Cultural Dinner PUIC OKI ke-19 Tampilkan Harmoni Islam dan Tradisi Lokal

JAKARTA — Kegiatan Cultural Dinner dalam rangkaian Sidang ke-19 Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) berlangsung meriah di Taman Arca, Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat.

Mengusung tema “Opening the Heart in the Harmony of Moonlight”, acara ini menjadi platform penting dalam memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia sekaligus memperkuat diplomasi budaya.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam sambutannya menekankan bahwa kekayaan budaya Indonesia menjadi modal utama dalam mempererat kerja sama global.

Pasalnya, Indonesia sendiri memang memiliki keberagaman yang sangat luar biasa namun masyarakat di dalamnya bisa saling hidup rukun berdampingan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

“Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa dan 718 bahasa daerah. Ini bukan sekadar angka, melainkan refleksi dari tradisi, ekspresi budaya, serta warisan yang harus kita rawat dan promosikan ke dunia,” ujarnya pada Minggu (11/5)

Fadli juga menyoroti pentingnya akulturasi Islam dan budaya lokal, yang telah membentuk Indonesia menjadi negara dengan tradisi Islam yang damai.

Sampai saat ini, penyebarluasan Islam di Indonesia sejak awal memang sama sekali tanpa adanya kekerasan, namun dengan pendekatan budaya, perdagangan dan kearifan lokal.

“Islam datang ke Indonesia bukan dengan kekerasan, tapi melalui budaya, perdagangan, dan kearifan lokal. Itulah mengapa Islam dan tradisi di Indonesia menyatu dengan damai,” tambahnya.

Sebelum acara dimulai, delegasi dari negara-negara anggota OKI dipandu oleh pemandu wisata yang dilengkapi dengan terjemahan untuk mengenal lebih dekat sejarah dan warisan budaya Indonesia.

Para tamu juga disuguhi dengan berbagai pertunjukan tari tradisional serta narasi mengenai sejarah masuknya Islam ke Indonesia.

Ketua DPR RI, Dr. (H.C.) Puan Maharani, menyampaikan rasa terima kasih atas kehadiran para tamu undangan dan menegaskan pentingnya kerja sama antarnegara.

“Kami merasa terhormat menjadi tuan rumah forum penting ini. Lewat dialog dan kebersamaan, kita bisa menciptakan dunia yang lebih beradab dan sejahtera,” ungkap Puan.

Ia juga menyoroti nilai historis Museum Nasional Indonesia yang menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa.

“Gedung ini adalah saksi sejarah perjuangan bangsa. Dari sinilah kita diajak mengingat kembali nilai-nilai kemanusiaan, solidaritas, dan saling pengertian,” lanjutnya.

Sebagai langkah nyata dalam diplomasi budaya, Indonesia akan menjadi tuan rumah World Culture Forum 2025 di Bali, yang bertema “Culture for the Future”. (*)