Waspadai Provokasi Narasi PHK Massal, Industri Nasional Terus Tumbuh

Oleh : Naura Astika

Beberapa bulan terakhir, pemberitaan mengenai pemutusan hubungan kerja atau PHK di sejumlah sektor industri kembali mencuat ke permukaan. Namun demikian, masyarakat diminta untuk tidak terpengaruh oleh provokasi narasi tersebut karena tidak sesuai dengan realitas yang terjadi. 

Di tengah narasi pesimistis yang terus bergulir, ada fakta-fakta penting yang sering kali luput dari perhatian. Data terbaru dari Kementerian Perindustrian justru menunjukkan bahwa sektor industri nasional masih menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, baik dari sisi penyerapan tenaga kerja maupun peningkatan investasi.

Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza menegaskan bahwa prediksi tentang 280 ribu pekerja industri yang akan terkena PHK adalah hal yang perlu dilihat secara hati-hati. Pihaknya optimis sinyal jumlah Pemutusan Hubungan Kerja pada tahun ini tidak akan menelan ratusan ribu orang. Hal tersebut disampaikan menanggapi proyeksi angka PHK tahun ini oleh BPJS Ketenagakerjaan yang bisa tembus 280.000 orang.

Tak hanya itu, pertumbuhan tenaga kerja tersebut terjadi di tengah-tengah proyek investasi besar yang sedang berjalan di berbagai wilayah Indonesia. Tercatat ada hampir dua ratus perusahaan yang sedang membangun fasilitas produksi baru, dan dari proyek-proyek tersebut saja diperkirakan akan menyerap lebih dari dua puluh ribu pekerja. Situasi ini menunjukkan bahwa kepercayaan investor terhadap iklim industri di Indonesia masih sangat tinggi. Para investor tidak hanya menanamkan modal, tetapi juga mengembangkan kapasitas produksi, yang tentu akan berdampak langsung pada penciptaan lapangan kerja baru.

Narasi tentang PHK massal sering kali menciptakan kepanikan yang tidak berdasar. Banyak pihak menyamaratakan persoalan di sektor tertentu sebagai krisis nasional, padahal kenyataannya jauh lebih kompleks. Industri memiliki dinamika tersendiri. Di beberapa subsektor, terjadi pergeseran tren pasar yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan efisiensi, termasuk dalam jumlah tenaga kerja. Namun hal ini tidak serta merta menjadi tanda bahwa industri nasional sedang mengalami kemunduran. Justru, langkah-langkah penyesuaian tersebut sering kali menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat daya saing di tengah kompetisi global yang semakin ketat.

Lebih jauh lagi, pemerintah juga terus mendorong peningkatan daya saing industri melalui program Making Indonesia 4.0. Transformasi digital dan otomasi di sektor industri bertujuan tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga membuka peluang bagi tenaga kerja yang memiliki kompetensi baru. Inilah mengapa pemerintah aktif menjalankan program pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan bagi para pekerja, agar mereka bisa tetap relevan dengan tuntutan zaman. Pemerintah juga mendorong kemitraan antara industri dan lembaga pendidikan vokasi agar lulusan-lulusan baru bisa langsung diserap dunia kerja tanpa mengalami gap keterampilan.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perencanaan Pembangunan Nasional (Bippenas), Bayu Priawan Djokosoetono mengatakan bahwa pihaknya berharap dilibatkan dalam program 3 juta rumah, renovasi 11 ribu sekolah, dan pembangunan 30 ribu dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), agar segera terealisasi sesuai target. Program-program tersebut diharapkan bisa menambah pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 sekitar dua persen.

Dalam situasi ekonomi yang serba cepat berubah, respons yang adaptif adalah kunci. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh oleh narasi negatif yang belum tentu mewakili kondisi sebenarnya. Informasi harus dikaji secara kritis dan menyeluruh. Bila hanya terpaku pada angka PHK tanpa mempertimbangkan jumlah tenaga kerja baru yang diserap industri, maka pemahaman yang terbentuk menjadi bias dan tidak konstruktif. Kita perlu menyadari bahwa di balik setiap tantangan, selalu ada peluang yang bisa diambil, terutama dalam konteks pertumbuhan industri nasional.

Indonesia saat ini berada dalam jalur transformasi industri yang besar. Perpindahan dari industri berbasis tenaga kerja murah menuju industri berbasis inovasi dan teknologi sedang berlangsung secara bertahap. Proses ini tentu memerlukan waktu dan penyesuaian dari banyak pihak. Akan ada sektor yang tumbuh lebih cepat, dan ada pula yang butuh waktu untuk berbenah. Namun selama fundamental industri tetap kuat dan didukung oleh kebijakan yang tepat, tidak ada alasan untuk meragukan masa depan industri nasional.

Menutup semua kekhawatiran, fakta-fakta di lapangan jelas menunjukkan bahwa industri nasional tidak sedang menuju keterpurukan. Justru sebaliknya, ada semangat untuk bangkit dan berkembang lebih cepat. Investasi yang terus mengalir, proyek-proyek pembangunan fasilitas produksi baru, serta peningkatan jumlah tenaga kerja menjadi bukti nyata bahwa Indonesia masih menjadi salah satu tujuan utama bagi pelaku industri, baik dalam negeri maupun mancanegara.

Maka dari itu, narasi PHK massal harus diposisikan secara proporsional, dan masyarakat perlu diyakinkan bahwa industri kita masih kuat, dan akan terus tumbuh. Optimisme harus tetap dijaga, karena pertumbuhan yang kita lihat hari ini adalah fondasi bagi masa depan ekonomi Indonesia yang lebih kokoh.

)* Pengamat Kebijakan Strategis