penulis Merupakan Pengamat Isu Strategis