Oleh: Budiman Aktuari
Dalam beberapa waktu terakhir, muncul seruan dan narasi yang menyebutkan bahwa Indonesia tengah menuju “masa gelap”, dengan dalih melemahnya nilai tukar rupiah, tekanan eksternal global, hingga kekhawatiran terhadap arah ekonomi nasional. Namun, narasi pesimistis ini tak berdiri di atas data yang objektif. Justru sebaliknya, pemerintah Indonesia secara konsisten menjawab tantangan dengan kerja nyata dan capaian yang dapat diukur, terutama dalam menjaga ketahanan ekonomi, stabilitas fiskal, dan optimisme menuju visi Indonesia Emas 2045.
Kinerja pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi ditunjukkan melalui berbagai indikator makroekonomi yang kuat dan tahan banting. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan bahwa hingga saat ini, cadangan devisa Indonesia telah mencapai lebih dari USD 156 miliar. Jumlah tersebut cukup untuk membiayai tujuh bulan impor dan melunasi seluruh kewajiban utang luar negeri jangka pendek. Ini adalah sinyal kuat bahwa fondasi ekonomi Indonesia masih sangat sehat dan jauh dari ancaman krisis.
Kebijakan pemerintah yang mewajibkan penyimpanan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri juga menjadi langkah strategis yang patut diapresiasi. Kebijakan ini bukan hanya memperkuat posisi rupiah terhadap dolar AS, tetapi juga menambah likuiditas dalam negeri serta memperkuat stabilitas moneter secara keseluruhan. Pemerintah bersama Bank Indonesia telah bekerja sigap, mengambil langkah-langkah intervensi yang terukur terhadap pasar valuta asing, sehingga gejolak nilai tukar yang terjadi masih dalam batas yang wajar dan tidak mengarah pada krisis sistemik.
Airlangga juga menekankan bahwa fluktuasi nilai tukar adalah bagian dari dinamika global yang tidak bisa dihindari. Namun, Indonesia menunjukkan ketahanan dengan tetap menjaga kepercayaan pelaku pasar internasional. Dalam situasi global yang penuh ketidakpastian, mulai dari kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat hingga ketegangan geopolitik di berbagai kawasan, Indonesia tetap mampu berdiri tegak dan memberikan jaminan stabilitas kepada dunia usaha.
Hal ini selaras dengan pernyataan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, yang menyatakan bahwa kekuatan ekonomi Indonesia bukanlah hasil dari kebetulan, melainkan buah dari kebijakan fundamental yang dikerjakan dalam jangka panjang. Penguatan fondasi ekonomi, peningkatan ketahanan fiskal, serta pelaksanaan berbagai program strategis menjadi tonggak penting menuju cita-cita besar: Indonesia Emas 2045.
Fokus pemerintah terhadap pengelolaan anggaran secara disiplin dan akuntabel membawa dampak nyata. Defisit APBN terjaga dalam batas aman, rasio utang terhadap PDB tetap terkendali, dan belanja negara diarahkan pada sektor-sektor produktif seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Ketika banyak negara berkembang menghadapi krisis fiskal, Indonesia justru memperoleh pengakuan sebagai salah satu negara dengan manajemen ekonomi terbaik di kawasan.
Sri Mulyani juga mengingatkan bahwa capaian ini bukan hasil kerja pemerintah semata, melainkan buah dari semangat gotong royong bangsa Indonesia. Keberhasilan menjaga stabilitas ekonomi dan sosial tidak akan tercapai tanpa kontribusi masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan seluruh elemen bangsa yang terus bahu-membahu membangun negeri.
Dalam hal ketahanan sosial dan politik, Indonesia juga menunjukkan kematangan. Agenda demokrasi berjalan sesuai konstitusi, dan transisi pemerintahan dirancang berlangsung dengan tertib. Pemerintah juga terus menjaga komunikasi terbuka dengan berbagai kelompok masyarakat dan tetap menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dalam koridor hukum dan etika bernegara.
Namun, di tengah capaian ini, muncul sejumlah pihak yang menggulirkan narasi kelam tentang masa depan Indonesia. Isu “Indonesia gelap” yang digaungkan melalui media sosial maupun orasi jalanan sejatinya adalah bentuk pengaburan fakta yang bisa merusak semangat nasionalisme dan kerja keras jutaan rakyat Indonesia. Menyuarakan kritik tentu sah dalam negara demokrasi, namun menyebarkan ketakutan tanpa dasar justru kontraproduktif terhadap upaya membangun bangsa.
Pemerintah telah menjawab isu-isu tersebut dengan data, kerja, dan capaian. Saat sebagian pihak menyuarakan keraguan, pemerintah hadir dengan solusi. Ketika pasar global menunjukkan volatilitas, pemerintah menenangkan dengan stabilitas. Ketika sebagian suara menyebar ketakutan, pemerintah memberikan kepastian.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia telah berulang kali membuktikan kemampuannya bangkit dari berbagai krisis. Mulai dari krisis moneter 1998, krisis keuangan global 2008, hingga pandemi COVID-19, Indonesia tidak hanya selamat tetapi juga tumbuh lebih kuat. Pengalaman ini menjadi modal penting dalam menjawab tantangan ke depan.
Di tengah derasnya arus informasi dan narasi yang kadang menyimpang dari fakta, masyarakat perlu semakin cerdas dan selektif dalam menyerap berita. Jangan mudah terprovokasi oleh narasi “Indonesia gelap” yang dibangun tanpa dasar. Negara ini tidak dalam kegelapan; sebaliknya, Indonesia sedang menapaki jalan terang menuju masa depan yang lebih baik.
Capaian pemerintah dalam menjaga kestabilan ekonomi, memperkuat sektor fiskal, dan menjalankan program strategis menunjukkan bahwa bangsa ini tidak berjalan di tempat. Mari kita jaga optimisme, rawat persatuan, dan terus dukung kerja keras bersama menuju Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera. Indonesia bukanlah negara gagal, Indonesia adalah negara harapan, yang sedang bekerja menuju kejayaan.
(* Penulis merupakan Pengamat pemerintah di Urban Catalyst Institute