Pemerintah Fokuskan Komoditas Unggulan Percepat Swasembada Energi

Oleh : David Ilham Firmansyah )*

Pemerintah tengah mengintensifkan upaya menuju swasembada energi nasional melalui fokus pada pengembangan komoditas unggulan berbasis sumber daya alam dalam negeri. Langkah ini menjadi bagian penting dari strategi transisi energi yang lebih mandiri dan berkelanjutan, terutama di tengah tantangan ketergantungan impor energi fosil dan fluktuasi harga global. Pemerintah menilai bahwa keberhasilan swasembada energi tidak hanya bergantung pada pengembangan energi terbarukan, tetapi juga pada optimalisasi potensi komoditas unggulan seperti kelapa sawit, jagung, tebu, dan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif yang dapat diproduksi secara lokal.

Dalam beberapa bulan terakhir, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama Kementerian Pertanian dan BUMN energi seperti Pertamina telah merumuskan langkah konkret untuk mendorong percepatan produksi bioenergi nasional. Salah satu langkah strategis yang telah dijalankan adalah mendorong perluasan produksi biofuel berbasis minyak sawit atau biodiesel. Program B35 (pencampuran 35% biodiesel dalam bahan bakar solar) sudah mulai diterapkan secara nasional dan diproyeksikan dapat menyerap lebih dari 13 juta kiloliter CPO (crude palm oil) sepanjang tahun 2025. Hal ini tidak hanya memperkuat ketahanan energi, tapi juga membuka peluang besar bagi petani sawit swadaya di berbagai daerah.

Selain biodiesel, pemerintah juga melirik potensi pohon aren sebagai pengganti bensin berbasis minyak bumi. Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni mengatakan penanaman aren merupakan program favorit Presiden Prabowo. Hal ini lantaran pohon aren merupakan pohon ajaib yang memiliki banyak manfaat. Pohon aren sendiri dapat berfungsi sebagai ketahanan pangan dan energi. Aren dapat menghasilkan bioetanol yang baik sehingga nantinya Indonesia tidak lagi perlu impor BBM atau swasembada energi.

Pemerintahan era Presiden Prabowo berkomitmen untuk mewujudkan swasembada energi dalam 5 tahun mendatang. Presiden Prabowo menggarisbawahi potensi strategis Indonesia sebagai produsen terkemuka dunia dalam komoditas seperti Nikel dan kelapa sawit. Menyoroti hal tersebut, Presiden Prabowo menegaskan bahwa Indonesia memiliki kapasitas untuk mandiri dalam produksi bahan bakar minyak (BBM).

Di sektor industri, strategi ini juga mendapatkan dukungan dari pelaku usaha energi dan agribisnis. Ketua Umum Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Bernard Riedo menyatakan bahwa pihaknya siap meningkatkan kapasitas produksi biodiesel dan bioavtur jika pemerintah memberikan insentif fiskal yang seimbang dan menjamin keberlanjutan pasokan bahan baku. Dukungan swasta menjadi penting dalam mempercepat realisasi proyek energi terbarukan, apalagi di tengah meningkatnya komitmen global terhadap pengurangan emisi karbon dan net-zero emission. Pemerintah juga mendorong integrasi hilirisasi industri energi dengan pemberdayaan masyarakat desa melalui skema kemitraan energi desa berbasis komoditas lokal.

Namun, penguatan swasembada energi tidak hanya menyangkut aspek teknis dan industri semata. Faktor regulasi, pendanaan, serta sumber daya manusia juga menjadi kunci keberhasilan. Pemerintah sedang merancang peta jalan jangka menengah menuju 2030 yang melibatkan sinkronisasi antar-lembaga, percepatan investasi swasta, serta penguatan riset dan inovasi dalam teknologi energi berbasis komoditas. Universitas dan lembaga riset diminta untuk berperan aktif dalam pengembangan teknologi konversi bioenergi dan efisiensi energi, khususnya yang sesuai dengan karakteristik geografis dan sosiokultural Indonesia.

Langkah percepatan swasembada energi melalui komoditas unggulan ini juga menjadi bagian dari visi besar Presiden RI dalam menciptakan kemandirian ekonomi nasional. Dalam pidatonya pada pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas), Presiden menekankan pentingnya keberanian dalam mengambil keputusan strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi impor. Presiden menambahkan bahwa dengan kekayaan alam yang begitu melimpah, Indonesia seharusnya mampu menjadi pemain utama di sektor energi baru terbarukan berbasis bioenergi, bukan sekadar sebagai pasar.

Dengan pendekatan lintas sektor dan kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, pelaku industri, dan masyarakat, swasembada energi berbasis komoditas unggulan bukan lagi mimpi jauh. Implementasi yang terarah dan konsisten akan menjadi kunci suksesnya strategi ini. Jika berhasil, Indonesia tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada energi impor, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru, menumbuhkan ekonomi desa, serta memperkuat ketahanan nasional dalam menghadapi krisis energi global di masa depan.

Upaya pemerintah memfokuskan pengembangan komoditas unggulan sebagai jalan menuju swasembada energi menunjukkan arah kebijakan yang berpihak pada potensi dalam negeri dan keberlanjutan jangka panjang. Melalui sinergi antara sektor pertanian, energi, industri, dan riset, Indonesia memiliki peluang besar untuk melepaskan diri dari ketergantungan impor energi serta membangun kemandirian ekonomi berbasis kekuatan lokal. Dengan komitmen politik yang kuat, dukungan kebijakan yang konsisten, dan keterlibatan masyarakat, transformasi energi berbasis komoditas ini dapat menjadi tonggak penting menuju masa depan energi nasional yang berdaulat, bersih, dan berkeadilan.

)* Penulis merupakan mahasiswa yang tinggal di Tangerang