Indonesia Tuan Rumah PUIC ke-19, Bangkitkan Solidaritas Parlemen Dunia Islam

Jakarta – Indonesia akan menjadi tuan rumah Konferensi ke-19 Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) yang akan berlangsung pada 12–15 Mei 2025 di Jakarta. Ajang ini menjadi momentum strategis bagi Indonesia untuk menegaskan kepemimpinannya dalam memperkuat kerja sama sekaligus mempererat solidaritas antarparlemen negara-negara Islam.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPR RI, Indra Iskandar memastikan seluruh aspek teknis dan substansi acara telah dipersiapkan secara matang. DPR RI juga telah melakukan koordinasi intensif dengan berbagai instansi terkait guna menjamin kelancaran forum tingkat tinggi antarparlemen negara-negara OKI tersebut.

“Dari sisi perencanaan, kami sangat siap. Kami (sudah) melakukan konfirmasi ulang teknis dengan instansi-instansi terkait, mulai dari imigrasi, bea cukai, Angkasa Pura, hingga AirNav,” ujar Indra.

Sementara itu, Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Mardani Ali Sera mengatakan, konferensi yang digelar di bawah kepemimpinan Ketua DPR RI, Puan Maharani, akan menjadi momen istimewa karena bertepatan dengan peringatan 25 tahun berdirinya PUIC.

“Pada tanggal 12 hingga 15 Mei 2025, Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan parlemen negara-negara OKI dan bahwa momentum ini sangat berarti karena sekaligus memperingati seperempat abad eksistensi PUIC,” tutur Mardani.

Indonesia memilih tema besar “Good Governance and Strong Institution” atau “Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Institusi yang Kuat” sebagai landasan utama konferensi.

“Tema ini bukan sekadar slogan, melainkan refleksi atas komitmen Indonesia untuk mengajak negara-negara OKI memperkuat fondasi dalam negeri masing-masing guna menciptakan dunia Islam yang berdaulat, mandiri, dan adil,” katanya.

Mardani juga menggarisbawahi bahwa negara-negara OKI perlu membangun kekuatan institusi dan tata kelola pemerintahan yang baik di dalam negeri masing-masing.

“Dengan adanya tata kelola yang baik dan institusi yang kuat, negara-negara OKI dapat menjadi lebih mandiri dan tidak lagi terlalu bergantung pada negara lain,” ungkapnya.

Untuk diketahui, salah satu agenda utama dalam Konferensi PUIC ke-19 adalah pembahasan khusus mengenai isu Palestina. Dalam momentum yang sarat makna ini, Indonesia ingin mendorong negara-negara OKI untuk melakukan aksi nyata yang berdaya guna.

Selama empat hari pelaksanaan, konferensi akan mencakup berbagai agenda penting: sidang pleno, pertemuan komite tetap, forum perempuan parlemen, hingga diskusi strategis lintas isu seperti inovasi legislatif, digital governance, dan inklusi sosial. Ini menjadi forum kolaboratif yang mempertemukan parlemen, organisasi internasional, dan masyarakat sipil dalam satu ruang dialog strategis.