Pemerintah Fokus Terapkan Strategi Jangka Menengah Tepis Narasi Pelemahan Ekonomi

Oleh : Naura Astika

Di tengah dinamika global dan tantangan domestik yang semakin kompleks, pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional. Narasi pelemahan ekonomi yang kerap beredar di ruang publik, baik melalui media sosial maupun kanal informasi lainnya, tidak bisa dihindari, terutama ketika terjadi fluktuasi nilai tukar, tekanan inflasi, atau perlambatan investasi global.

Saat ini, pemerintah tidak tinggal diam. Sebaliknya, berbagai strategi jangka menengah telah dirancang dan terus dijalankan dengan tujuan utama memperkuat fondasi ekonomi, meningkatkan kepercayaan investor, serta menjaga kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah secara aktif menggencarkan strategi maupun kebijakan fiskal yang disiplin dan responsif terhadap tantangan struktural. Hal ini terlihat dari upaya mempertahankan defisit anggaran pada level yang terkontrol, sembari tetap mengalokasikan anggaran belanja negara secara produktif, seperti untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, serta perlindungan sosial.

Langkah ini membuktikan bahwa pemerintah tidak semata-mata mengejar pertumbuhan angka, melainkan juga memastikan bahwa pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dalam jangka menengah hingga panjang.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan bahwa dalam rangka memperkuat kemandirian ekonomi dan sosial untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera, strategi jangka menengah difokuskan pada delapan strategi yang mendukung agenda pembangunan.

Strategi jangka menengah pemerintah tidak hanya berfokus pada upaya pemulihan pasca-pandemi, tetapi juga diarahkan untuk memperkuat daya tahan ekonomi terhadap gejolak eksternal. Salah satu pendekatan utama adalah melalui transformasi ekonomi nasional yang menekankan hilirisasi industri, digitalisasi UMKM, dan percepatan transisi energi. 

Program hilirisasi, misalnya, merupakan bentuk nyata dari strategi jangka menengah yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah. Dengan cara ini, Indonesia tidak hanya menjadi penyedia sumber daya alam, tetapi juga pelaku penting dalam rantai pasok industri global.

Anggota DPR RI, Bambang Soesatyo, mengatakan bahwa pihaknya mengajak ikatan alumni dari berbagai institusi pendidikan di Indonesia untuk mengambil peran strategis dalam menghadapi tantangan pelemahan ekonomi global dan menurunnya daya beli masyarakat.

Digitalisasi juga menjadi fokus penting dalam strategi pemerintah. Pemerintah menyadari bahwa daya saing nasional akan sangat bergantung pada kemampuan masyarakat dan pelaku usaha dalam beradaptasi dengan teknologi. Oleh karena itu, berbagai program penguatan ekosistem digital terus digencarkan, seperti pelatihan literasi digital, pembangunan infrastruktur teknologi informasi hingga ke pelosok, serta insentif bagi startup teknologi lokal. 

Pemerintah juga fokus pada pembenahan iklim investasi. Reformasi struktural yang telah dan sedang dilakukan, seperti penyederhanaan perizinan melalui Online Single Submission (OSS), insentif fiskal bagi industri strategis, serta revisi regulasi yang menghambat masuknya investasi, menjadi bagian dari strategi jangka menengah untuk menarik modal asing dan domestik. Semua ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya bereaksi terhadap situasi ekonomi saat ini, tetapi juga sedang membangun fondasi yang lebih kokoh untuk pertumbuhan masa depan.

Narasi pelemahan ekonomi yang berkembang seringkali tidak mencerminkan keseluruhan realitas. Data menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada pada kisaran yang sehat dibandingkan negara-negara lain di kawasan. Meskipun tekanan global seperti konflik geopolitik, tren suku bunga tinggi, dan ketidakpastian ekonomi Tiongkok memberikan dampak terhadap perekonomian nasional, Indonesia tetap mencatat pertumbuhan ekonomi positif di atas 5% secara tahunan. Inflasi juga relatif terjaga, sementara tingkat pengangguran perlahan menurun. Ini adalah indikator penting bahwa perekonomian nasional masih memiliki daya tahan yang cukup baik.

Di sisi lain, strategi jangka menengah pemerintah juga melibatkan penguatan sektor pertanian dan pangan. Ketahanan pangan menjadi isu strategis, terutama di tengah ancaman krisis iklim dan gangguan rantai pasok global. Investasi dalam teknologi pertanian, pembangunan infrastruktur irigasi, serta insentif bagi petani menjadi langkah nyata untuk memastikan ketersediaan pangan nasional dan stabilitas harga. Langkah-langkah ini tidak hanya bersifat jangka pendek, melainkan menjadi bagian dari upaya menyusun ketahanan ekonomi nasional yang menyeluruh dan berkelanjutan.

Konsistensi dalam menjalankan strategi jangka menengah inilah yang menjadi kunci utama dalam menepis narasi pelemahan ekonomi. Pemerintah memahami bahwa persepsi publik terhadap kondisi ekonomi sangat dipengaruhi oleh komunikasi dan keterbukaan informasi. Oleh karena itu, transparansi dalam pelaksanaan anggaran, laporan realisasi program, serta dialog aktif dengan pelaku usaha dan masyarakat menjadi bagian integral dari strategi komunikasi pemerintah. 

Kejelasan arah kebijakan, keberanian untuk melakukan reformasi, serta konsistensi dalam pelaksanaan adalah faktor-faktor penting yang menjadi bukti bahwa pemerintah serius dalam menjaga momentum pertumbuhan dan keberlanjutan ekonomi nasional.

Dengan fondasi kebijakan yang kuat, pendekatan strategis jangka menengah yang adaptif, serta keberanian untuk melakukan reformasi struktural, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menghadapi tantangan ekonomi global. Narasi pelemahan ekonomi yang beredar perlu disikapi secara proporsional, dengan merujuk pada data dan fakta. Pemerintah, dalam hal ini, tidak sedang menutupi tantangan yang ada, tetapi justru menghadapinya dengan langkah terencana, terukur, dan berorientasi masa depan.


)* Pengamat Kebijakan Strategis

[edRW]