Jakarta – Presiden Prabowo Subianto menegaskan pentingnya swasembada energi sebagai strategi jangka panjang untuk menjaga ketahanan nasional.
Dalam berbagai pernyataannya, Prabowo menekankan bahwa Indonesia harus bersiap menghadapi gejolak global, termasuk ketegangan geopolitik dan kemungkinan krisis energi internasional.
“Kita harus siap dengan kemungkinan terburuk. Dalam krisis global, negara-negara lain akan memprioritaskan kebutuhan mereka sendiri, dan sulit bagi kita untuk mengandalkan pasokan energi dari luar,” tegas Prabowo.
Sebagai solusi, Presiden mengusulkan pengembangan energi berbasis sumber daya dalam negeri, khususnya air dan tanaman nabati.
Ia menyebut kelapa sawit, singkong, tebu, sagu, dan jagung sebagai komoditas potensial untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif.
Selain itu, Prabowo juga menyoroti potensi besar energi geothermal dan air sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan.
“Kita punya kelapa sawit yang bisa menghasilkan solar dan bensin. Kita juga punya energi geothermal yang cukup serta batu bara yang melimpah. Alhamdulillah, kita juga memiliki sumber air yang cukup, dan teknologi untuk menghasilkan air murah yang bisa memenuhi kebutuhan kita,” ujarnya.
Penasihat Khusus Presiden Urusan Energi, Purnomo Yusgiantoro, menambahkan bahwa swasembada energi merupakan bagian dari Asta Cita.
Ia menegaskan bahwa sektor energi harus berperan besar dalam mendorong target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% hingga tahun 2029.
“Ketahanan energi menjadi kata kunci dalam mencapai swasembada energi, dengan meningkatkan pasokan energi, memperluas jangkauan energi, dan memastikan pemanfaatan energi bersih,” jelas Purnomo.
Langkah strategis yang disiapkan pemerintah mencakup peningkatan pasokan dan diversifikasi energi, serta efisiensi penggunaan energi dengan mengalihkan subsidi BBM ke bantuan langsung.
Pemerintah juga mempercepat proyek strategis seperti Masela dan pipa Semarang–Dumai, serta mendorong hilirisasi batu bara menjadi DME guna mengurangi impor LPG.
Selain itu, Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, menyatakan bahwa pohon aren menjadi perhatian khusus Presiden karena potensinya dalam menghasilkan bioetanol.
Dari satu juta hektare lahan, pohon ini dapat menghasilkan cukup bioetanol untuk menggantikan impor BBM.
“Pak Presiden sudah lama menjadikan aren menjadi pohon yang paling beliau senangi, karena ini pohon ajaib dari ujung sampai akar bisa dipakai,” ujar Raja.
Pemerintah telah menargetkan penanaman 300 ribu hektare aren tahun ini sebagai bagian dari rencana swasembada energi nasional.**