Resmikan PUIC Ke-19, Indonesia Pimpin Parlemen Wujudkan Kemitraan Strategis dan Perdamaian Global

Oleh: Abdullah Gani )*

Indonesia kembali menegaskan peran strategisnya dalam kancah diplomasi internasional dengan menjadi tuan rumah Konferensi ke-19 Persatuan Parlemen Negara-Negara Anggota OKI (Parliamentary Union of the OIC Member States/PUIC) pada 12 hingga 15 Mei 2025 di Kompleks Parlemen, Jakarta. Forum ini bukan sekadar pertemuan antarparlemen, melainkan ajang penting yang mempertemukan negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim untuk membahas tantangan global dan merumuskan solusi bersama berdasarkan nilai-nilai keadilan, solidaritas, dan perdamaian.

Konferensi PUIC ke-19 dibuka secara resmi pada 14 Mei 2025 oleh Ketua DPR RI Puan Maharani. Sementara itu, Ketua BKSAP Mardani Ali Sera mengatakan acara PUIC juga dihadiri Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto yang menyampaikan pesan bahwa Indonesia siap menjadi jembatan bagi negara-negara dunia untuk menuju kemakmuran dan perdamaian bersama, sekaligus menekankan pentingnya tata kelola pemerintahan yang baik dan penguatan institusi yang tangguh sebagai fondasi ketahanan global. Kehadiran Presiden Prabowo menunjukkan betapa tingginya perhatian dan komitmen Indonesia terhadap kerja sama antarnegara Muslim.

Bagi Indonesia, menjadi tuan rumah konferensi ini merupakan suatu kehormatan besar. Ketua DPR RI Puan Maharani menyatakan kebanggaannya karena dapat mempertemukan parlemen-parlemen negara OKI di Jakarta. Puan juga menyerukan kepada negara-negara peserta untuk bersama-sama mengutuk segala bentuk kekerasan terhadap Muslim, tidak hanya di Palestina tetapi juga di kawasan lain seperti India, Pakistan. DPR RI siap memberikan yang terbaik untuk pelaksanaan konferensi ini, serta mendorong agar PUIC berperan aktif menciptakan dunia yang adil, damai, dan sejahtera sebagai bentuk manifestasi Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Konferensi telah membahas isu-isu penting seperti perjuangan kemerdekaan Palestina, perlindungan minoritas Muslim, dialog antaragama, perubahan iklim, ekonomi hijau, hak asasi manusia, hingga pemberdayaan perempuan dan keluarga. Forum ini menjadi ruang strategis untuk menyuarakan kepentingan kolektif dunia Islam terhadap berbagai ketidakadilan global, sekaligus menegaskan komitmen Indonesia dalam menyuarakan isu kemanusiaan secara konsisten.

Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Irine Yusiana Roba Putri mengungkapkan kepercayaan internasional terhadap Ketua DPR RI sebagai Presiden PUIC menunjukkan posisi Indonesia yang dipandang tinggi di mata dunia. Salah satu fokus utama Indonesia dalam forum ini adalah memperjuangkan kemerdekaan Palestina, dan bahwa perjuangan ini akan lebih kuat bila dilakukan bersama oleh negara-negara anggota OKI.

Selain isu kemanusiaan, PUIC ke-19 juga membawa dampak nyata dalam hubungan bilateral. Pertemuan Puan Maharani dengan Wakil Ketua DPR Republik Ceko, Jan Skopecek, menjadi contoh bagaimana konferensi ini menjadi ajang memperluas kerja sama lintas kawasan. DPR RI mendorong penguatan hubungan Indonesia-Ceko, terutama dalam bidang ekonomi hijau, perdagangan karbon, serta kerja sama pertahanan melalui transfer teknologi dan kolaborasi akademik. Bahkan, kerja sama sister city antara Yogyakarta dan Hluboká nad Vltavou turut dibahas sebagai wujud diplomasi antarmasyarakat yang kaya akan nilai sejarah dan budaya.

Manfaat dari penyelenggaraan PUIC ke-19 bagi Indonesia sangatlah besar. Dari sisi diplomasi, posisi Indonesia sebagai pemimpin forum ini memperkuat kredibilitas dan peran strategisnya sebagai negara Muslim demokratis terbesar di dunia. Dari segi ekonomi, berbagai peluang kerja sama yang dibuka, termasuk di sektor perdagangan, energi hijau, dan teknologi pertahanan, menunjukkan bahwa forum ini mampu menghadirkan dampak konkret bagi pembangunan nasional. Lebih jauh lagi, konferensi ini menjadi ajang promosi Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi toleransi, keberagaman, dan kerja sama lintas bangsa.

Selain itu, keterlibatan aktif Indonesia dalam forum PUIC juga berperan penting dalam penguatan peran parlemen sebagai aktor diplomasi. Ketua BKSAP DPR RI Mardani Ali Sera menyampaikan bahwa konferensi ini mengangkat berbagai isu strategis seperti kemerdekaan Palestina, partisipasi perempuan dan generasi muda, serta pembangunan berkelanjutan. Menurutnya, tema utama konferensi tahun ini, yaitu Good Governance and Strong Institutions as Pillars of Resilience, sejalan dengan visi Indonesia untuk membangun ketahanan nasional dan global melalui tata kelola yang baik dan lembaga yang kuat.

Lebih dari itu, PUIC ke-19 menandai langkah penting dalam menjadikan parlemen Indonesia sebagai pusat diplomasi global. Melalui forum ini, Indonesia tidak hanya menyuarakan kepentingan nasionalnya, tetapi juga menjadi juru bicara dunia Islam dalam isu-isu global yang menyangkut perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan umat manusia. Forum ini juga menjadi platform untuk menggalang dukungan internasional terhadap posisi Indonesia dalam berbagai perundingan multilateral, serta memperluas jejaring kerja sama dengan negara-negara non-OKI yang memiliki kepentingan strategis.

Dengan menjadi tuan rumah PUIC ke-19, Indonesia membuktikan bahwa kekuatan diplomasi tidak hanya berada di tangan eksekutif, tetapi juga di parlemen. Dan dalam dunia yang terus menghadapi tantangan besar, dari krisis kemanusiaan hingga disrupsi iklim dan konflik geopolitik, konferensi ini adalah bukti nyata bahwa diplomasi parlemen dapat menjadi jembatan menuju dunia yang lebih damai dan berkeadilan. Indonesia, dengan semangat gotong royong dan komitmen terhadap perdamaian dunia, kembali menegaskan bahwa kepemimpinan global adalah tanggung jawab yang dijalani dengan visi dan aksi nyata.

)* Penulis merupakan pengamat kebijakan luar negeri