Jakarta — Program pembangunan 3 juta rumah yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto tidak hanya menjawab kebutuhan dasar masyarakat akan hunian layak, tetapi juga menjadi lokomotif baru penciptaan jutaan lapangan kerja di Indonesia. Inisiatif ambisius ini disambut antusias oleh mayoritas pelaku industri, kementerian terkait, serta masyarakat luas sebagai solusi konkret dari pemerintah, pengembang, kementerian teknis, hingga pelaku industri bahan bangunan.
Ketua Umum DPP Realestate Indonesia (REI), Joko Suranto, menyatakan bahwa program ini memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian nasional, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja di sektor konstruksi dan industri turunannya.
“Dengan berkontribusi membangun dua juta rumah di desa dan di pesisir, program ini akan menciptakan minimal dua juta lapangan kerja baru,” kata Joko. Ia menambahkan, pembangunan rumah di wilayah perdesaan menjadi peluang emas untuk mendistribusikan pertumbuhan ekonomi secara lebih merata.
Joko juga menyoroti pentingnya pengawasan kualitas bangunan sebagai bentuk perlindungan bagi masyarakat penerima manfaat. “Agar kualitas hunian benar-benar terjaga, sejak awal kami mendorong kebijakan pengawasan yang ketat dalam setiap pembangunan rumah,” tegasnya.
Optimisme terhadap program ini turut disampaikan oleh Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait. Menurutnya, pemerintah menargetkan akselerasi pencapaian 3 juta rumah dalam waktu yang relatif singkat. Tidak hanya menjadi solusi atas kekurangan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), program ini juga diyakini mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
“Program ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen melalui penciptaan lapangan kerja di sektor konstruksi serta peningkatan daya saing industri bahan bangunan dalam negeri,” ujar Maruarar. Ia menekankan bahwa proyek ini merupakan bagian dari perintah langsung Presiden Prabowo, yang memerintahkan agar pembangunan rumah dilakukan secara gotong royong oleh seluruh pemangku kepentingan.
“Presiden menugaskan PKP membangun dan merenovasi rumah untuk masyarakat bersama semua pemangku kepentingan, baik pengembang, perbankan dan pemda,” lanjut Maruarar.
Ketua Satuan Tugas Perumahan Nasional, Hashim S Djojohadikusumo, memperkuat pernyataan tersebut dengan menyampaikan potensi lapangan kerja yang lebih besar lagi. Ia memperkirakan program ini dapat menyerap hingga enam juta tenaga kerja baru.
“Satu rumah perlu 4 sampai 5 tukang untuk membangunnya. Kalau di kota kan beda, itu apartemen, perlu juga ratusan ribu pekerja baru. Sehingga kita bisa menampung 5 sampai 6 juta pekerjaan baru,” ungkap Hashim.
Ia juga menyampaikan harapan besar Presiden Prabowo agar anak-anak muda Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil, bisa bekerja di dalam negeri. “Kami berharap anak-anak muda di daerah dapat memperoleh pekerjaan layak di dalam negeri, sehingga mereka punya pilihan untuk membangun masa depan di tanah air sendiri,” katanya.
Hashim menambahkan bahwa pemberian upah yang layak menjadi komitmen utama dalam implementasi program ini. “Kita berikan pekerjaan yang bermartabat tentu dengan upah yang layak, upah yang fair, yang adil,” tutupnya.
Dengan dukungan lintas sektor dan semangat kolaboratif yang kuat, program 3 juta rumah ini bukan hanya proyek pembangunan fisik, melainkan juga gerakan nasional untuk menyejahterakan rakyat dan memperkuat fondasi ekonomi bangsa dari akar rumput. Visi besar Presiden Prabowo kini mulai menampakkan bentuknya: rumah layak, pekerjaan bermartabat, dan masa depan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia. [^]
[edRW]