Oleh : Rivka Mayangsari*)
Di tengah perubahan tatanan dunia yang kian dinamis dan penuh ketidakpastian, Indonesia membutuhkan sebuah lompatan strategis untuk memastikan eksistensi dan kemandiriannya dalam peta ekonomi global. Presiden terpilih Prabowo Subianto menangkap urgensi ini dengan sangat tajam. Salah satu wujud konkret dari visi strategis tersebut adalah pembentukan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, yang kini menjadi sorotan sebagai simbol konsolidasi kekuatan ekonomi nasional demi mengeskalasi kemandirian bangsa.
Anggota DPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, menyampaikan bahwa kehadiran Danantara tidak sekadar menjadi badan administratif biasa, melainkan mencerminkan konsistensi Presiden Prabowo dalam membangun fondasi kemandirian ekonomi. Ia menilai bahwa Danantara menjadi forum konsolidasi strategis yang menyatukan berbagai potensi kekuatan ekonomi nasional, menjadikannya mesin penggerak pertumbuhan yang tangguh dan adaptif terhadap tantangan global.
Forum konsolidasi ini patut dipahami sebagai langkah lanjutan dari Presiden Prabowo untuk mengonsolidasi seluruh potensi kekuatan ekonomi nasional. Ia menambahkan bahwa dari upaya konsolidasi tersebut tampak sangat jelas keinginan Presiden dalam meningkatkan potensi kemandirian Indonesia.
Bamsoet juga menjelaskan bahwa dalam konteks ekonomi global saat ini, nilai potensi riil Indonesia akan meningkat secara signifikan apabila dimanfaatkan secara strategis. Ia menyoroti kekayaan sumber daya alam seperti nikel, tembaga, batu bara, dan emas yang menjadi komoditas utama dunia. Ia menilai bahwa ketika sebagian dari kekuatan ekonomi nasional tersebut diwadahi dalam Danantara, hal itu menunjukkan strategi serta kebijakan Presiden Prabowo dalam merespons perubahan tatanan dunia yang ditandai oleh ketidakpastian yang berkepanjangan.
Lebih lanjut, ia mencontohkan bagaimana tatanan dunia telah berubah drastis, termasuk dengan bubarnya NAFTA secara de facto akibat keputusan Amerika Serikat yang memberlakukan tarif impor secara sepihak.
Bamsoet juga memaparkan bahwa perubahan dalam tatanan global ini telah memengaruhi pola serta arus investasi dari berbagai negara. Ia mencatat bahwa Uni Eropa, misalnya, tengah mempersiapkan diri untuk mengarahkan investasi baru ke sektor pertahanan, sebagai bentuk penguatan industri strategisnya.
Kondisi tersebut menuntut Indonesia untuk memperkuat kemandirian di berbagai sektor ekonomi. Oleh sebab itu, ia menilai wajar apabila Presiden Prabowo merespons perubahan global tersebut dengan membentuk Danantara dan menjadikannya sebagai badan pengelola investasi nasional.
Melalui konsolidasi yang berkelanjutan, diharapkan Danantara akan mampu memaksimalkan nilai tambah dari seluruh sumber daya alam Indonesia demi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Pengelolaan sumber daya tersebut diyakini akan menghasilkan dampak positif berupa terbukanya banyak lapangan kerja.
Senada dengan Bamsoet, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta Kamdani, juga menyampaikan apresiasi terhadap kehadiran BPI Danantara. Ia menyatakan bahwa dengan pengelolaan yang profesional dan dukungan aset negara yang besar, lembaga ini berpeluang menjadi institusi investasi negara yang mampu bersaing dengan Temasek Holdings dari Singapura maupun Khazanah Nasional dari Malaysia. Ia bahkan menilai tidak mustahil jika suatu hari nanti Danantara dapat menyamai dua lembaga tersebut dalam skala dan pengaruh.
Menurut Shinta, pembentukan Danantara merupakan langkah strategis pemerintah dalam upaya mengoptimalkan pengelolaan aset negara agar menjadi lebih produktif dan memberikan nilai tambah tinggi bagi perekonomian nasional. Ia menjelaskan bahwa keberadaan lembaga ini diharapkan mampu memperkuat efektivitas pemanfaatan aset negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh.
APINDO melihat BPI Danantara sebagai katalisator dalam menciptakan nilai tambah ekonomi nasional. Jika dijalankan dengan tata kelola yang baik, transparan, dan berorientasi pada profesionalisme, Shinta meyakini bahwa badan ini dapat meningkatkan efektivitas pemanfaatan aset negara secara signifikan.
Shinta menyatakan bahwa dengan prinsip-prinsip pengelolaan yang profesional dan akuntabel, BPI Danantara berpotensi menjadi instrumen penting dalam mendorong investasi, membuka peluang kolaborasi antara sektor publik dan swasta, serta meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global, khususnya di sektor-sektor strategis yang memiliki nilai tambah tinggi.
Dalam konteks geopolitik dan ekonomi global yang semakin kompetitif, pembentukan Danantara juga mencerminkan kesiapan Indonesia untuk tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga pemain utama dalam rantai pasok global. Dengan landasan hukum dan kebijakan yang mendukung, Danantara memiliki posisi strategis untuk menarik investasi asing langsung sekaligus memperkuat investasi domestik, terutama pada sektor-sektor prioritas seperti energi terbarukan, teknologi industri, dan manufaktur berteknologi tinggi. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat transformasi ekonomi nasional menuju model yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan berbasis inovasi.
Lebih dari sekadar lembaga investasi, Danantara adalah simbol tekad bangsa untuk membalikkan ketergantungan ekonomi menjadi kemandirian nasional. Ia menjadi representasi nyata dari arah kebijakan ekonomi Indonesia di bawah komando Prabowo Subianto yang tidak hanya berani, tetapi juga memiliki visi jangka panjang. Ini adalah bentuk nyata dari kepemimpinan yang berani mengambil posisi tegas, berakar pada kekuatan domestik dan diarahkan sepenuhnya demi kepentingan rakyat.
Dengan semangat konsolidasi nasional, kolaborasi multipihak, serta pengelolaan yang profesional dan strategis, Danantara siap menjadi poros baru penggerak ekonomi Indonesia. Sebuah tonggak sejarah baru sedang ditorehkan, dan Danantara berada di garis depan, menjadi motor utama menuju masa depan Indonesia yang berdaulat, makmur, dan disegani di panggung dunia.
*) Pemerhati ekonomi
[edRW]