Pertumbuhan Indonesia Lebih Baik Dari Negara G20, Buktikan Ekonomi Tak Melemah

Oleh: Alfin Prasetya*

Di tengah dinamika ekonomi global yang tidak menentu, Indonesia kembali menunjukkan resiliensinya. Pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 4,87% secara tahunan (year-on-year) pada kuartal I-2025 menjadi bukti nyata bahwa ekonomi Indonesia tidak sedang melemah, melainkan terus bertumbuh dengan fondasi yang semakin kuat. Lebih menggembirakan lagi, pencapaian ini menempatkan Indonesia di peringkat kedua tertinggi dalam kelompok negara G20, hanya berada di bawah Tiongkok yang mencatatkan pertumbuhan 5,4%. Momentum ini mencerminkan kerja keras dan ketepatan arah kebijakan pemerintah serta daya tahan sektor riil nasional.

Pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada periode ini adalah sektor industri pengolahan yang tumbuh 4,55% dan memberikan kontribusi sebesar 19,25% terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini memperkuat posisi industri pengolahan sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Pertumbuhan tersebut didorong oleh kombinasi permintaan domestik dan ekspor, terutama pada subsektor makanan dan minuman, logam dasar, serta industri kulit dan alas kaki. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa pertumbuhan industri pengolahan mencerminkan respons positif terhadap dinamika permintaan musiman dan global. Industri pengolahan tumbuh 4,55% didorong oleh permintaan domestik dan luar negeri. Ini menegaskan bahwa industri manufaktur Indonesia tidak hanya melayani pasar dalam negeri, tetapi juga mampu bersaing di pasar global.

Amalia juga merinci bahwa subsektor makanan dan minuman tumbuh 6,04% berkat peningkatan konsumsi selama Ramadan dan Idulfitri, sementara industri logam dasar tumbuh pesat hingga 14,47% karena tingginya permintaan ekspor, khususnya untuk produk besi dan baja. Tidak kalah signifikan, industri kulit dan alas kaki tumbuh 6,95% akibat lonjakan permintaan domestik serta peningkatan ekspor. Capaian ini memperlihatkan bahwa sektor pengolahan Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam berbagai lini produksi dan segmen pasar.

Pertumbuhan ekonomi nasional juga ditopang oleh sektor lain seperti perdagangan yang tumbuh 5,03%, pertanian 10,52%, serta transportasi dan pergudangan sebesar 9,01%. Pertumbuhan tinggi di sektor pertanian, khususnya tanaman pangan yang melonjak hingga 42,26%, menunjukkan keberhasilan panen raya serta meningkatnya permintaan domestik terhadap komoditas pokok. Sementara sektor transportasi mendapat dorongan dari peningkatan mobilitas masyarakat selama masa libur hari besar keagamaan. Semua ini mencerminkan bahwa ekonomi Indonesia sedang bergerak secara inklusif dan merata di berbagai lapisan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan bahwa posisi Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di G20 adalah pencapaian yang tidak bisa dianggap remeh. Bahkan, Indonesia melampaui negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, serta jauh lebih baik dibandingkan Jerman dan Korea Selatan yang mencatat kontraksi. Airlangga optimis bahwa di kuartal-kuartal berikutnya, pertumbuhan akan terus terjaga, terutama dengan mulai bergulirnya anggaran belanja pemerintah yang akan menambah stimulus terhadap perekonomian nasional.

Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengajak seluruh pihak untuk tetap optimis di tengah proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 akan mencapai 4,7%. Menurutnya, proyeksi dari lembaga internasional seperti IMF merupakan hal wajar, namun tidak boleh menjadi alasan untuk melemahkan semangat nasional. Ia menegaskan bahwa pondasi ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat, dengan inflasi terkendali, konsumsi rumah tangga yang stabil, serta iklim investasi yang terus dijaga. Prasetyo juga menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah, dunia usaha, pekerja, dan masyarakat luas dalam menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pemerintah sendiri terus menunjukkan keseriusannya dalam menciptakan iklim investasi yang lebih baik melalui peninjauan regulasi-regulasi yang selama ini menghambat masuknya modal. Langkah strategis ini menjadi salah satu fondasi penting dalam menjaga keberlanjutan pertumbuhan sektor pengolahan dan industri secara umum. Tidak hanya membuka ruang ekspansi usaha, tetapi juga memperkuat daya saing nasional di tengah persaingan global yang semakin ketat.

Dalam konteks jangka panjang, sektor pengolahan menjadi pilar penting transformasi ekonomi Indonesia dari ekonomi berbasis komoditas mentah menuju ekonomi bernilai tambah tinggi. Strategi hilirisasi, penguatan rantai pasok domestik, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi elemen yang tidak bisa ditinggalkan. Terlebih lagi, dengan semakin terbukanya pasar global, kemampuan industri dalam mengolah bahan baku menjadi produk akhir akan menentukan posisi Indonesia dalam rantai nilai dunia.

Namun demikian, tantangan ke depan tetap ada. Fluktuasi harga global, dampak kebijakan proteksionisme negara lain, serta ketidakpastian geopolitik masih dapat memengaruhi dinamika ekonomi Indonesia. Untuk itu, pemerintah bersama seluruh pelaku ekonomi perlu terus menjaga stabilitas makro, mempercepat reformasi struktural, serta memperkuat kolaborasi lintas sektor.

Akhirnya, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 yang kuat dan kontribusi sektor pengolahan yang signifikan menjadi bukti bahwa ekonomi Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dengan pijakan yang kokoh. Momentum ini harus dijaga dengan optimisme yang rasional, kerja sama yang solid, serta kebijakan yang adaptif dan inklusif. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya akan menjadi pemain penting di tingkat regional, tetapi juga mampu bersaing di panggung ekonomi global.

*Penulis merupakan pengamat ekonomi