Jakarta – Managing Director Finance Danantara, Arief Budiman mengatakan bahwa kehadiran Danantara Indonesia sebagai holding operasional dan mesin investasi strategis negara akan meningkatkan produktivitas aset-aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara signifikan.
“Investasi harus diarahkan pada sektor-sektor yang meningkatkan produktivitas, dan di situlah letak pentingnya investasi-investasi ini,” ujar Arief.
Ia menambahkan, mandat Danantara sangat jelas yakni menjadi pengelola aktif atas 52 BUMN sekaligus mengarahkan dividen perusahaan-perusahaan pelat merah ke sektor-sektor produktif seperti energi, pangan, manufaktur, kesehatan, dan pendidikan.
Dengan dibentuknya Danantara, pendekatan tersebut berubah secara fundamental. Holding ini bertindak sebagai investor aktif sekaligus pengawas tata kelola perusahaan, bukan hanya sebagai pemilik pasif.
“Danantara tidak hanya bicara soal finansial, tetapi juga membawa semangat efisiensi, akuntabilitas, dan penciptaan nilai. Kami bertanggung jawab untuk memastikan setiap aset yang dikelola benar-benar berfungsi secara optimal, memberikan manfaat ekonomi, dan mendukung pembangunan nasional,” lanjut Arief.
Langkah konkret Danantara dalam mengatur ulang manajemen aset BUMN pun mulai terlihat. Salah satunya melalui penerbitan instruksi penundaan sementara seluruh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan aksi korporasi di BUMN nonpublik serta anak perusahaannya. Penundaan ini, yang tertuang dalam surat S-027/DI-BP/V/2025, dilakukan sebagai bagian dari proses konsolidasi dan evaluasi menyeluruh atas aset serta rencana bisnis setiap entitas BUMN.
Kepala Badan Pelaksana Danantara, Rosan P. Roeslani menegaskan bahwa keputusan ini merupakan langkah strategis untuk memastikan proses seleksi pimpinan perusahaan lebih ketat dan berbasis meritokrasi, sekaligus menata kembali arah strategis BUMN agar lebih sinkron dengan visi besar transformasi ekonomi nasional.
Perubahan paradigma ini turut diapresiasi kalangan pelaku usaha. Ketua Bidang Sinergitas BUMN, Danantara, dan BUMD BPP HIPMI, Anthony Leong, menyatakan bahwa keberadaan Danantara menjadi angin segar bagi pengusaha muda dan UMKM yang selama ini terlibat dalam proyek-proyek BUMN namun kerap terhambat oleh lemahnya manajemen keuangan dan keterlambatan pembayaran.
“Langkah Danantara ini memberi harapan baru. Aset BUMN harus diproduktifkan, bukan hanya untuk membesarkan institusi, tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi yang sehat dan berkeadilan,” ungkap Anthony.
Sementara itu, Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria menegaskan bahwa pihaknya sedang membangun sistem keuangan terintegrasi yang akan menyederhanakan pencatatan dan pembayaran utang antar BUMN serta kepada mitra eksternal sehingga menjadi pondasi penting untuk meningkatkan kepercayaan investor dan menciptakan efisiensi aset.
“Kami ingin memastikan tidak ada lagi aset yang idle atau tidak menghasilkan. Semua harus produktif dan memberikan kontribusi nyata,” tegasnya.
Seiring proses konsolidasi yang tengah berjalan, beberapa BUMN besar seperti PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. dan Bio Farma Group telah menyatakan kesiapan mereka untuk menyesuaikan rencana bisnis dan investasi dengan arahan Danantara. ****
[edRW]