Oleh: Anwar Gani*
Di tengah berbagai dinamika global yang penuh tantangan, ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanan dan arah pertumbuhan yang positif. Isu-isu yang menyebut bahwa “Indonesia Gelap” karena berada dalam kondisi sulit secara ekonomi tidak sejalan dengan data dan realitas yang ada. Justru, perekonomian nasional tetap mencatat pertumbuhan yang stabil dan mencerminkan fundamental yang kuat. Dengan kerja sama antara pemerintah dan seluruh pelaku ekonomi, Indonesia mampu mempertahankan momentum pertumbuhan dan terus bergerak ke arah yang lebih baik. Penting bagi seluruh komponen bangsa untuk menolak provokasi “Indonesia gelap” dan mengedepankan optimisme berbasis data bahwa perekonomian Indonesia terus tumbuh meski berada di tengah tantangan global.
Pada triwulan I tahun 2025, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,87% secara tahunan. Angka ini tidak hanya menjadi bukti bahwa ekonomi nasional tetap berjalan dengan baik, tetapi juga menunjukkan ketangguhan di tengah tekanan eksternal seperti ketidakpastian geopolitik dan kebijakan proteksionisme global yang kian meningkat. Bahkan, dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN dan anggota G20, pertumbuhan Indonesia masih lebih tinggi, mencerminkan daya tahan dan potensi besar yang dimiliki perekonomian nasional.
Pertumbuhan ini didorong oleh penguatan sejumlah sektor strategis. Konsumsi rumah tangga tetap menjadi motor utama dengan kontribusi terbesar terhadap PDB. Pada kuartal pertama 2025, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,89%, sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat selama Ramadan dan Idulfitri. Selain itu, sektor ekspor juga mencatat kinerja positif, tumbuh sebesar 6,78%, ditopang oleh lonjakan ekspor nonmigas dan naiknya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.
Di sisi lapangan usaha, hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Sektor pertanian mencatat lonjakan signifikan sebesar 10,52% seiring dengan panen raya yang berjalan normal dan meningkatnya produktivitas. Sektor industri pengolahan sebagai kontributor utama terhadap PDB nasional tumbuh 4,55%, dengan kontribusi terhadap ekonomi sebesar 19,25%. Perdagangan pun tumbuh 5,03% dan menjadi salah satu pilar utama penggerak ekonomi bersama sektor pertanian dan industri.
Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Haryo Limanseto, menegaskan bahwa hampir seluruh lapangan usaha mencatatkan pertumbuhan yang sehat. Industri pengolahan, perdagangan, pertanian, dan konstruksi empat sektor dengan kontribusi terbesar terhadap PDB berjalan stabil dan produktif. Hal ini menunjukkan bahwa struktur ekonomi Indonesia tidak hanya kuat, tetapi juga terus berkembang dengan basis yang semakin merata di berbagai sektor.
Pertumbuhan ekonomi juga berdampak langsung pada ketenagakerjaan. Data Februari 2025 mencatat tambahan 3,59 juta tenaga kerja yang terserap, dengan sektor perdagangan menyumbang hampir satu juta dan industri pengolahan sekitar 720 ribu. Ini menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sekadar angka, tetapi juga menghadirkan manfaat konkret bagi kesejahteraan masyarakat, terutama dalam bentuk penciptaan lapangan kerja.
Dari sisi eksternal, meskipun terjadi penurunan cadangan devisa dari USD157,1 miliar menjadi USD152,5 miliar, kondisi tersebut tetap berada dalam batas aman. Jumlah cadangan devisa Indonesia masih setara dengan pembiayaan impor selama 6,4 bulan, jauh di atas ambang batas internasional yang hanya tiga bulan. Ini menjadi indikator penting bahwa ketahanan sektor eksternal Indonesia tetap terjaga dengan baik.
Menanggapi situasi ekonomi saat ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa pemerintah akan mempercepat realisasi belanja negara yang bersifat produktif. Fokus anggaran diarahkan untuk menciptakan dampak ekonomi langsung, seperti pada program makan bergizi gratis (MBG) yang cakupannya terus diperluas. Pemerintah juga memperkuat sektor perumahan melalui insentif fiskal dan pembiayaan yang ditingkatkan, termasuk melalui program FLPP yang kini menargetkan lebih banyak penerima manfaat.
Percepatan belanja negara ini merupakan bagian dari langkah mitigasi terhadap ketidakpastian global, sekaligus strategi untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendukung dunia usaha. Pemerintah juga melakukan berbagai penyesuaian struktural melalui deregulasi, pembentukan satuan tugas ketenagakerjaan, serta penguatan kebijakan fiskal agar APBN dapat bekerja optimal dalam menopang pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Lebih jauh, upaya diplomasi ekonomi terus diperkuat, baik dalam bentuk kerja sama bilateral maupun partisipasi aktif di forum-forum multilateral. Tujuannya adalah untuk menjaga akses pasar global dan meningkatkan daya saing produk nasional di tengah lanskap perdagangan internasional yang penuh tantangan.
Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, menyampaikan bahwa seluruh elemen bangsa harus bersatu dan fokus pada upaya membangun kekuatan ekonomi nasional. Kolaborasi antara pemerintah, pekerja, dan dunia usaha menjadi kunci dalam menghadapi tantangan, serta memastikan bahwa pembangunan ekonomi tidak terganggu oleh narasi yang tidak berdasar. Ia menekankan pentingnya menjaga semangat kebersamaan dan optimisme, karena dengan bersatu, Indonesia akan terus maju.
Secara keseluruhan, data dan kebijakan yang ada menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam kondisi ekonomi yang stabil dan prospektif. Pemerintah aktif menjaga momentum pertumbuhan, memastikan manfaat ekonomi dirasakan oleh masyarakat luas, serta terus meningkatkan daya saing nasional. Tidak ada alasan untuk meragukan arah ekonomi Indonesia saat ini.
Narasi tentang ketidakpastian atau keraguan terhadap kondisi ekonomi nasional harus diluruskan dengan data dan logika yang objektif. Indonesia tidak sedang menghadapi krisis ekonomi, melainkan sedang menjalani proses pembangunan ekonomi yang terukur, resilien, dan adaptif. Ekonomi Indonesia baik-baik saja, dan ke depan, prospeknya justru semakin menjanjikan dengan fondasi kebijakan yang tepat dan kerja sama seluruh pihak.
*Penulis merupakan pengamat ekonomi dan kebijakan publik