Transformasi Pendidikan Era PresidePrabowo: Akselerasi Cerdas Demi Masa Depan Bangsa

Oleh : Rizky Ramadhan )*

Peluncuran Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) oleh Presiden Prabowo Subianto menandai babak baru dalam reformasi pendidikan nasional yang progresif dan strategis. Diluncurkan tepat pada peringatan Hari Pendidikan Nasional di SD Negeri Cimahpar 5, Kota Bogor, program ini mencerminkan kepemimpinan yang tanggap terhadap ketimpangan pendidikan di berbagai daerah dan berani mengambil langkah terobosan demi pemerataan kualitas pembelajaran. Indonesia kini tidak hanya bergerak, tetapi melompat menuju sistem pendidikan yang lebih adil, adaptif, dan berbasis masa depan.

PHTC menawarkan pendekatan baru dalam menyelesaikan problem klasik pendidikan, terutama terkait keterbatasan tenaga pengajar dan akses terhadap materi pembelajaran berkualitas. Salah satu inovasi paling signifikan adalah pemasangan layar televisi digital di seluruh sekolah di Indonesia, mulai dari kota-kota besar hingga pelosok daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Teknologi ini bukan sekadar perangkat tambahan, melainkan jembatan pengetahuan yang menyatukan kualitas pembelajaran antara sekolah pusat dan sekolah pinggiran.

Dengan keberadaan layar digital, siswa di daerah terpencil dapat mengakses pembelajaran yang sama dengan siswa di perkotaan. Materi yang disampaikan oleh para guru ahli dari berbagai bidang akan disalurkan secara langsung, efisien, dan interaktif. Ini adalah bentuk nyata dari konsep keadilan pendidikan: memberikan peluang yang setara bagi semua anak bangsa, tanpa membedakan latar belakang geografis dan sosial-ekonomi.

Target ambisius yang ditetapkan pemerintah—yakni memastikan seluruh sekolah telah memiliki perangkat digital ini pada pertengahan 2026—menunjukkan komitmen yang kuat terhadap perubahan struktural di dunia pendidikan. Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa langkah ini dirancang untuk membantu sekolah-sekolah yang mengalami kekurangan tenaga pendidik, sekaligus mendorong guru-guru yang ada agar lebih fokus pada pendampingan dan pembentukan karakter siswa.

Lebih dari sekadar memperkuat sarana belajar, PHTC juga didukung oleh intervensi terhadap infrastruktur fisik pendidikan. Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hariqo Satria, mengungkapkan bahwa banyak ruang kelas di Indonesia dalam kondisi rusak berat, terutama di daerah dengan akses pembangunan yang minim. Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp17,1 triliun guna memperbaiki 10.440 ruang kelas pada tahun 2025.

Langkah ini bukan hanya memperbaiki bangunan, tetapi memperkuat fondasi pendidikan secara menyeluruh. Sekolah yang aman dan nyaman akan meningkatkan motivasi belajar siswa, memperlancar kegiatan belajar mengajar, dan pada akhirnya turut berkontribusi pada peningkatan capaian akademik. Pendidikan bukan hanya soal kurikulum dan teknologi, tetapi juga tentang ekosistem yang mendukung tumbuh kembang siswa secara utuh.

Dalam pidatonya, Presiden Prabowo Subianto memberikan penghargaan tinggi kepada para guru yang telah bekerja tanpa pamrih demi mencerdaskan anak bangsa. Ia menyebut guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang layak mendapatkan apresiasi dan dukungan lebih. Pernyataan tersebut menjadi sinyal penting bahwa reformasi pendidikan yang dicanangkan juga menyasar peningkatan kesejahteraan dan kapasitas para pendidik sebagai aktor utama dalam sistem pembelajaran.

PHTC juga menjadi refleksi atas pendekatan kebijakan yang tidak hanya reaktif, tetapi visioner. Alih-alih menunggu distribusi merata tenaga pendidik atau menunggu hasil jangka panjang dari pelatihan guru, negara mengambil langkah taktis dengan menghadirkan materi berkualitas secara serentak. Inilah bentuk keberanian pemerintah dalam menerapkan solusi hybrid: menggabungkan teknologi, sumber daya manusia, dan sistem evaluasi berbasis hasil.

Lebih jauh, visi jangka panjang Presiden Prabowo terkait pendidikan sangat berorientasi pada hasil dan keberlanjutan. Ia berharap dalam dua dekade ke depan, anak-anak Indonesia mampu bersaing secara global, memiliki penghasilan tinggi, pekerjaan yang layak, dan kualitas hidup yang sehat dan cerdas. Dalam pandangan ini, pendidikan bukan hanya tanggung jawab kementerian, tetapi investasi jangka panjang negara terhadap kualitas sumber daya manusianya.

Sejalan dengan itu, Hariqo Satria menegaskan bahwa Presiden Prabowo menginginkan seluruh anak bangsa memiliki daya saing global dan tidak tertinggal oleh kemajuan negara lain. Visi ini sejalan dengan cita-cita Indonesia Emas 2045, di mana generasi muda saat ini akan menjadi motor penggerak pembangunan nasional yang kompetitif dan berkarakter kuat.

Transformasi pendidikan melalui PHTC tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari pendekatan holistik terhadap pembangunan manusia. Reformasi ini membuka ruang partisipasi berbagai pihak: dari lembaga pendidikan, pemerintah daerah, komunitas guru, hingga dunia industri. Setiap pihak memiliki peran dalam menguatkan ekosistem pendidikan yang dinamis dan inklusif.

Yang juga perlu disorot adalah dimensi persatuan dalam narasi kebijakan ini. Presiden Prabowo mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersatu dan bekerja sama dalam mewujudkan cita-cita pendidikan nasional. Semangat ini penting, sebab keberhasilan reformasi pendidikan hanya dapat dicapai melalui kerja kolektif dan sinergi yang kuat lintas sektor.

Melalui Program Hasil Terbaik Cepat, Indonesia sedang menunjukkan kepada dunia bahwa lompatan besar dalam pendidikan dapat dilakukan dengan keberanian, visi, dan strategi yang tepat. Bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang keadilan, efisiensi, dan keberpihakan pada masa depan bangsa.

Dari Kota Bogor, titik awal perubahan telah digerakkan. Dan dengan dukungan seluruh elemen masyarakat, transformasi ini akan terus bergulir, menjangkau setiap pelosok, dan membentuk generasi unggul yang akan membawa Indonesia menjadi negara besar, maju, dan berdaya saing tinggi di tingkat global.

)* Penulis merupakan Pemerhati Kebijakan Publik